Part 14

1.2K 138 20
                                    

Jungkook rusuh menyiapkan pakaian sang suami, kemarin lupa saat mau menyetrika, lagipun lubangnya masih terasa perih jika banyak gerak. Kini dirinya tengah menekuni kemeja dengan setrika yang sudah mulai panas pun segera digosokkan pada pakaian yang kusut. Sedang Taehyung masih berkutat di kamar mandi, membersihkan diri sebelum memulai hari.

Si gigi kelinci tak banyak bicara, terus membuat pakaian suaminya agar rapi tak lupa disemprot pelicin pakaian agar tak bau apek, terlalu fokus sampai tak menyadari Taehyung sudah keluar dengan tubuh setengah telanjang.

Melihat Jungkook yang tergesa menggosok pakaian jadi merasa gemas sendiri, Taehyung masih sibuk memperhatikan sampai istrinya sadar akan sebuah tatapan. Mata mereka bertemu, pipi Jungkook tiba-tiba saja bersemu.

"Kok masih handukkan, sih? Gak dingin?" Kabel setrika cepat dicabut, kemeja warna putih susu milik Taehyung sudah sepenuhnya rapi dan tergantung cantik pada gagang lemari.

Taehyung terkekeh atas kelakuan mudanya, segera pakai kaos putih dan celana bahan yang sudah teronggok di atas ranjang, termasuk dalaman. Jungkook sudah menyediakan kebutuhannya sepagi ini, kecuali sarapan, konon katanya Jungkook tak bisa memasak.

"Bisa pasangkan dasi?" Si gigi kelinci mengangguk kecil setelah Taehyung memakai kemejanya, lantas mendekat pada pria itu untuk menyimpulkan dasi berwarna hitam tersebut.

"Emang Taehyung gak bisa pakai sendiri?" Tanyanya dengan wajah penasaran, Taehyung hanya tersenyum saja, tanpa aba-aba mencium ranum si manis.

"Ingin saja dipakaikan sama Jungkook," sahut yang lebih tua, dan Jungkook merutukki pria itu dalam hati, bisa sekali membuat dia merona untuk yang kedua kali di waktu singkat.

"Aku pulang sore, kalau lapar pesan lewat ponsel saja," petuah Taehyung diselingi elusan pada pipi tembam itu, Jungkook mengangguk sambil tersenyum kecil menanggapi ucapan suaminya.

Selepas itu Taehyung pamit setelah mengecup kening Jungkook sebagai salam perpisahan, si gigi kelinci terpekur di ambang pintu sembari melihat kepergian Taehyung yang mulai masuk ke dalam kotak besi. Hati terasa hangat saat ingat perlakuan Taehyung yang mengandalkan dirinya, benar membuat Jungkook merasakan peran jadi seorang istri.

Mulai dari membangunkan pria itu, menyiapkan baju bahkan memasangkan dasi. Taehyung bisa membuat bingung dengan perasaannya saat ini, masa sudah cinta saja padahal baru bersama selama lima minggu, terlalu cepat jika Jungkook mengansumsikan perasaannya dengan sebutan cinta.

Bel berbunyi, padahal Jungkook ingin menyuap sereal gandum yang baru dibuat, Taehyung juga makan itu tadi sebagai sarapan. Tapi Jungkook tetap menghampiri daun pintu dan melihat dulu dari door viewer sebelum membukakan kunci.

"Kak Yoongi, mampir?" Pria berkulit pucat itu mengangguk dan segera melipir masuk setelah digiring oleh si empu rumah.

Mereka duduk lesehan, mengingat Taehyung belum sempat beli sofa, hanya ada karpet tipis warna merah, itupun Jungkook nyaman-nyaman saja. Dia juga harus sadar diri kalau keuangan mereka perlu dihemat demi keberlangsungan hidup yang pas-pasan, Yoongi disuguhi air susu dengan beberapa kue kemasan.

"Bantet kemana?" Tanya Jungkook kembali melanjutkan acara sarapan sembari menonton Pororo pada televisi, tayangan pagi-pagi ya begini.

"Mulai cari kerja, Taehyung sepertinya juga mulai masuk hari ini, ya?" Si gigi kelinci mengangguk semangat, tanpa alihkan perhatian lantas menyuap lagi serealnya.

"Bantet itu pasti cepat dapat kerja, kemampuannya emang mumpuni apalagi di bidang administrasi," ucap Jungkook memberitahu, Yoongi sedikit besarnya mulai merasa lega atas tuturan sahabat suaminya.

Tak perlu tanyakan Taehyung, pria itu memang minta perpindahan dinas, tak sulit apalagi jika pindahnya ke ibu kota. Yoongi dan Jungkook pun malah saling mendiami setelah tak ada yang ingin dibicarakan, lagipun Yoongi masih merasa canggung pada anak belasan itu.

Katanya Jungkook loncat kelas, jadi usianya lebih muda satu tahun dari Jimin. Maka dari itu pemuda tersebut masih terlihat manja dan keras kepala, khas anak-anak sekolah yang masih butuh bimbingan orang tua, tapi malah ditampar kenyataan kalau harus mengurus lelaki yang jadi suaminya.

Ah, malang sekali, tapi Yoongi bisa apa? Dirinya juga sama-sama terjebak dalam hal tak terduga ini.

"Tanganmu kenapa? Kok seperti melepuh," ujar si kulit pucat sembari menunjuk ibu jari Jungkook yang merah dan mulai menghitam.

"Kena setrikaan, tadi buru-buru sampai gak hati-hati," terang pemuda itu dengan cengiran, tapi tampaknya sudah diobati karena terdapat kilatan dari bekas lukanya, asumsi Yoongi sudah disalepi.

"Kenapa buru-buru? Kan jadi luka tuh." Jungkook memberi gestur malu-malu sebelum memainkan ujung rambutnya.

"Hehe, baju Taehyung lupa disetrika kemarin jadi aku harus ekstra cepat pas ingat kalo Taehyung mulai kerja."

Yoongi agak tersentil kala Jungkook menyelesaikan ucapannya, pasti Jungkook berat menjalani hari yang harus mengurusi pria lain. Bahkan Yoongi saja masih banyak mengeluh tadi pagi sebab harus terbangun saat matanya masih mengantuk, tapi harus segera beranjak dan siapkan sarapan untuk Jimin memulai hari.

Hati kecilnya berdenyut nyeri walau Jungkook tak bicara keluh kesah saat merusuh di pagi hari demi menyiapkan satu pakaian, bahkan sampai terluka. Dirinya masih bisa disebut beruntung karena usia mulai matang mengurusi rumah, tapi Kim Jungkook? Pemuda itu masih belia, seharusnya tengah bersantai sambil main game online seperti anak muda kebanyakan, malah terkekang janji di hadapan Tuhan.

"Kak, kenapa melamun? Awas kerasukan pagi-pagi," tuduh Jungkook disertai kekeh renyah yang ikut menyadarkan Yoongi.

"Dasar," sahut si pria pucat, lanjut makan kue yang dihidangkan sembari menemani Jungkook yang asik menyanyikan soundtrack lagu Pororo dengan semangat.

Jungkook saja tak mempersalahkan hidupnya, kenapa Yoongi jadi berpikiran seperti itu? Seharusnya ia menikmati seperti apa kata Jimin, bukan malah sibuk membuat banyak opini yang tak berlandas sama sekali.

Melihat pemuda gigi kelinci itu saja sepatutnya Yoongi sadar kalau hidup memanglah untuk dijalani, bukan banyak dikeluhkan apalagi menyalahkan keadaan. Yoongi harus belajar lebih-lebih lagi, harus bisa membiasakan diri dan tak banyak mempersoalkan takdir yang terjadi.

Jungkook menyadarkannya dari segala spekulasi buruk, pemuda itu bahkan bisa menempatkan diri sebaik-baiknya walau diboyong dan dibawa jauh dari jangkauan orang tua. Benar, Yoongi bertekad untuk tak banyak gelisah, apalagi ketika malam tiba, pikiran buruk selalu ikut menyertai sampai buat resah.

"Jungkook, tanda dari Taehyung banyak sekali," tutur yang lebih tua sembari menyesap susu cokelat yang diberikan tadi oleh Jungkook.

Dan si gigi kelinci baru menyadari setelah bercermin pada ponsel, pun wajahnya bersemu merah sampai telinga.

"Kenapa sih, Kakak jadi ikut menggodaku?!" Sudah pasti pemuda bermarga Kim itu akan memekik dengan perasaan malu, dan Yoongi malah tertawa saja menyaksikan semua itu.

Astaga, raut Jungkook saat ini benar-benar menggemaskan. Kalau Taehyung menyaksikan pasti tak segan beri banyak kecupan, untung saja pria itu tak ada, Yoongi tak perlu jadi obat nyamuk.

Setelah itu mereka hanya berbincang ringan, atau kadangkala merambat pada acara ranjang satu sama lain, dan kedua pipi mereka jadi merah sepenuhnya saat tak sengaja membayangkan malam panas yang sudah dilalui.

Yoongi dan Jungkook itu sama, berada dalam ikatan yang kurang diharapkan tapi coba untuk menjalaninya.







Tbc

Ululu (~ ̄³ ̄)~

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang