Jungkook menatap sekitar dengan helaan napas yang terdengar gusar, sesekali mengecek jam yang melingkar pada pergelangan tangan. Jimin menyebalkan, padahal sudah diwanti-wanti harus tepat waktu, pun sekarang pemuda itu belum datang juga.
Ini sepuluh menit lagi kereta akan segera melaju, tapi pria pendek yang sialnya sahabat Jungkook itu belum ada tanda-tanda akan hadir, kalau memang tidak jadi ikut, seharusnya beritahu sejak awal. Tapi si bibir tebal sudah menyanggupi ajakan dan Jungkook percaya pada setiap kata yang terlontar dari mulut Jimin, soalnya anak itu tak pernah main-main perihal janji.
"Lama banget, sialan!" Hardik Jungkook saat melihat Jimin tengah melangkah lunglai dengan mulut menguap.
"Kesiangan, semalam bergadang, kukira gak akan telat bangun, maaf, hehe." Jimin memberi cengiran, lantas Jungkook buru-buru masuk ke dalam kereta dan mencari nomor dari tiket yang sudah diberi Nayeon, sampai akhirnya menemukan bangku yang paling ujung.
Jungkook langsung menyimpan tas beratnya ke atas kabin, begitupun juga dengan Jimin, bahkan pria pendek itu membawa koper. Berlebihan, padahal hanya berlibur tiga hari, tapi Jungkook biarkan saja daripada Jimin urung ikut bersamanya.
"Di sana kita tidur di mana?" Tanya Jimin saat sudah kembali duduk dan menyamankan diri untuk menikmati perjalanan yang tidaklah dekat.
"Cari penginapan, yang murah, aku cuma punya sedikit uang," ungkap Jungkook, memasang headset pada telinga dan mulai terlelap dengan mudah, habisnya semalam kurang tidur jadi mengantuk sekali saat kereta mulai melaju perlahan untuk sampai pada tujuan mereka.
Jimin mainkan ponsel saja, buat dulu status pada sosial media sebagai bentuk hiburan, juga memberi kabar pada orang rumah kalau dirinya sudah berangkat dan tinggal menunggu waktu saja. Tak lama dari itu Jimin ikut terlelap sembari menikmati perjalanan yang akan ditempuh sangat lama.
Oh, astaga, tidak sabar berlibur.
...
"DAEGU!"
Sial, memalukan punya sahabat macam Jungkook, langsung saja Jimin bungkam mulut itu pakai permen dan anak tersebut kembali bergeming sembari mendelik tak suka atas kelakuan Jimin yang bisa saja membuatnya tersedak.
Mati di sini kan tidak lucu, dan juga terlalu konyol.
Turis dari Busan dinyatakan tewas setelah teriak sebab tersedak permen gagang perisa susu. Sumpah, Jungkook tak kuasa bila berita itu menyebar jika memang dirinya mati dengan keadaan mengenaskan.
Lantas Jimin menyeret koper kecilnya, tangan yang bebas digunakan menekan-tekan layar ponsel sembari mencari lokasi yang ditunjuk, dan Jungkook mengikuti langkah sahabatnya sembari melihat-lihat pemandangan Daegu yang berbeda sekali dengan Busan, begitu menakjubkan, tak sia-sia mereka jauh pergi ke sini.
Jungkook senantiasa mengekor dari belakang sembari memegang tali ranselnya erat-erat, Jimin terus masuk ke sebuah sekat bangunan dan Jungkook mulai menarik baju sahabatnya agar tak melanjutkan langkah untuk terus masuk lebih dalam. Serius temaram, dan itu agak mencurigakan, tapi Jimin malah merasa tak suka.
"Apaan, sih? Jangan tarik-tarik, anjir!"
"Ya, berhenti dong, seram tahu! Jangan masuk ah." Netra jenggala itu berpendar rasa takut, pun tubuh mulai beringsut mundur, siap untuk keluar dari gang tersebut.
"Tapi kata Google Maps masuk sini, udah ah, ayo jangan jadi penakut," ujar Jimin, pun Jungkook memberenggut tak suka saat si bibir tebal malah semakin masuk ke dalam gang gelap itu.
Seakan yakin kalau di sana tak terdapat apa-apa, padahal siapa yang tahu kalau tiba-tiba ada preman atau paling parah beruang kelaparan. Tidak, tidak! Jungkook ingin menangis saja.
"T-tapi seram, gak lihat gelap gini, hah? Atau udah buta?" Jungkook kalau takut biasanya suka sekali menghina, habisnya benar-benar menakutkan, Jimin juga tak mau mengerti.
"Bunda, bantu aku," cicit Jungkook saat memeluk lengan Jimin sembari terpejam, dan si bibir tebal hanya menghela napas saja melihat kelakuan Jungkook yang berlebihan.
