"Hyunjin?!"
Mereka berdua mematung dengan tatapan yang tentu saja berbeda. Bu Muhidin dengan tatapan tidak percaya anaknya berdada tepat didepan matanya sedangkan tatapan Hyunjin mulai mengeluarkan air sebab iapun tidak percaya akan bertemu sang ibu.
"Ibu ada siapa?" Tanya sang kepala keluarga dari dalam rumah membuat Hyunjin mengalihkan pandangannnya pada seseorang yang baru keluar dari salah satu kamar.
Perut buncit kumis tebal, kaos dua warna yang bertuliskan salah satu merek pestisida disana dengan bawahannya sarung kotak kotak.
Betul. Itu ayahnya Hyunjin beserta Yeji kembarannya.
"Ya Allah Hyunjin ngapain kesini?!" Tanya pak Muhidin saat melihat siapa gerangan yang berhadapan dengan istrinya tersebut.
"Ibu masuk kekamar aja sekarang." Ibu Muhidin yang mendengar suruhan suaminya lantas menurut untuk meninggalkan Hyunjin tanpa berbicara sedikitpun.
"Ngapain kamu kesini nak?" Tanya pak Muhidin sambil melangkah untuk mendekat kearah Hyunjin yang masih berdiri di ambang pintu.
"Bapak, Hyunjin kangen mama sama bapak. Makanya Hyunjin pulang." Jawabnya dengan suara yang sedikit serak.
Helaan napas pak Muhidin dapat Hyunjin dengar dengan jelas, jika ayahnya terlihat seperti kecewa akan sesuatu namun ia tidak tau itu apa.
Puk
"Nak." Pangil pak Muhidin sambil mencengkeram sebelah pundak milik Hyunjin.
"Pulang ke rumah suami kamu sekarang."
Hyunjin mengernyit mendengar penuturan pak Muhidin ayahnya sendiri.
"Tap
"Pulang saja, disini bukan tempat kamu untuk kembali! Setidak" Ucap pak Muhidin memotong ucapan Hyunjin.
"Pak izinin Hyunjin meluk mama, sebentar saja." Pinta Hyunjin membuat pak Muhidin terdiam tentu Hyunjin begitu berharap.
"Pulanglah nak." Ucap pak Muhidin terakhir sebelum ia menutup pintu.
Ceklek.
Dapat Hyunjin dengan suara kunci pintu dari dalam rumah di depannya ini.
"Pak!" Panggil Hyunjin, namun sayang seolah rumah itu tidak berpenghuni tidak ada sahutan dari dalam rumah tersebut.
Hyunjin lagi lagi harus menelan pahit apa yang ia terima. Ekspetasi tentang ia memeluk kedua orang tuanya, becengkrama dengan orang tuanya, saling melempar tawa bahagia bersama sirnalah sudah.
"Ma, Pak. Hyunjin pulang." Pamitnya dengan suara serak tentu sebulir air mata lagi lagi lolos dari salah satu kelopak matanya.
Hyunjin berbalik, lalu melangkah menjauh dari kediaman kedua orang tuanya.
Pak Supri menghela napas panjang saat melihat Hyunjin datang dengan mengusap kedua matanya yang tentu saja berair.
Sungguh ia sebagai seorang orang tua merasakan bagaimana sesaknya jika berada di posisi keluarga.
Pak Supri tanpa di suruh segera melangkah untuk mendekati Hyunjin yang berjalan begitu pelan, tentu ia memaklumi majikannya yang satu ini.
"Mari pulang den." Ajak pak Supri saat ia sudah berada tepat di depan.
"Hiks pak, mama sama bapak usir Hyunjin hiks." Adunya pada sang sopir yang mengusap pelang punggung Hyunjin saat itu juga.
Seiring sedikit dorongan yang pak Supri berikan, Hyunjin melangkah kembali menuju mobil yang terparkir di tempat pemberhentian tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Married // Chanjin (end)
FanfictionDari judul saja sudah ketahuan cerita tentang apa ini, atau mungkin kalian juga mengalami nikah muda? Pada umumnya, nikah muda biasanya di alami oleh anak anak remaja yang berusia sekitaran 17 tahun sampai dengan 21 tahun. Lalu bagaimana jadinya j...