Part 22

1.1K 98 10
                                    

Di sinilah dua insan tengah duduk, di sebuah kedai kopi yang juga menyediakan berbagai macam makanan kecil. Jimin masih tak mau bicara selain mengeratkan genggaman tangan pada pria di sampingnya, juga Yoongi terus menunduk dengan bibir terkulum ke dalam.

Kencan pertama mereka, tentu buat debaran jantung tak karuan apalagi kini cinta mulai singgah pada masing-masing hati. Jimin terlampau bingung harus memperlakukan yang lebih tua seperti apa, kalau Yoongi memang tak pernah tahu kencan itu seperti apa adanya.

Dulu sewaktu masih sekolah di Busan, biasanya Jimin akan ajak ke bioskop untuk menonton film walau kebanyakan Jimin cari kesempatan buat raba sana-sini kekasihnya. Kalau tidak nonton ya makan di kedai-kedai biasa, soalnya Jimin malas keluar banyak uang buat kekasih, jadi dia agak perhitungan.

Tapi kali ini yang ia ajak kencan adalah istrinya, hak sah yang sudah Jimin janjikan akan kebahagiaannya apapun bentuk keadaan. Tak hitung-hitungan lagi perkara uang, lagipun Yoongi sedari tadi malah bayar sendiri walau Jimin menyanggupi jika hanya bayar kopi.

Tadinya mereka ingin jalan-jalan santai saja diseling jajan pinggir jalan, apalagi di sekitaran Seoul itu kalau hari Minggu suka ramai oleh jajaran pedagang. Jimin menolak keras, menggusur Yoongi agar ikut bersamanya untuk cari suasana tenang, hanya berdua.

Jimin memang sederhana, Yoongi baru tahu bentuk sifat pemuda itu, jadi dia lebih memilih ikut saja apa yang jadi maunya si bibir tebal. Dan berakhirlah dengan suasana canggung begitu mendominasi, saat lidah Jimin kelu ingin bicara dan Yoongi yang dari dasarnya kurang bisa memulai percakapan.

Cheese cake, macaron, dan dua cangkir latte jadi saksi di mana dua laki-laki saling mendiami karena canggung setengah mati. Pengunjung yang lain bersikap tak acuh walau kentara bingung melihat satu pasangan terdengar sunyi sejak lima belas menit tadi.

"Kak Yoong—"

"Jimin?"

Ucapan Jimin terpotong begitu saja saat sebuah suara menginterupsi, alunan lembut dan gemulai khas wanita muda. Rambut panjang diikat kucir kuda sebelum menghampiri satu entitas yang ia kenali.

"Lho, kamu ke Seoul juga?"

Jimin belum menjawab apalagi wanita itu tiba-tiba merangkul dengan rengkuhan erat sebagai penyalur rasa rindu sebelum melepaskan cepat. Yoongi hanya memperhatikan dan perlahan wajahnya berganti warna, kentara sekali tak suka pada apa yang tengah dilihat.

"Seul, kamu juga pindah sini?" Wanita itu cepat menggangguk, rambutnya ikut bergoyang lucu, lantas menyimpan laptop yang tengah dipeluknya sedari tadi.

"Keterima di salah satu Universitas, ya terpaksa pindah walau ngontrak, hehe." Cengiran wanita itu membuat Yoongi semakin memalingkan wajah dari perempuan yang seakan memonopoli suaminya.

"Oh," tanggap Jimin pendek, lagipun mau balas apalagi? Menjawab segitu saja sudah buat Yoongi makin marah luar biasa.

"Ah, iya Seulgi, ini perkenalkan Park Yoongi," Ujar Jimin tiba-tiba memperkenalkan pria yang ada di samping kirinya sedari tadi.

Seulgi mengangguk sembari menyalami, "Aku Kang Seulgi, salam kenal, ya."

Begitu mudah berteman dan akrab, sama halnya seperti Jimin yang sanggup meleburkan suasana. Yoongi mengangguk sedikit sebelum menunduk dan memainkan jarinya pada lutut yang terbalut celana jeans.

"Gila Jim, kamu tetiba hilang dari peradaban Busan, eh malah ketemu di sini. Sialan, mana gak pernah cerita punya Adik cakep lagi, sengaja diumpetin biar aku gak ambil, ya?"

Ini Seulgi terus bicara dan Jimin yang kebagian ambil napas banyak-banyak saat dirasa wanita itu malah salah sangka, mana dikira Adik Jimin lagi padahal umur lebih tua Yoongi, terpaut tiga tahun malah.

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang