18. Explosie

164 15 15
                                    

{BACA PART INI ENAKNYA SAMBIL DENGERIN LAGU YANG UDAH AKU SIAPIN}

oh ya.
Btw gue bakal sering up cerita ini biar cepat selesai... oke jangan lupa vote dan komen
Vote kalian selalu aku tunggu!

Follow
Ta_SyaSya

....

#Dunia tak seluas apa yang kita kira

....

Ersen berlari, dengan nafas tersenggal. Dia melihat mobil yang dinaiki Sasa meledak di bar, membuatnya merasa khawatir, takut, dan cemas. Dia memanggil taksi, tidak mungkin dia akan berjalan dengan keadaan seperti ini. Terlebih semua badannya mengiggil seperti orang kedinginan.

Taksi berhenti di depan Ersen, Ersen tak sengaja menengok ke belakang. Dan melihat orang berbaju hitam itu mengejarnya. Membuat Ersen tergesa-gesa masuk ke dalam taksi.

"Pak jalan... cepetan!" Printah Ersen setengah berteriak.

"Iya den iya..." balas supir taksi itu.

"Cepatan pak,!" Tambah Ersen, dia sesekali menengok ke belakang. Orang berbaju hitam itu berlari megejarnya, menganggu pengendara lain.

"Iya den, bapak cepatkan!" Supir taksi itu juga khawatir melihat orang berbaju hitam itu. Lalu melirik Ersen dari kaca spion.

Supir taksi itu melajukan taksi dengan cepat dan membelokkan mobilnya dengan sangat lihai, seperti sudah terlatih. Hingga orang berbaju hitam sudah tidak terlihat. Ersen menghela nafas lega, dia memegangi kepalannya yang pusing.

"Kemana den?"

"Ke club, vareria" gaum Ersen, diangguki oleh supir taksi.

Mobil taksi itu berhenti di sebuah club. Ersen memberi uang pada supir itu 500 ribu. Supir itu melongo, dia menolak.

"Ini kebanyakan den"

"Bonus." balas Ersen, seraya menaruh uang itu di tangan pak supir.

"Makasih den, bapak cuma mau pesan. Hati-hati, mereka bukan orang sembarangan." Ujar pak supir itu, membuat Ersen terdiam lalu mengangguk. Bagaimana supir taksi itu tau. Taksi itu pergi meninggalkan Ersen di club.

Ersen melirik jam, baru jam 11. Tapi kesialan selalu datang akhir-akhir ini ketika dia bersama Sasa, entahlah bagaimana kabar gadis itu sekarang. Semoga dia selamat dalam ledakan besar tadi. Ersen menghampiri teman-temannya yang tengah mengobrol dan tertawa.

"Njir gila, untung gue dah jago bela diri. Terus gue hantam dia bertubi-tubi, gak peduli kaki gue sakit kegores" ujar Gilang, sambil memperlihatkan luka di kakinya.

Revan, Rafi, Bayu, tersenyum kagum seperti anak kecil yang mendengarkan cerita dongeng dari ibunya. Hendra, menggelengkan kepalanya seraya menyorot semua sisi club siang ini. Matanya berhenti di Ersen yang tengah berjalan ke arahnya, dengan keadaan yang tidak baik-baik saja.

"Ersen..." gaum Hendra Revan, Rafi, Gilang, dan Bayu menatap kearah Hendra lalu mengikuti arah pandang Hendra.

"Sen? Lo kenapa?" Tanya Rafi seraya berjalan membantu Ersen.

My Mysterious Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang