"Aku tidak bisa melakukan apapun? Bukan tapi aku cuma tidak mau melakukannya, karena itu akan menyakiti banyak orang."
-Natasya Gevanda S.G.-
.....
Semua orang kini sudah duduk di bangku masing-masing. Didepan Sasa kini ada Antrax yang tengah mengobrol kecil dengan Langit. Mr Jons pun masih tertawa bersama Keenan ayah Langit.
"Baik, sudah cukup mengobrol nya. Nanti diterusin abis makan, ayo semua makan dulu. Jons, sudahi tawamu. Kamu tidak lihat Gege sama Senja juga Kela udah kelaparan, dari tadi diam mulu." Ujar Bunda tertawa kecil.
Sasa yang memang sedari tadi diam bersama Senja yang sedang menenangkan Kela tadi menangis. "Enggak bun," balas Sasa menggelang kecil.
"Yaudah, mari kita makan." Ujar Jons tersenyum ke semua orang.
Makan malam hari itu berakhir hening. Memang, di keluarga Jons dilarang keras berbicara ketika makan. Bukan dilarang si, tapi Jons sangat membenci orang yang berbicara ketika makan. Itu sangatlah tidak sopan.
Setelah selesai makan malam, semua orang sibuk berbicara di ruang tamu. Sedangkan Bunda, Fara dan Senja sudah berada di dapur membersihkan bekas tadi makan malam. Karena Senja ikut ke dapur, membuat Kela malah menempel ke arahnya.
"Momy, Kela sama kakak ini ya." Ujar Kela menunjuk Sasa degan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya sedang memegang dot susu.
Senja mengangguk tanpa menatap kearah Kela, dia masih sibuk dengan cucian di wastafel. Kela melompat girang kearah Sasa yang menatapnya sinis.
"Kenapa?" Tanya Sasa pada Kela yang menatapnya
"Yok, kita main kuda-kudaan. Kaka jadi kuda, aku yang naik." Ujar Kela tanpa dosa. Hampir saja kaki Sasa nyasar ke wajah songong bocil di depannya ini.
"Bocah, bisa gak si main yang kalem dikit." Balas Sasa malas.
"Dih, diajak main gitu aja malah. Gimana kalo udah punya anak sendili." Ujar Kela kemudian menyedot dotnya lagi seraya berjalan menuju ruang makan untuk duduk di kursi.
Sasa melotot, anak? Bocil segitu sudah memikirkan kalo punya anak.
Oke mari kita deskripsi kan sosok Kela. Umur memang masih paud, mungkin baru 4 tahun. Tingginya sepertinya sejajar dengan seiya, tapi wataknya yang berbeda. Seiya lebih dominan kalem, tidak pernah pamer, penurut walau kadang manja. Tapi Kela ini... Dia sudah kelihatan bibit bar-barnya dari kecil, wajahnya yang songong minta di tampol, mulutnya yang sombong dan pedas mendominasi wajah songong nya. Sangat berbeda dengan Seiya...
Mengingat Seiya, rasa bersalah kembali datang. Andai waktu itu dia tidak berkunjung ke sana, mungkin tidak akan seperti ini.
Sasa sudah menghubungi semua koneksinya untuk menemukan Seiya. Tapi sampai saat ini Seiya gagal dia temukan, bahkan jasadnya. Tidak Sasa tidak menginginkan Seiya ditemukan sudah tiada. Tapi seandainya dia memang sudah tiada dimanakah jasadnya? Itu yang menjadi pertanyaan Sasa.
Dia sudah menangkap semua dalang penyerangan malam itu. Tapi tidak ada satupun yang tau mengenai Seiya, termasuk Hans pemimpin pemberontakan itu tidak mau mengaku walau sudah disiksa perlahan sampai dia mati. Semua jejak hilang, tidak ada lagi petunjuk, semua seakan menghitam. Dan Sasa tau itu, organisasi yang bisa melakukannya hanya ada 3. Dan salah satunya milik Mr. Jons.
"Woi, malah bengong nih kakak. Cepetan main apa? Kela suntuk banget nih." Sasa tersadar dengan pemikirannya, dia melirik Kela sinis mau tak mau berjalan menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mysterious Girl
General Fiction▪Buat gue cinta untuk kedua kalinnya, buat gue merasa bahagia untuk kedua kalinnya, buat gue merasa bebas untuk kedua kalinnya, buat gue merasakan nyaman akan keluarga untuk kedua kalinnya▪ -Natasya Gevanda S. G. Sebut nama " SASA" di SMA Gemilang m...