Perasaan gadis itu khawatir bercampur takut. Ia berjalan bolak balik kanan dan kiri berkali-kali. Sesekali ia menggigit kuku ibu jarinya. Gadis itu adalah Genia.Dengan pakaian sekolah yang masih melekat sempurna di badannya, Genia tengah menatap Reli yang pingsan di sofa panjang apartemen milik Alm. Aris.
"URUSAN GUA SAMA LO BELUM SELESAI GEN! LO MASIH JADI TERSANGKA UTAMANYA" ucap Arif penekanan. Sorot mata pria berumur 23 tahun itu sangat tajam menusuk mata hazel milik Genia.
"Ck. Berapa kali gua bilang kalo bukan gua pelakunya! Lo ga percayakan banget sih" decak Genia dengan wajah sedikit menantang.
Arif tersenyum miring, "lah trus waktu gua dituduh lo percaya? Enggak kan"
"Karna waktu itu ada bukti nya!" Balas Genia dengan wajah merah, ia menatap tajam mata elang milik Arif. Keduanya kini beradu.
"Dan sekarang disini juga ada bukti!"Sarkas Arif.
"WOY UDAH!" Teriak Reli. Jujur reli sudah sadar, namun bukan sorot kekhawatiran yang ia dapat. Namun pertengkaran Arif dan Genia.
Genia dan Arif menoleh ke arah Reli. Mereka terdiam lalu kembali memberikan tatapan elang satu sama lain. "Pliss!! Ini bukan salah kalian berdua! Gua mohon jangan berantem" lirih Reli.
"Slayer itu diblikat! Gua percaya sama kalian bukan penembaknya! Pliss berhenti! Aris minta kalian berhenti!" Sambung reli.
"Aris?" Beo Hafid yang duduk di kursi kecil di samping sofa.
"Waktu kalian berantem di kamar tamu! Gua naik ke kamar atas. Disana emng kosong, cuman ada beberapa barang yang ga kepake! Gua buka laci nakas, dan disana ada—" reli menggantungkan ceritanya.
"Disana ada apa?" Tanya Hafid dengan sorot wajah serius. Sepertinya Hafid disini sebagai orang terserius dan paling kalem dalam segala keputusan.
"Disana ada tiga barang" balas reli dengan menundukan kepalanya. Genia menatap reli curiga.
"Barang apaan? Jangan gantungin ucapan lo" jelas Genia terdengar serius.
"Diary Aris, tespack sama—" lagi dan lagi reli menggantungkan ucapannya.
"Kondom?" Tanya Arif sembari menaikkan sebelah alisnya. Reli membalasnya dengan mengangguk.
"Maksud lo?" Tanya Genia. Jujur dia bingung dengan apa yang terjadi. Kematian Aris, lalu disambung dengan banyak masalah muncul berurutan.
Arif tersenyum devil. Ia menatap remeh ke arah Reli. "Lo bertahun-tahun berteman sama reli kan? Berapa tahun? 10 tahun ada lah pastinya. Mungkin lo cuman tau kebaikan Relisa tapi gimana soal aib nya?"
"Jangan bikin pusing sama ucapan lo!" Bentak Genia.
"Kondom? Lo tau itu buat apa? Yes, itu untuk berhubungan intim. Dan lo ga tau kan itu ada hubungan apa sama sahabat lo ini! Aris & Relisa, they have sex" sambung Arif dengan menekankan kata terakhir.
Genia membulatkan matanya. Ucapan Arif ini sangat berbanding balik dengan Kenyataannya.plakkk — Genia menampar pipi Arif. Tamparan itu terdengar keras, sangat keras.
"Jaga ucapan lo tentang sahabat gua" ancam Genia. Arif tertawa sinis.
"Kalo lo ga percaya! Paling nggak lo tanya sama sahabat lo!"
"JANGAN ASAL NGOMONG LO REP"
"ITU KENYATAANYA BODOH"
"LO KETERLALUAN TAU GAK! LO NUDUH YANG ENGGAK-ENGGAK"
"RELI TERLALU TERTUTUP! LO BEGO"
"BERHENTI MAKI GUA SAMA RELI"
"Emng KENYATAANYA begitu"
KAMU SEDANG MEMBACA
CALON ISTRI TNI [End]
Teen FictionIni adalah kisah 2 orang sahabat SMA yang berbeda keyakinan, walau berbeda tapi nasib mereka sama. Mereka adalah calon anggota persit. Masa lalu, selalu saja membuat kedua sahabat itu lemah. Tapi Karna masa lalu salah satu sahabat itu, mereka harus...