Suara tangis pecah begitu saja dari pria dewasa yang kita kenali dirinya dengan sebutan Sulaiman. Mendengar jika sang istri meninggal adalah sebuah mimpi buruk yang paling buruk dari yang terburuk.
Tidak pernah ia bayangkan jika sang istri lah yang akan pergi lebih dulu daripada dirinya terlebih dalam waktu yang dekat ini.
Dirinya menangis sendiri dengan hiateris di lorong rumah sakit yang hanya ditemani oleh supir keluarga siapa lagi jika bukan pak Supri. Beberapa kali pak Supri menngelus punggung sang majikan yang bergetar hebat akibat kehilangan belahan jiwa yang amat di cintainya.
Pak Supripun juga sama tidak menyangka ternyata istri majikannya ini akan pergi di usia yang masih terbilang belum terlalu tua.
Dikala itu, rupanya si anak sulung datang bersamaan dengan istrinya untuk menghampiri ayahnya yang masih menangis kencang disana.
Debaran didada tidak dapat lagi di tahan ketika melihat bagaimana Sulaiman yang terkenal tegas dan berwibawa menangis kencang dimuka umum.
"Ayah." panggil Bangchan saat sampai disana, yang mana setelahnya pak Supri lantas menjauh untuk memberi ruang Sulaiman yang tiba-tiba memeluk Bangchan dihadapannya.
"Mamah kamu Chan! Mamah kamu!" ujarnya dengan suara tangis khas pria dewasa yang begitu merasa kehilangan.
"Ayah." bukan, itu bukan Bangchan yang memanggilnya, melainkan Hyunjin yang ikut sang suami untuk menyusul ayahnya di rumah sakit.
Hatinya ikut sakit padahal belum ada berita buruk selain dari telponan ayahnya tadi jika Felix serta ibunya mengalami kecelakaan di jalan hendak pulang.
Melihat ayah mertuanya menangis, lalu di susul Bangchan yang matanya ikut memerah, Hyunjin sama, dirinya tidak bisa menahan airmatanya saat melihat bagaimana rapuhnya Sulaiman saat ini.
"Duduk den." ucap pak Supri yang masih ada disana mempersilahkan Hyunjin yang tengah berperut besar untuk duduk di kursi yang sebelumnya di gunakan oleh Sulaiman juga Supri.
Hyunjin yang memang tengah merasa tidak enak hati sampai merasa kakinya melemah segera duduk di kursi tunggu.
"Sabar ya." ucap pak Supri yang memasang wajah dukanya sambil menepuk pubdak Hyunjin. Hyunjin tentu mendongak saat di tepuk barusan, hingga cairan bening yang hangat mulai mengalir dari kedua ujung mata sipitnya.
Bangchan melihatnya, tapi untuk saat ini pelukannya tentu lebih di butuhkan oleh sang ayah yang benar benar tengah merasa bersedih. Tangisan seperti ini ia ingat betul saat dimana sang kakek yang tak lain anak dari bu Sekar meninggal dunia.
Tanpa diberi tahu pun Bangchan telah mengetahui apa yang terjadi pada ibunya itu hanya dari bagaimana Sulaiman menangis.
Meski ibunya telah melakukan hal yang jahat terhadap anaknya, tapi ibu tetaplah ibu terlebih dia adalah yang melahirkannya kedunia ini. Dia yang pertama jadi seorang guru, menjadi seorang teman lalu orang pertama yang akan ia temui disaat hatinya gundah gulana saat ia masih kecil.
Meski ibunya yang telah menempatkan dirinya sendiri didalam masalah hidup, namun ia tetap ibu yang membawanya kemanapun disaat ia masih menjadi seorang janin.
Bangchan, menyayangi ibunya meski dulu sering kali saling melempar teriakan kala pikirannya dengan pikirang sang ibu tidak sejalan. Dirinya juga yang akan memperlihatkan amarahnya pada sang ibu dikala dirinya juga marah.
Tapi sekarang, apa yang harus ia lakukan? Disaat tadi pagi yang sudah tidak bisa dikata pagi, Bangchan sempat berbicara tidak mengenakan pada ibunya kini hatinya merasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Married // Chanjin (end)
FanfictionDari judul saja sudah ketahuan cerita tentang apa ini, atau mungkin kalian juga mengalami nikah muda? Pada umumnya, nikah muda biasanya di alami oleh anak anak remaja yang berusia sekitaran 17 tahun sampai dengan 21 tahun. Lalu bagaimana jadinya j...