Menatap nanar pada objek segumpal daging bernyawa kecil dalam sebuah box bening yang kita sering sebut dengan sebutan inkubator.
Bayi malang yang seharusnya belum waktunya ia berada di dunia ini tapi dengan sangat di sesalkan ia sudah terlihat oleh orang orang penuh akan dosa.
Relung hati Felix seolah tertusuk tusuk dengan perasaan berdosanya pada mahluk kecil tak tau apa apa, mengingat ulah dirinyalah bayi itu sudah hadir di dunia. Sungguh, jika saja bukan suruhan dan keegoan dirinya serta ibunya mana mungkin bayi yang terlampau kecil itu berbaring berjuang sendiri disana.
"Felix?"
Sang pemilik nama lantas menengok pada seseorang yang memanggilnya.
Hyunjin.
"Hai gimana udah baikan?" sapa Felix dengan nada yang tak bersemangat disana. Hyunjin hanya mengira jika iparnya ini turut sedih mengenai perihal bayinya yang harus terlahir jauh sebelum waktunya tiba, Hyunjin mengangguk sambil tersenyum kecil disana sebagai jawaban dirinya sedikit membaik. Chan turut hadir hanya diam tanpa ikut serta untuk saling berbicara satu sama lain, adiknyapun enggan untuk bertanya pada Bangchan.
Tidak ada suara lagi setelah Hyunjin mengangguk. Ketiga orang disana lalu menatap darah daging Bangchan juga Hyunjin yang tertidur dialam inkubator.
Sungguh sebenarnya Felix malu berada disana, sangat malu terlebih pada Hyunjin, berkedok menenangkan padahal menyesakkan. Bulir bulir mata mengepung bersamaan di bawahan mata yang jika sekali mengedip air mata itu akan turun begitu saja.
Tenggorokannya sakit, serta rasanya ia ingin pergi menjauhi kedua orang yang berstatus kakak dan kakak iparnya. Ya, sebaiknya Felix pergi sekarang sebelum Hyunjin dan Bangchan mengambil suara untuk mengobrol bersamanya.
"A, Hyunjin aku pamit pulang." pamitnya namun berbalik membelakangi tanpa menghadap terlebih dahulu kedua orang disana. Hei, tentu itu membuat mereka merasa heran kala Felix langsung berjalan menjauh begitu sebelum ada sahutan dari keduanya.
Ya, Felix menolak memandang mereka kembali karena air matanya sudah jatuh di kedua pipinya. Maka dari itu sebaiknya ia segera pergi, biarkan Hyunjin dan Bangchan berpikir apapun tentangnya yang penting Felix melenggang dari sana.
Kembali lagi pada pasangan Bangchan dan Hyunjin yang menatap punggung adik mereka yang kian menjauh hingga tertelan dinding saat anak itu berbelok di tikungan lorong sana.
"Felix gapapa?" tanya Hyunjin pada Bangchan. Karena Bangchan yang tidak tau pun ia hanya menaikan bahunya acuh.
Kembali mereka menatap anak mereka yang hanya di pakaikan pempers yang paling kecil namun tetap terlihat begitu besar bagi bayi mereka. Hanya dengan penutup kepala yang menutupi setengah kepala bagian belakang.
Lalu terpasang begitu banyak kabel kabel serta selang oksigen di tubuh serta hidungnya. Miris, sangat amat miris. Siapa yang tidak akan merasa miris sampai meringis kala melihat kondisi anak dari pasangan Bangchan serta Hyunjin.
Tangannya yang terbebas dari selang infus lalu terangkat menyentuh kaca bening sebatas wajahnya seolah ia tengah menyentuh sang buah hati. Ada rasa sedih yang teramat dalam, ada pula rasa senang kala tau anaknya masih bernapas meski dalam penangan dokter yang begitu ketat.
"Mirip Hyunjin." gumannya sendiri yang di angguki Bangchan. Ya meski masih bayi, wajahnya begitu mencopy wajah Hyunjin sendiri. Tidak dengan Bangchan sedikitpun atau keluarganya sekalipun.
"A, apa udah di kasih nama?" tanya Hyunjin tanpa mengalihkan atensi dari anaknya sendiri.
"Udah, namanya Davina artinya disayangi. Gimana menurut kamu?" Balik tanya Bangchan sambil melihat Hyunjin yang terfokus kedalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Married // Chanjin (end)
FanfictionDari judul saja sudah ketahuan cerita tentang apa ini, atau mungkin kalian juga mengalami nikah muda? Pada umumnya, nikah muda biasanya di alami oleh anak anak remaja yang berusia sekitaran 17 tahun sampai dengan 21 tahun. Lalu bagaimana jadinya j...