#16

2.3K 311 100
                                    

Menutup mata berlarian di alam mimipi. Tersirat wajah damai  seolah tidak punya beban dalam hidup, napas tenang bagai hidup tidak pernah di terjang badai.

Bangchan memandangi wajah istrinya yang terlelap begitu damai di atas sopa ruang keluarga di rumah kedua orang tuanya. 

Sebuah buku tua di peluk dalam tidur seolah ia memeluk orang terkasih. Bulu mata cantikpun dapat terlihat oleh Bangchan, selayak bulu mata indah yang tidak akan pernah orang dapatkan sebelumnya. 

Tahilalat dibawah mata milik seorang Hyunjinpun turut menjadi salah satu penarik dirinya untuk memerhatikan Hyunjin disana. 

Hidung mancung dan bibir tebal, rahang yang kian tirus menjadi poin poin pendukung kecantikan istrinya. Jika saja matanya terbuka, sungguh dimatanya Hyunjin begitu sempura untuk kecantikan di mata dirinya. 

Selama ini, ia akui jika dirinya terlalu menutup mata hanya untuk seseorang di luar sana. Lebih memanjakan dia yang hanya sebagai kata kekasih, lebih memerhatikan ia yang katanya tersayang. 

Lebih membuka mata untuk ia yang belum pernah melakukan pengabdian kepada seseorang yang di sebut suami. 

Sering kali dirinya mendengar senandung yang terlontar dari mulut tebal istrinya kala ia tengah mengerjakan sesuatu sendirian. 

Namun dirinya tetap menutup telinga dan hanya membukanya di saat ia tengah berdua dengan orang lain. 

Sadar ia dengan ketekunan istrinya ini, namun bagaimana hati tetap masih memilih yang lain. Anak malang, anak menyedihkan, anak yang terlalu mementingkan perasaan orang lain, seharusnya ia dapat bersanding dengan seseorang yang lebih daripada denganya.

'Aa.'

Setiap panggilan untuknya yang terkesan biasa, terkadang menjadi sebuah melody indah yang lagi lagi dirinya menepis hal tersebut. 

'Aa.'

Terkadang panggilan untuknya adalah sebuah sirat ketakutan, kesediha, juga panggilan untuk dirinya berlindung di balik tubuhnya yang tegap. 

Cup

Bangchan tersadar seketika dari rasa terlarutnya ia melihat wajah damai istrinya yang tengah tertidur hanya dengan sebuah kecupan singkat di atas bibirnya. 

"Aa di panggilin kok gak nyaut? Mukanya juga kenapa deket deket muka Hyunjin?" Tanyanya, barulah Chan kemabli sadar saat dirinya terlalu berdekatan dengan sang istri. 

"Tadinya mau bangunin aja." ujarnya beralibi. 

"Mau bangunin kok malah ngelamun." Sindirnya sembari bangun dari berbaringannya.

Chan masih melihat wajah Hyunjin meski istrinya bergerak, wajahnya tetap cantik meski ia baru saja bangun tidur. 

"Aa mandi gih, bau soalnya." Suruhnya yang setelahnya tersenyum jenaka. 

"Iya." Patuhnya, lalu berdiri dari dirinya yang berjongkok lalu melangkah untuk menuju kamarnya di lantai dua. 

Hyunjin yang melihatpun serasa aneh dengan suaminya tersebut. Biasanya, Chan akan mendengus sebal kala di katai bau oleh dirinya seolah menolak jika memang ia bau keringat karena aktivitas yang sudah di laluinya.

Tapi biarlah, ia tidak akan terlalu memikirkannya lagi pula bagus bukan Chan tidak marah di hari ini atau Chan juga setidaknya tidak terlalu dingin di hari ini.

Hyunjin lalu menatap buku yang ia pegang sedari tadi. Niat awal dirinya adalah membaca di ruang keluarga, namun gagal karena ia kalah saing dengan rasa ngantuk yang menyerang dirinya seperti hari kemarin. 

Young Married // Chanjin (end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang