Part 24

895 103 16
                                    

Waktu terus bergulir dengan cepat, sudah lama sekali perihal kejadian Jimin merana, sudah lama pula kejadian Jungkook kabur. Kini hanya ada Taehyung dan si pemuda Busan tengah bersantai ria, menikmati setiap racau burung yang menyambut hari.

Satu tahun berlalu, rasanya Taehyung baru saja menikahi pemuda gigi kelinci dalam dekapan, kini sudah berlalu dengan penuh kenangan. Jungkook masih seperti remaja pada umumnya, mudah merajuk dan mudah tergiur pada opini orang, benar-benar labil dan Taehyung harus lebih banyak sabar kala pemuda tersebut mengerucutkan bibir.

Seperti saat ini, pemuda itu tengah membelakangi Taehyung, dengan lengan terlipat di depan dada, tanda marah teramat sangat. Yang lebih tua sudah coba membujuk, tapi nyatanya Jungkook itu sulit disogok oleh hal apapun kalau sedang seperti ini.

Masih perihal semalam yang tak Taehyung turuti, sebab terlalu rawan jika benar ia lakukan, Jungkook masihlah terlalu muda. Sedikit besarnya ia belum paham resiko yang akan diambil, jadi Taehyung lebih baik didiami pemuda itu dibanding mengikuti keinginannya.

Lagipun ia sudah bicarakan ini dengan si gigi kelinci sebelumnya, tapi Jungkook masih kukuh kalau dirinya akan baik-baik saja, dan Taehyung ragu untuk memercayainya. Tubuh Jungkook penuh ruam, piyama terkancing sembarangan, bekas malam tadi mereka bergumul dan cepat-cepat membereskannya kala Jungkook minta hal sulit.

"Sudah ya merajuknya? Ayo, sini." Taehyung masih coba membujuk.

"Tapi aku pengen Adik bayi!"

Nah, masih tentang pembicaraan ini, sebab utamanya karena Yoongi sedang mengandung anak pertama yang kini berumur enam bulan, tampaknya Jungkook kepanasan sampai minta itu sejak minggu lalu.

"Sini dulu, lihat aku," titah Taehyung sembari colek pinggang mudanya agar cepat berpaling, berbicara sembari membelakangi bukanlah sikap sopan.

Jungkook memperlihatkan wajah keruh, ia benar-benar marah pada Taehyung saat keinginan untuk dibuahi tak dituruti, padahal sepertinya enak harus bawa-bawa beban selama sembilan bulan. Ia ingin merasakan jadi seorang Ibu, ia ingin bisa seperti Yoongi yang mengatakan kalau anaknya mulai membesar dengan degup jantung kecil.

Apa Taehyung tak paham keinginan hingga terus mengatakan tidak?

"Apa susahnya, sih? Aku cuma pengen bayi, gak minta kamu bikinin seratus candi dalam satu hari, i just want a baby." Taehyung mencium ranum itu agar berhenti bicarakan tentang bayi, berisik sekali, sudah dibilang kalau sekarang belum waktunya.

"Nikmati masa mudamu dulu Jung, buat bayi bisa nanti," tutur Taehyung melantun lembut, mata bulat dengan lensa hitam itu mulai menunjukkan selaput bening, dan benar pemuda itu menangis begitu saja.

"Aku bisa kok hamil sambil kuliah, ayo Tae, kita bikin Adik bayi!" Diselingi dengan sengguk, Taehyung usap rambut halus itu dengan gemas sebelum mendekapnya erat.

"Yang ingin bayi malah menangis seperti bayi, mana bisa aku turuti kalau begini." Penuturan Taehyung disambut isak tangis yang semakin kencang. Duh, padahal masih pagi seharusnya Taehyung dan Jungkook sedang menikmati damai hari Minggu.

Taehyung bukan tega, dalam hati juga sedikit iri pada pasangan sebelah, tapi harus disadarkan kenyataan kalau Jungkook masih muda, belum siap lahir dan batinnya. Setahu Taehyung kalau hamil muda itu sangat rentan, apalagi kehamilan pada laki-laki, banyak resiko yang akan dialami.

Jimin saja merasa was-was saat tahu istrinya mengandung, awal diperiksa sudah diberi peringatan oleh Dokter agar jangan sampai kelelahan karena kandungan Yoongi sedikit lemah. Taehyung jadi antisipasi, sebelum memasukkan miliknya maka ia akan lapisi alat kontrasepsi, dan tanpa sepengetahuan Jungkook setiap vitamin yang ia berikan sebenarnya sebuah pil pencegah kehamilan.

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang