33. Tuai

76 5 0
                                    

Langit menatap sebuah dokumen tak percaya. Matanya berkaca-kaca, ini adalah sebuah kejutan dan sebuah ancaman. Tetapi Langit hanya akan fokus pada kejutan itu, sudah di duga dari dulu. Adiknya masih hidup, tidak sia-sia Langit bertemu dengan Antrax disaat yang tepat.

"Gimana mas? Apa rencana mas selanjutnya?" Tanya Senja setelah menidurkan Kela dan Seiya di kamar sebelah.

"Mas akan bilang yang sebenarnya." Ujar Langit tersenyum menatap istrinya.

"Tapi... Bagaiman dengan om Daniel?" Wajah Langit berubah menjadi datar.

"Cukup panggil dia Daniel, Senja." Ingat Langit, Senja menghela nafas kemudian mengangguk.

"Sampai saat ini, dia masih belum ada kabar. Aku takut kalo dia sudah rencanakan sesuatu, dengan menggunakan Sasa sebagai pancingan." Langit menoleh kearah Senja, kemudian mengusap kepala wanita itu.

"Selama aku masih hidup, aku tidak akan membiarkan apapun terjadi pada keluargaku." Senja memeluk Langit.

"Janji buat selalu jaga diri. Aku enggak mau kamu kenapa-kenapa, sudah cukup dulu kamu pergi dariku. Sekarang jangan lagi aku mohon, kalo bukan demi aku, lakukan demi Kela." Ujar Senja menahan tangisnya, Langit membalas pelukan Senja erat.

"Aku tidak bisa janji, tapi sebisa mungkin aku wujudkan." Senja semakin memeluk Langit erat, cukup dulu dia terpisah dari Langit. Tidak untuk sekarang, dia tidak akan membiarkan nya.

"Besok kamu mau kemana?" Tanya Senja masih memeluk Langit.

"Aku akan kemakan Biru bersama Sasa."

....

Sasa menatap siswi didepannya tajam, dia tengah berada di kantin. Semua murid disana terdiam melihat wajah Sasa yang bagi mereka seperti Iblis. Nafas gadis itu naik turun, bahkan Rafi dan Hendra hanya bisa diam duduk di bangku kantin.

"Kenapa? Emang kenyataan kan? Cewek gak tau diri! Kabur dari rumah, jadi apa lo selama ini Sampai masih hidup? Makan apa aja lo? Oh atau jangan-jangan lo di gilir sama mereka... Ups!" Siswi itu menutup mulutnya sok dramatis, Hendra yang mendengar Sasa dihina dia berdiri.

"Bisa jaga mulut lo gak?" Hendra mendorong bahu siswi itu kecil dengan wajah datarnya. Siswi itu mendekus, seakan tidak merasa bersalah.

"Apaan si! Gak usah ikut campur bisa gak?" Teriak siswi itu didepan wajah Hendra, Sasa masih terdiam tapi karena diamnya itu sangat menyeramkan bagi orang di kantin.

"Lo murid baru adek kelas lagi! Bisa sopan gak? Gue bawa lo ke BK sekarang." Bentak Rafi yang sudah tidak tahan, siswi itu malah tertawa.

"Ketua osis aja belagu! Gue bisa beli nih sekolahan kalo gue mau," ujarnya sinis, Ersen yang terdiam di samping siswi itu menarik lengannya.

"Dira! Lo busa gak usah bikin masalah." Ujarnya dengan wajah marah.

"Kamu kenapa sih Sen, aku kan sedang ngomong jujur. Kalo, sebenarnya cewek ini itu kabur dari rumah. Tapi sekarang bagaimana bisa dia punya mobil, duit banyak kalo bukan ng*l*nt*." Ujar siswi itu tak tau diri, siswi itu adalah Dira sepupu Sasa. Dia murid baru di SMA, entahlah bagaimana bisa dia sekolah disini.

"Ngomong apa lo?" Tanya Hendra tajam, Sasa mengangkat tangan menyuruh Hendra diam.

"Coba ulang..." Ujar Sasa untuk pertama kalinya. Dira tersenyum ketika Sasa sudah merespon.

My Mysterious Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang