Part 39

922 87 9
                                    

Jungkook terbangun diiringi ringis yang berisik, kemudian melihat samping tubuhnya tak terdapat satu sosok yang biasa masih bergelung dalam selimut, sudah pukul setengah tujuh, artinya Jungkook terlambat bangun. Piyama sudah berganti, mungkin yang dipakai semalam tercecer sedikit oleh cairan mereka hingga suaminya mengganti dengan yang baru, beranjak dari kamar sembari memegangi perut.

"Pagi, asmaraloka," seloroh Taehyung ketika mendapati mudanya keluar dari bilik dengan mata sipit, kentara masih mengantuk tapi terpaksa harus terbangun.

"Kenapa? Sakit?" Taehyung bertanya dengan alis diangkat sebelah, melihat mudanya masih asik memegangi perut sesekali diusap.

"Gak kenapa-kenapa, cuma agak begah aja, gak tahu kenapa." Mendengar balasan Jungkook maka pria Kim menyuguhkan susu kesukaan mudanya, berperisa pisang dengan kadar gula rendah.

"Makasih," ucap si gigi kelinci sebelum meneguk minuman yang diberi suaminya, Taehyung hanya tersenyum saja sebagai tanggapan.

"Eh iya, semalam aku lupa gak minum vitamin, gimana dong?" Jungkook tersentak kecil saat tahu kalau tablet hariannya tidak terminum, terlalu asik mengejar nafsu sampai melupa pada sesuatu yang penting.

Taehyung menggaruk tengkuk, Jungkook masih belum menyadari kalau vitamin itu obat kontrasepsi, jadi Taehyung harus jawab apa saat ini?

"Aaa-iya, yang itu sudah habis, nanti sepulang kerja aku beli yang baru, jangan minum yang kemarin-kemarin lagi," ujar Taehyung, merasa bersalah sudah membodohi istri sendiri, tapi jika tak begitu nanti Jungkook hamil dan harus menanggung resiko yang tak sedikit.

"Lho, kenapa? Vitamin yang kemarin manjur kok, aku jadi nafsu makan," sahut Jungkook merasa heran, Taehyung menjilat labium bawahnya, gugup dan bingung harus mengakali bagaimana.

"Jangan ah, dosisnya tinggi, kita bisa beli yang dosisnya agak rendah," kata pria Kim tersebut, bagus sekali alasannya, bukan hal yang patut ditiru.

Jungkook mengangguk saja, perutnya masih terasa kurang nyaman, apa mungkin semalam tak minum obat yang biasa diteguk, jadi kurang bisa menetralisir setelah pergumulan. Tapi cepat dihiraukan, karena Taehyung ternyata sudah memasak untuknya, seolah tahu kalau Jungkook akan terlambat bangun untuk pagi kali ini.

Hanya sebuah telur mata sapi, di bawahnya ada nasi hangat instan yang bisa dimasak melalui microwave, segini saja Jungkook bersyukur sekali karena Taehyung mau bersusah payah menyiapkan sarapan. Pria itu melahap masakannya dengan hening, karena Jungkook jadi lebih pendiam sebab perutnya kurang nyaman saat ini, bahkan beberapa kali mendesis.

Usai menyuap sarapan sederhana mereka, maka kedua pasangan Kim pindah ke sofa, seperti satu kebiasaan jika ingin bersantai sembari tunggu waktu sampai Taehyung berangkat. Si mata tajam menyalakan televisi, memindahkan channel pada siaran kesukaan Jungkook jika pagi-pagi begini, entah Pororo atau We Bare Bear yang tayang.

Jungkook bersandar pada dada suaminya, lutut ditekuk dan bergelung nyaman atas rengkuhan yang dirasakan, juga rambutnya tak henti diusapi walau kemungkinan bau keringat sebab Jungkook belum mandi. Taehyung menikmati pagi seperti biasa, tapi kini sesekali ikut mengusap permukaan rata milik Jungkook, risau juga saat Jungkook terus bergerak karena kurang nyaman oleh rasa begah.

"Kenapa tiba-tiba begini? Kamu makan apa semalam sebelum tidur?" Tanya Taehyung, Jungkook bergeming sembari mengingat apa yang ia lahap kemarin.

"Paha ayam goreng, kan kamu yang beliin, terus minum air putih, gak ada yang aneh kok, kecuali vitamin yang gak ikut tertelan," sahut Jungkook, tampak pria Kim mulai mendiagnosis, apa mungkin karena obat kontrasepsi itu, ya? Ini efeknya?

Guna obat kontrasepsi itu untuk menangkal sel telur agar tak membuahi, semalam tak terminum kemungkinan efeknya jadi agak berbeda ketika dirasakan. Taehyung memilih tutup mulut, kalau bicara sekarang, nanti yang ada Jungkook malah sangsi atas kelakuannya padahal hanya berjaga-jaga saja.

"Kalau ada apa-apa, telepon saja, kamu ini sering pendam sendirian, aku berhak tahu keadaan mudaku ini." Jari-jari panjang menyentuh helai rambut mudanya, menyelipkan beberapa jumput pada belakang telinga, membuat Jungkook cepat menengadah untuk lihat paras suaminya.

"Iya, kadang kalo bisa ditangani sendiri suka sungkan buat bicarain sama kamu, maaf ya, bukan gak percaya, tapi ya gitu." Taehyung mengangguk, meniup pucuk rambut kekasih hati, sampai terbang dan teracak-acak lucu.

"Tadi mandi pakai air apa?" Jungkook mencubit bibir suaminya agar berhenti meniupi dengan angin yang dibuat dari mulut.

"Dingin," sahut Taehyung sekenanya, pantas saja Jungkook merasakan kalau jari-jari suaminya sedikit beku, jadi semakin bersalah karena terbangun kesiangan.

"Maaf, ya?" Jungkook menatap pria itu sembari mengelusi pipinya, menghantarkan banyak rasa dari segala sentuhan lembut.

"Tak apa, kamu sudah layani aku semalam, pantas bila kamu kesiangan." Pipi Jungkook memerah saat Taehyung malah mengingatkan kejadian malam tadi, malam panas yang memacu adrenalin saat mencoba gaya baru.

"Tapi kan biasanya gak sampai gini, walau malamnya kita ituan," kata Jungkook, merah itu kini menjalar sampai telinga dan Taehyung mencubit pucuk hidung mudanya.

"Kamu tahu betul, kalau malam tadi sangat luar biasa, bukan?" Taehyung berbisik, tak lama kemudian terkekeh jahil saat Jungkook memukul dadanya keras-keras, merasa malu atas percakapan yang terjadi.

"Udah ah, jangan bahas itu!" Sergah si gigi kelinci, tak kuasa untuk terus melanjutkan apalagi jika Taehyung mulai dengan segala godaannya.

"Yang meminta untuk tambah, siapa coba?"

Tuh kan, Taehyung itu jika mengerjai mudanya suka sekali sampai habis-habisan seperti ini, mungkin merasa menang saat Jungkook tak bisa melawan barang dengan satu kalimat. Ketika bibir tipis itu mencebik maka Taehyung menghentikan acara menggoda kelincinya, dirasa sudah merasa cukup, takut nanti pemuda itu menangis, urusan jadi panjang.

"Kamu libur?" Tanya Taehyung memulai lagi percakapan dengan bahasan baru. Jungkook hanya mengangguk sebagai jawaban, kembali menyandarkan diri dengan tenang saat Taehyung tak ingin lagi berulah.

"Kak Yoon katanya pulang hari ini, kebetulan aku gak ada kelas, jadi bisa temani sembari ajak main bayinya,". 

"Iya," jawab Taehyung seperlunya, membiarkan mereka bergeming sembari menikmati tayangan televisi.

Waktu yang bergulir tak terasa saat jarum pendek kini sudah menunjuk pada angka tujuh, sedang jarum panjang tunjuk pada angka sembilan, memberitahu kalau Taehyung mesti bersiap-siap untuk berangkat, Jungkook membantu memakaikan kemeja bahkan sampai menyematkan gesper, sebagai bentuk permohonan maaf atas keterlambatan bangun pagi.

Terakhir menyimpulkan dasi berwarna merah yang mencolok, kini suami dari Jungkook tersebut tampak rapi dan siap mengarungi banyak pekerjaan yang menumpuk. Jungkook menyisir terlebih dahulu rambut pendek Taehyung, sedikit diberi gel agar tak mudah rusak tatanannya begitu sampai di tempat kerja, mengingat pria itu perlu memakai helm.

Parfum yang Jungkook semprotkan menguar harum memenuhi indera penciuman, Taehyung begitu gagah walau hanya akan pergi kerja. Lantas pria itu melenggang masuk ke dalam lift setelah segala kebutuhan siap, dan setelah mengecek segala sesuatu yang kemungkinan tertinggal.

Kecupan pada kening tak pernah absen menghias setiap pagi, Jungkook bersenandung kecil sembari membuka satu per satu kancing piyama, merabut handuk dari gantungan dan melesat untuk membersihkan diri. Membiarkan suaranya mengalun indah saat pemuda itu asik bernyanyi di bawah kucuran shower yang membasahi, tak lupa sambil membilas rambut dan tubuh yang sudah kena gosok dari busa mandi sebelumnya.










Tbc

Tanda apa nih? Perut Juki kenapa?

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang