"Mana bayinya?!" Teriak seseorang ketika pintu ruang rawat inap terbuka dengan segenap tenaga, Jimin yang baru terlelap pun harus kembali membuka mata kala lengkingan suara memenuhi ruangan.
"Taehyung, apa kabar, Nak?" Tanya perempuan renta, memberi senyum teduh pada satu sosok yang mengikuti Jungkook sedari tadi.
"Bibi Min, puji syukur, selalu baik," sahut Taehyung, menyalami Ibu dari Yoongi tersebut, Jungkook juga disuruh karena tampaknya pemuda itu terlalu tak acuh sebab sangat senang dan tak sabar melihat satu makhluk mungil.
Mata Jungkook otomatis berbinar dan besar, mendapati sosok dalam balutan kain berwarna merah muda, tampak nyenyak walau sekitarnya berisik. Yoongi tersenyum saja melihat bagaimana tetangganya begitu kagum pada sang buah hati, terselip rasa tak kuasa saat tahu kalau Jungkook juga menginginkan hal sama, walau tak pernah terucap dari belah bibirnya tiga bulan belakangan.
"Taehyung, sini, lihat cantik!" Pekik Jungkook merasa gemas sendiri, tapi tak berani menggendong sebab sebelumnya belum pernah merengkuh bayi baru lahir.
Taehyung mengikuti arah pandang pujaan hatinya, melihat satu entitas yang terpejam dengan bibir tebal, pipi tembam berwarna merah alami. Taehyung terpaku, bergeming saat menekuni satu makhluk yang menggetarkan hati, tak sadar malah terbawa perasaan hingga melankolis begini.
"Boleh aku pangku?" Tanya Taehyung meminta izin pada Ayah-Ibu si bayi, Jimin cepat mengangguk, membiarkan pria Kim menimang anaknya.
Buntalan lucu itu diangkat hati-hati dari ranjang kecil, kemudian ketika berhasil maka cepat ditimang dengan gerakan pelan, Taehyung terlihat andal dalam mengurus bayi bahkan ketika menggendongnya dengan sebegitu mudah. Jungkook ada di samping Taehyung, ikut menilik wajah cantik yang terpancar dari bayi tersebut, juga aura manis yang menguar dari minyak telon.
"Hai, Aegi udah lahir, ayo lihat Paman Jungkook!" Ujar si gigi kelinci semangat, walau yang diajak bicara masih tak ingin membuka mata.
Taehyung merendahkan gendongan saat Jungkook terlihat susah menggapai pipi si mungil, Jungkook lagi-lagi memekik lantas mencium pipi gembil itu dua kali. Yoongi dan Jimin diam-diam merasa hangat atas kelakuan dua manusia yang begitu romansa walau di tengah-tengah mereka ada satu sosok yang mesti diperhatikan.
Tak lama ketika Taehyung mulai pegal untuk terus merengkuh sosok mungil itu akhirnya kembali dibiarkan masuk ke dalam ranjangnya, membelai sebentar pipi merah tersebut sampai mendekatkan diri untuk berbisik di telinga kanan Mindee, “Doakan Paman agar diberi kemudahan untuk gapai momongan, pun semoga kamu terus tumbuh dengan sehat.”
Jungkook penasaran dengan segala bisikan suaminya pada si bayi, tapi ketika ditanya pria itu enggan menjawab jadi Jungkook terpaksa mencebik saat keingintahuannya tak ada kejelasan.
"Kinci?" Cuit satu lelaki yang baru saja memasukki ruang, Jungkook menoleh, mendapati Ayah dari sahabatnya.
"Paman Park! Rindu banget," sahut Jungkook sembari masuk ke dalam pelukan pria tua itu, yang diberi peluk tak kalah heboh saat bisa menemui makhluk manis yang dulunya sering main ke rumah.
"Sepertinya kamu sehat-sehat aja, gembul gini," ungkap Papa Park, mencubit pipi si gigi kelinci kemudian mengusak pucuk rambutnya.
Jungkook tak tersinggung, dia hanya mengangguk bagai anak lima tahun, begitu lugu disertai kerling jahil. Hal yang terjadi selanjutnya adalah Jungkook yang berpindah untuk mengusal pada Mama Park, memberi banyak kecupan pada pelipis bahkan menyuapi bingkisan berupa kue kering rasa kacang.
...
Setelah acara menjenguk bayi Park, pasangan Kim berpulang lagi pada kediaman, terlalu lama di sana takut menganggu karena Jungkook tak bisa menahan segala pekikan saat melihat Mindee menangis kencang tadi, katanya suara bayi itu begitu imut, Jungkook harus kagum untuk ke sekian kali.
Taehyung minta cuti sehari saat tahu kabar kalau tetangganya sudah mendapat anugerah, kalau Jungkook libur sudah satu minggu sebab baru menjalani perlombaan kemarin-kemarin. Kini kedua Kim saling bergeming dengan perasaan masing-masing, tapi kepala Jungkook masih terkulai di atas paha suaminya saat ingin melewati waktu berdua.
Jarang-jarang dilakukan, walau akhir pekan Taehyung libur tapi pria itu lebih sering tidur ketimbang ajak Jungkook jalan-jalan atau sekadar habiskan teh manis ditemani sendau gurau. Jungkook masih asik masukkan potongan apel ke dalam mulut, atau kadang-kadang memberi suapan pada suaminya, walau harus memberenggut saat Taehyung jahil dan menggigit jari telunjuknya.
Sebenarnya Taehyung tahu kalau pikiran Jungkook sedang melalang buana, berspekulasi banyak hal hingga harus terima kenyataan kalau belum diberi kepercayaan untuk mendapat satu karunia. Maka ketika pemuda itu melamun lagi, Taehyung inisiatif menggelitik pinggang mudanya yang kentara sensitif hingga Jungkook terbahak kencang.
"Hahaha, ampun, jangan gelitik!" Ujar Jungkook, kedua tangan sibuk berontak untuk menyingkirkan jari-jari nakal yang terus menggaruk pinggangnya.
"Tertangkap kamu, kelinci manis," cuit Taehyung, tak habis melancarkan aksi walau Jungkook kelihatan lelah tertawa hingga sudut matanya mengeluarkan air.
"Bunda, aku diterkam harimau!" Lengking sekali, brutal menumpas segala kegiatan Taehyung pada tubuhnya, sampai satu tendangan mendarat lancar pada perut pria Kim.
"Aduh." Taehyung memegangi area yang sakit, meringis tak karuan saat Jungkook tak main-main dalam tendangan, luar biasa menyakitkan.
"Satu sama, perutku sakit karena kebanyakan ketawa, nah kamu sakit bekas ciuman dari kaki." Kekeh renyah terdengar menggelegar memenuhi ruang tengah, seakan puas pada balasan yang dilakukan setimpal.
"Bendera putih aku kibarkan," seloroh Taehyung sambil angkat kedua tangan ke atas, tanda menyerah pada aksinya.
Jungkook menjulang di hadapan sang suami, berkacak pinggang layaknya pemimpin sombong, mengangkat dagu lebih tinggi dengan deham jemawa, "Jangan pernah melawan pemimpin arogan sepertiku, wahai anak muda."
Sampai akhirnya mereka tertawa berdua saat menyadari tingkah konyol masing-masing, merasa gundah tiba-tiba hilang jika segala percakapan terjadi sebegitu pelan dan nyaman. Jungkook menghambur masuk pada rengkuhan pria yang lebih tua, menyandarkan kepala pada bahu suaminya, sambil sesekali menggeleng agar helai rambutnya menusuk pori-pori Taehyung.
Sedang Taehyung memeluk pinggang dengan erat, membubuhkan kecup pada pelipis, merasai nyamannya ketika dipeluk begini oleh yang dicinta. Mabuk untuk kali yang tak tentu, candu pada setiap wangi yang dihirup, Jungkook bisa membuat sebegini atraktif walau hanya merengkuh seperti biasa.
Debar sudah tak asing dirasakan, bahkan semakin nyaring saat Jungkook malah menciumi leher dengan jilatan, pemuda itu benar-benar jika ingin suka terlampau tiba-tiba. Tak bisakah menunggu matahari terbenam lebih dahulu? Agar pergumulan terasa lebih khidmat dan syahdu kala hewan malam ikut bersenandung memeriahkan suasana.
"Hei, masih siang," peringat Taehyung, menarik kepala mudanya sembari menelisik wajah manis itu, Taehyung harus menelan ludah saat figur Jungkook jauh lebih cantik ketika sudah tersentil nafsunya.
"Ingin, satu ronde aja, kita udah gak adu ranjang selama seminggu karena kamu sibuk, a-aku rindu."
Taehyung malah terkekeh gemas, mencium pucuk hidung mudanya kemudian menggesekkan kening mereka yang bersentuhan. Merasa tak kuasa untuk menolak apalagi jika Jungkook yang meminta sebegini rupa, siapa yang sanggup berkata tidak?
"Kamar tidur, sofa atau bathub?" Jungkook tiba-tiba menyatukan bibir mereka, menyesap berantakan hingga Taehyung paham kalau Jungkook ingin tetap di sini.
Dengan televisi menyala, udara pagi yang menguar dari jendela dan raung nikmat yang dilontarkan mudanya saat Taehyung menghentak membuat akal sehat tak bekerja.
"Le-lebih kencang, ngh."
Pun Taehyung yang selalu menuruti mudanya jikalau keadaan sebegini panas dan membara, turut pengaruhi segala perasaan yang membuncah.
Tbc
Hohoho🌚🌚
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour
FanfictionKetika Daegu jadi titik temu takdir. Bertemu dengan sosok asing dan ... Menikah begitu saja. (Taekook; Tae-top, Kook-bottom) (Minyoon; Jim-top, Yoon-bottom) Don't like, don't read!