#6

2.2K 315 52
                                    

Aa janji kalo kamu sembuh, terus aa nya libur sekolah kita temuin keluarga kamu di kampung

Teringat dengan satu kalimat itu di 4 tahun yang lalu?

Yap, sekarang sudah 4 tahun berlalu sejak hari dimana Hyunjin sakit merindukan sosok keluarganya,  dan rasa itu sampai saat ini belum pernah terobati.

Tega? 

Bisa ya bisa tidak,  di saat Chan malah melupakan ucapan janji seorangnya saat bangun tidur di pagi harinya dan Hyunjin yang tidak lagi mengungkapkan perasaan rindu pada orang tuanya karena takut akan respon suaminya yang dulu. 

Maka dari itu, Hyunjin memilih untuk diam memendam perasaannya sendiri mengadu hanya pada tuhannya, dalam setiap do'anya bibir Hyunjin akan mengutamakan kerberkahan hidup keluarganya di kampung.

"Bi, Hyunjin pergi ya." Pamit Hyunjin yang sudah rapi dengan tangan yang menenteng tupperwere berwarna ungu tua.

"Hati hati ya." Ujar bi Minah si pembantu paling tua disana, Hyunjin tentu mengangguk dan tersenyum terlebih dahulu sebelum melangkah pergi berlalu dari dapur. 

Berjalan keluar, Hyunjin mendapati pak Supri yang sudah sedia munggu tepat fi samping pintu mobil bagian belakang,  dengan senyum khasnya yang begitu segan kepada para majikannya. 

"Makasih pak." Ucap Hyunjin saat akan masuk kedalam mobil. 

"Udah tugas saya den." Ujar pak Supri hlyang hanya mengundang gelengan kecil dari bocah berusia 12 tahun  itu. 

Dulu Hyunjin pernah meminta pak Supri untuk memanggilnya nama saja,  namun dengan lembuk pak Supri menolak permintaannya tersebut. 

Karena ia memberi tau jika memanggil nama pada istri majikannya dengan nama langsung itu seolah tidak sopan.  Maka dari itu Hyunjin yang tidak nyaman di panggil tuan jadi di panggil aden olehnya, setidaknya temannya di kampung ada juga yang bernama aden. Jadi Hyunjin menerima panggilan tersebut dari pak Supri seorang.

Bug

Suara pintu terdengar oleh telinga Hyunjin saat pak Supri sudah duduk di kursi kemudi. 

Ia lebih memilih untuk menatap kearah luar dari jendela pintu yang tetap tertutup, saat mobilpun mulai melaju. 

Sepanjang perjalanan, pak Supri sengaja menyalakan radio mobil dengan volume yang kecil untuk memecah keheningam di antara dirinya juga sang majikan. 

"Kenapa murung den?" Tanya pak Supri saat melihat bayangan Hyunjin dari kaca yang tergantung kecil di mobil (gak tau namanya maklum gua belum punya mobil :) )

"Pengen pulang tapi gak tau jalan pak." Jawab Hyunjin seadanya masih betah menatap keluar kaca.

"Hah?  Mau putar balik?" Tanya pak Supri kembali, dan kali ini Hyunjin menengok kearah sang supir yang fokus melihat jalanan. 

"Lah, bukan itu pak maksud Hyunjin, Hyunjin pengen pulang ke kampung." Jelas Hyunjin yang baru di mengerti oleh pak Supri. 

"Kirain teh den putar balik gitu." Hyunjin tersenyum namun sembari menunduk lalu kembali ke kegiatan awalnyabyakni menatap sisian jalan seperti tadi. 

Kembali hening di dalam mobil mereka, karena musik yang terputar dalam radio sama sekali tidak masuk kedalam gendang telinga milik Hyunjin. 

Pikiraanya melayang entah memikirkan apa,  yang jelas dalam benaknya seolah bebagai beban hinggap di sana,  namun jika di pikir baik baik dirinya sendiri tidak sama sekali memiliki beban dalam hidup.

Atau mungkin belum punya. 

Tidak sadar, mobil yang Hyunjin tunggangi berhenti di perempatan jalan karena lampu merah sedang berlangsung.  Matanya yang menatap keluar, tidak sengaja melihat seorang bocah yang seperti mengarah menuju mobil yang ia tumpangi. 

Young Married // Chanjin (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang