Warn!
"Boleh?"
Piyama yang dipakai Yoongi menit tadi harus rela tanggal saat Jimin mulai menyelami setiap inci tubuh pria yang lebih tua. Mengusap dengan sentuhan main-main pada perut, naik terus ke atas hingga mencapai puncak yang mencuat. Yoongi melenguh pelan atas gelenyar menyenangkan hadir pada setiap sentuhan yang dibubuhkan suaminya, terasa intens dan penuh perasaan.
Jimin menikmati wajah manis yang kepayahan mengatur gerak tubuh sendiri, bisa tahu kalau Yoongi terlampau jadi pecundang jika dirinya mulai mendominasi. Wajahnya terlihat nelangsa dengan banyak rasa tertahan ketika Jimin mainkan satu tangkupan dada pria tersebut, si kulit pucat tiba-tiba membusungkan torsonya saat tak kuasa menahan lagi.
Kali ini Jimin ingin berlama-lama melihat prianya kesusahan ketika libido mencapai jumantara, bagaimana Yoongi begitu damba pada setiap kecupan yang ia berikan, dan Jimin merasa senang saat lenguhan Yoongi semakin lantang terdengar.
Panggilan manja dari pria yang lebih tua mau tak mau membuat Jimin kegirangan, terdengar pria itu merengek ingin cepat dijamah lebih-lebih lagi karena tubuhnya sudah mulai panas atas rangsangan. Tapi sesuai keinginan Jimin yang terucap dalam hati, ia ingin lihat Yoongi dalam keadaan begini semalaman, kalau bisa.
Tak cepat dikabulkan keinginan si manis, Jimin malah menjilat telinga sampai-sampai Yoongi mengerang tak berdaya. Pemuda itu benar tega karena tak mau dengar segala permintaannya agar cepat menyelesaikan semua ini, Yoongi tak kuat menahan gejolak pada tubuh.
Lidah nakal itu kini turun menelusuri tulang selangka, memberi sedikit ruam merah, membuat satu tanda kepemilikan kalau Yoongi adalah pria miliknya. Sedang si kulit pucat sibuk mengoceh dengan deru napas tersengal, mengacak rambut suaminya kala Jimin berhasil menyusu dengan gerakan kelewat seduktif.
Selagi bibir menjamah dada, satu tangan lain memainkan jalan masuknya di bawah sana, membuat gerakan memutar sebelum memasukkan jari tengah sedikit demi sedikit. Sang submisif memekik tertahan, mencengkeram bahu suaminya erat-erat kala apa yang dilakukan pemuda itu membuat perih pada bagian selatan.
Jimin memundurkan tubuh, melihat dari atas bentuk indah seorang Yoongi yang mulai berpeluh dengan banyak bekas kecupan di sepanjang leher dan dada. Jari tak lepas mengoral juga sebagai pemanasan agar jalur tersebut lebih siap ketika ia masukki.
Jari kaki Yoongi menekuk sempurna pada seprai yang tengah ditindih, kedua kaki dibuat mengangkang saat Jimin coba melebarkan liangnya, pemuda belasan tahun itu sibuk memperhatikan kondisinya yang sudah teramat kacau. Tapi juga dibarengi pujian yang terlontar begitu saja sampai Yoongi dibuat semakin terbang ke angkasa.
Katanya, Yoongi selalu cantik jika sudah pasrah menyerahkan diri seperti ini, terlampau indah melebihi lukisan yang dipoles hati-hati. Memang jelas kalau Jimin bersikap hiperbola, tapi entah kenapa Yoongi justru suka pada setiap kata pemuda itu tentang parasnya ketika tengah dipersiapkan seperti sekarang.
Pipi merah padam, napas pendek-pendek kala Jimin berhasil menyentuh titik manis, gemaan nyaring khas rasa nikmat dari pergumulan juga jangan lupa terselip nama Jimin di ujungnya. Jimin tak jera terus memuja pria yang ada di bawah kuasanya, tengah menutup wajah karena tak kuat atas rangsangan yang diberikan, Jimin mengeluarkan dua jarinya saat dirasa Yoongi sudah ia persiapkan dengan baik.
Kedua kaki Yoongi ia tekuk, lantas didorong hingga paha Yoongi bersentuhan dengan perutnya sendiri, sembari coba melesakkan kepemilikan dalam sekali hentak. Alhasil, Yoongi menjerit keras saat terkejut atas rasa sakit yang diterima dalam sekejap mata, bukan untuk yang pertama kali tapi ... Memang selalu terasa sakit di bagian awal.
Perlahan Jimin mulai beraksi, bergerak dalam tempo sembarangan, guna mencari letak yang benar terlebih dahulu sebelum mencapai inti. Rintihan sakit Yoongi mulai terdengar beda saat ini, lenguhan yang jarang jadi semakin sering.
