"Ayah?"
Sosok jangkung dengan perawakan yang masih tegap terduduk di kursi kerja Bangchan lantas menengok kearah suara panggilan itu berasal.
Bangchan memandang heran sang ayah yang mengerjakan kertas kertas yang akan ia hadapi sekarang, ia berjalan mendekat tentu dengan wajahnya yang kebingungan.
"Istri kamu disana sama siapa Chan?" tanyanya saat Chan berada tepat di depan dirinya.
"Chan telpon Felix buat datang ke rumah sakit. Ayah ngapain disini?"
Ayahnya mengerutkan keningnya kala mendengar pertanyaan anak pertamanya. Bukankah sudah ia bilang jika urusan hotel juga sementara akan di urus olehnya saat Bangchan mengurus istrinya.
"Kok malah nanya ngapain, kan udah di bilang ayah yang bakalan ngurus sementara hotel ini."
Plak
Chan menepuk jidatnya lantaran lupa, menjadikan ia meninggalkan Hyunjin sendiri di rumah sakit. Terduduk lebih dulu di sofa yang ada di ruangannya, penatnya menjadi karena tadi sepanjang jalan begitu macet hingga harus sampai saja menghabiskan waktu hampir 2 jam lamanya.
Sang ayah menatap sekilas Chan yang memejamkan matanya. Mengertilah ia dengan apa yang terjadi pada anak sulungnya, jangankan Bangchan yang masih terbilang masih remaja dirinya yang sudah kepala 4 pasti akan merasa terpukul dengan apa yang terjadi atau yang menimpa hidupnya saat ini.
Jujur saja, dirinya tidak tau mengapa si menantu cantiknya itu bisa melahirkan dengan waktu yang terbilang cepat dalam usianya. Belum sempat juga ia menengok Hyunjin di rumah sakit karena urusannya yang semakin padat di tambah mengganti sementara apa yang di kerjakan oleh anaknya.
Berkas yang ia pegang akhirnya di tutup terlebih dahulu, pak Sulaiman beranjak dari sana untuk mendekati sang anak yang tengah mengusak rambut kepalanya sambil menunduk.
Terduduk di sofa yang sama, mengundang tatapan anaknya kala sebuah pergerkan kecil di samping dirinya begitu terasa olehnya. Bangchan tidak terlalu merespon kehadiran ayahnya yang malah kembali menundukan kepala.
"Gimana Hyunjin?" tanyanya membuat atensi Chan teralihkan pada sang ayah sepenuhnya. Sebelum menjawab, ia menyandarkan punggungnya yang terasa pegal serta kepala yang terasa penat. Chan menengadah menatap langit langit ruangannya.
Sang ayah hanya diam menunggu jawaban sang anak yang terlihat begitu lelah. Bukan hanya fisik sepertinya dengan hati.
"Yah, tadi dia gak mau di tinggal." adunya membuat ayahnya terkekeh.
"Ya kalo gak mau di tinggal, kenapa kamu kesini? Temenin istri kamu disana. Lagian kapan kalian bisa pulang?"
"Tadi ada yang nelpon aku yah, katanya kerjaan ini gak boleh di wakilkan eh pas sampe disini malah ada ayah lagi ngerjain kerjaan aku."
Puk
Pundak Bangchan di tepuk kuat oleh sang ayah tentu meringis sedikit menjadi bahan kekehan sang ayah di sampingnya.
"Cuma masalah gini biar ayah yang urus sampe istri kamu bener bener sehat. Maaf belum nengok mereka, tau sendiri kan urusan ayah banyak."
Chan mengangguk lalu mengusap wajahnya sedikit kasar.
"Hyunjin udah boleh pulang malem ini, tapi karena Chan tanggung udah disini ya pulangnya besok ajalah. Tapi Davina, dia gak boleh dibawa dulu tau sendiri ayah dia kayak gimana pas Chan kasih gambarnya waktu itu." giliran pak Sulaiman yang mengangguk.
Malang sekali memang keadaan cucu pertamanya jika ia melihat gambar yang di kirim Chan lewat chatnya. Rasanya ia juga ingin melihat secara langsung cucunya dari pertama kali lahir kedunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Married // Chanjin (end)
FanfictionDari judul saja sudah ketahuan cerita tentang apa ini, atau mungkin kalian juga mengalami nikah muda? Pada umumnya, nikah muda biasanya di alami oleh anak anak remaja yang berusia sekitaran 17 tahun sampai dengan 21 tahun. Lalu bagaimana jadinya j...