"Tuh, benar ke sini kok," celetuk Jimin sambil melepaskan pelukan Jungkook pada lengan kiri, yang semakin mengerat dan tak mau disuruh menyingkir.
"Gak mau takut," cetus Jungkook, bahkan semakin merangsek pada Jimin dan membuat lelaki itu merasa risi atas perbuatannya.
"Lihat dulu makanya," tegur Jimin sembari menyentak Jungkook dan anak itu seketika membuka mata.
"Wah!" mata bulat itu melebar, takjub pada apa yang tengah dilihat, tampak sekali orang-orang di sini kebingungan atas kedatangan Jimin dan Jungkook.
Jimin menyeret kopernya lagi sebelum bertanya pada seorang pemuda yang tengah membawa keranjang dengan banyak jeruk, pemuda itu memandang aneh dari atas ke bawah sebelum menunjuk Jimin.
"Pendatang?" Maka Jimin langsung mengangguk, pemuda dengan warna kulit sangat putih itu ikut mengangguk dan menghadap Jimin yang sepertinya butuh pertolongan.
"Boleh tahu di mana letak penginapan Yeon?" Pria dengan tubuh kecil itu seakan tahu dan dengan satu kode menyuruh Jungkook dan Jimin mengikuti langkahnya.
"Dari mana kalian?"
"Dari Busan," jawab Jimin cepat, entahlah, ingin saja merespons dengan tanggap.
"Mau jeruk?" Tawar pemuda itu yang kini melangkah di samping Jimin sambil menyodorkan keranjangnya yang berisi buah oranye kaya vitamin C tersebut.
"Boleh?"
"Tentu, tawari juga kekasihmu," sahut pemuda tersebut dan Jungkook tergelak keras mendengar perkataan itu.
"Gak sudi aku, punya pacar bantet macam dia." Jungkook masih terus tertawa walau sebenarnya itu membuat Jimin mendelik karena dihina sedemikian rupa, ya sudahlah namanya juga sahabat.
"Manis," lugas Jimin sambil menatap pemuda itu sembari terus memakan buah jeruknya yang sudah kena kupas, entah memuji buahnya atau orang yang memetiknya, yang jelas Jungkook sudah bersiul menyebalkan.
"Nah, ini." Pemuda manis itu menunjuk rumah yang agak besar dibanding bangunan lain, tampak jelas nama penginapan itu di halaman rumah.
"Eh, jangan pergi dulu, uhm ... siapa namamu?" Cegah Jimin sembari memegang bahu pemuda yang masih merangkul keranjang.
"Aku? Min Yoongi, ada apa?" Sahut pria bernama Yoongi itu dengan kepala miring, astaga lucu, kenapa Jimin baru menemukan hal seperti ini di Daegu?
"Aku gak hafal daerah sini, gimana kalo kamu yang jadi tour guide kami?" Tawar Jimin dengan harap-harap cemas, Yoongi tampak tercenung sembari menatap tepat pada mata bulan sabit milik Jimin.
Meneliti lensa jernih itu dengan pandangan intimidasi sekaligus menatap polos, pun Jimin tertegun pada mata setengah malas tersebut. Oh, apakah itu mata kucing? Menggemaskan!
Pemilik penginapan yang menyambut pun ikut terdiam saja melihat dua insan yang tengah bersitatap sebelum Yoongi menunduk dan menganggukkan kepala tanda setuju atas keinginan Jimin.
"Mulai besok, aku ingin keliling sekitar sana," ujar Jimin yang tersadar dari lamunan dan pusaran mata yang buat terpana, jari menunjuk asal pada banyaknya pohon di bagian Timur.
"Uhm!" Angguk Yoongi sebelum pamit dan melambaikan tangan pun Jimin berlalu masuk setelah diteriaki Jungkook dari dalam agar cepat menyusul.
Astaga, kenapa Jimin jadi seperti ini? Bukankah Jimin bukan seseorang yang suka lelaki, maksudnya ... Jimin itu bukan pecinta sesama pria seperti Jungkook. Bahkan semua mantan kekasihnya wanita dengan rambut panjang dan jari tangan lentik, tapi tadi sepertinya agak berbeda, melihat Yoongi rasanya mendebarkan.
Ah, mungkin hanya kagum, tak usah berlebihan. Apalagi sampai Jungkook tahu resah hatinya, nanti anak itu pasti meledek hingga malam, kan menyebalkan kalau benar sampai terjadi.
Tbc
Aku buat di sini, Busan kalo ngomong non baku, sedang Daegu baku, jadi ada perbedaan cara bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour
FanfictionKetika Daegu jadi titik temu takdir. Bertemu dengan sosok asing dan ... Menikah begitu saja. (Taekook; Tae-top, Kook-bottom) (Minyoon; Jim-top, Yoon-bottom) Don't like, don't read!