"There, Jim!" Teriak si kulit pucat, memberitahu kalau Jimin sudah mengenai spot yang membuat tubuh gemetar.
Suara tepukan yang awalnya pelan, kini berubah jadi kencang, jangan lupa desah lantang pria dalam kukungan membuat suasana semakin panas adanya. Jimin menggeram sesekali saat miliknya diremat oleh surgawi yang terasa hangat dan licin, seiring waktu maka akan menyempit sendiri.
Bibir tipis yang terus terbuka untuk melontarkan satu kalimat aktif, Jimin bawa dalam peperangan lidah, Yoongi menyambut baik setiap cecapan. Bahkan pria itu membuat ciuman terkesan berantakan, namun Jimin terus menuntun agar pergelutan dalam mulut melembut.
Yoongi yang paham keinginan pemuda Park cepat mengikuti ritme, mulai ikut pada irama yang diberi Jimin. Teratur, lembut, pelan dan yang paling penting mendebarkan. Seberapa sering mereka berciuman rasa-rasanya baru kali ini terasa nyaman, begitu menggelitik pada hati dan terasa hangat pada jiwa.
Jimin terus berusaha agar Yoongi terbuai pada lumatannya, membawa pria itu pada arus yang ia berikan, menuntun agar terus begitu sampai akhir pelepasan. Dan benar, hangat menjalar di dalam Yoongi pertanda permainan malam ini berakhir menakjubkan, pakaian Jimin yang belum sempat dibuka jadi kotor oleh putih milik Yoongi.
Tak ada jeritan di puncak putih, kini senyum jadi garis akhir pertandingan mereka, Yoongi memeluk leher suaminya dengan tangisan, dan Jimin membiarkan pria itu merangkul sesuka hati begitupun dengan isaknya.
"Yang tadi hebat sekali, aku suka." Mendengar bisikan sengau dari si kulit pucat membuat Jimin tersenyum lebar.
Memang benar, pergumulan mereka yang tadi tak seperti malam-malam sebelumnya, kali ini terasa syahdu. Teramat menyukai di setiap momen yang terjadi, atau ketika akhir dari segala euforia —benar luar biasa sekali.
Perbedaannya jelas terasa, Yoongi memang membiarkan Jimin memasukkinya di malam pertama mereka, tapi sumpah demi apapun yang tadi lebih-lebih mendebarkan dari malam itu. Hangatnya sampai merasuk dada, debar jantung tak tahu arahan, hingga satu obsidian menghantarkan segala perasaan.
"Aku cinta kamu."
Kali ini Jimin yang mengungkapkan, Yoongi mengangguk cepat. Benar, pergumulan ini tiada tandingannya karena dibarengi dengan rasa cinta, puncak yang biasa dicapai pun begitu berkesan sampai-sampai Yoongi ingin mengabadikannya tanpa cacat.
Harus dikenang, tak boleh terlupa. Karena dari sekian malam yang pernah dilalui, nyatanya malam ini justru yang paling mereka sukai. Meledak bersamaan dengan debaran jantung yang menggila, dambaan di setiap kecupan, rasa sayang pada ujung-ujung sentuhan.
"Aku ingin merekam kejadian malam ini, malam di mana kamu menghangat di dalamku, benar-benar fantasi yang tak terduga."
Semua ungkapan itu langsung dihadiahi kecup pada dahi, Jimin merenggangkan peluk mereka, lantas rebah ke samping dan membawa Yoongi pada dadanya. Membiarkan pria yang lebih tua mendengarkan degup yang terjadi di dalam sana.
"Potret, Kakak bagai sebuah gambar tak tercela, detik tadi sungguh sebuah damba yang aku nantikan sejak lama."
Pujian yang tak akan pernah Yoongi dapatkan dari orang lain, karena yang sanggup bertutur seperti pujangga penyair karya cinta hanya bisa dilakukan oleh satu orang, Park Jimin.
Akhir dari malam ini adalah lelapnya tidur ditemani rengkuh hangat yang menjaga di sepanjang menyelami mimpi. Tentang perasaan dua insan yang kini bersatu dalam jalinan kuat, saling mencintai tidak ada salahnya, mulai sekarang mereka kasmaran berdua.
Tbc
Jimin cinta Yoongi.
Yoongi cinta Jimin.
Kalau Hirai cinta kamu, hiya-hiya.Aku mau fokus ke Minyoon dulu biar nanti enak bikin moment Taekook tanpa ke selang-seling lagi, gak banyak— mungkin beberapa part. Aku juga coba bikin mature tapi tanpa nsfw, sejauh ini good, aku bisa menjamahnya. (Berbangga atas sukses dalam diri).
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour
FanfictionKetika Daegu jadi titik temu takdir. Bertemu dengan sosok asing dan ... Menikah begitu saja. (Taekook; Tae-top, Kook-bottom) (Minyoon; Jim-top, Yoon-bottom) Don't like, don't read!