Hari ke dua belas di mana Jungkook lagi-lagi menggembungkan pipi, menyambut Taehyung tak ada sikap lembut seperti biasa, malah dihadiahi dengus yang kental akan rasa tak suka. Tapi Taehyung malah terkekeh melihat mudanya terus mencebik sepanjang hari, karena pemuda gigi kelinci masihlah mau menyediakan secangkir kopi.
Ruang tengah dengan siaran televisi pada petang membuat keduanya terdiam, tak ada satupun dari mereka yang ingin membuka percakapan agar keheningan ini cepat berlalu. Si gigi kelinci masih sibuk dengan semua kue kering yang dibeli Taehyung sewaktu pulang tadi, dan si mata tajam menikmati setiap degup yang beralun lembut ketika melihat wajah pemuda di sampingnya.
Taehyung sudah cukup tertarik saat pertemuan awal mereka dulu, saat Jungkook jadi tamu di desanya, dan dia jadi tour guide paksaan. Kalau saja ia tak terima ajakan Yoongi kala itu, mungkin saja ia tak bisa memiliki pemuda gigi kelinci seperti saat ini.
Sengaja membawa si pemuda Busan untuk memetik apel hanya karena ingin terikat tanpa banyak meminta, sengaja bertatap mata untuk waktu yang lama, pun sengaja berduaan sembari bicarakan tentang apel dan jaringan yang tak tertangkap ponsel. Kalau diingat-ingat lagi, Taehyung begitu licik juga, melakukan tindakan sengaja yang menjerumuskan orang lain pula.
Tapi untuk saat ini ia tak sekalipun mengeluh tentang mengurus satu bocah yang baru kuliah semester tiga, melihat dengan bola mata sendiri Jungkook semakin tumbuh tinggi dengan otot kuat. Bangga pada perubahan mudanya, bangga juga atas kerja keras dirinya, sanggup menghidupi pemuda tersebut dengan layak.
Pipi pemuda itu semakin tembam, tapi aneh, perutnya masih tetap rata walau Jungkook seringkali tidur setelah makan. Kemudian keahliannya dalam menata dapur semakin mumpuni, dilihat dari sudut manapun Jungkook selalu tampak berusaha sekali agar bisa menyambut Taehyung dengan hidangan menggugah selera.
Pengecualian untuk dua minggu terakhir, si gigi kelinci benar-benar tak ingin memasak dengan dalih merajuk yang begitu andal ia perankan, tapi tentu saja Taehyung tak sebodoh itu untuk tak mengisi perutnya sebelum sampai di rumah. Kalau untuk satu cangkir minuman pekat tak perlu cari dari cafe, sebab Jungkook masih mau untuk sekadar menyuguhkan minuman itu, karena pemuda tersebut tahu kalau Taehyung tak bisa minum kopi lain kalau bukan buatan tangannya.
"Yah ... masih marah, padahal aku punya hadiah," cuit Taehyung tiba-tiba, Jungkook masih belum mau menoleh pada suaminya.
Merajuk dengan totalitas, Taehyung dibuat mati gemas karenanya, si gigi kelinci benar-benar lucu jikalau sudah begini. Ya, tak menutup kemungkinan juga agak sedikit sebal, karena tak ada sahutan apapun selain deham yang terdengar paksa.
"Wah, kenapa ya boneka Ironman ini begitu imut, pasti nyaman jika aku memeluknya sembari tertidur." Taehyung bicara sendiri sembari memegangi boneka Ironman versi chibby tersebut dengan kedua tangannya, coba menggoda Jungkook yang masih bergeming.
"Aw— lucu sekali, apa aku berikan pada Yoongi saja, ya? Kebetulan dia ingin tambah koleksi, ah benar, sebaiknya kuberika—"
Taehyung terkekeh begitu saja saat Jungkook merebut boneka itu dari genggaman, tak kuat saat dengar si karakter favorit akan diberikan cuma-cuma pada orang lain. Taehyung berani merangkul Jungkook saat pemuda itu tak lagi menolak pada sogokannya.
"Bilang apa?" Tuntut Taehyung dibarengi cubit pipi gembul itu yang kini mulai bersemu merah jambu.
"Makasih," ucap Jungkook pelan, memeluk boneka itu sembari mengendus harumnya yang tercium aroma khas toko.
Sebuah kecupan mendarat pada rahang Taehyung (saat pria itu mulai menoleh pada televisi), si mata tajam langsung menatap Jungkook yang kini mau mengumbar senyum setelah sebelumnya sering beri dengusan dan cebikan, apalagi mata pemuda itu kini berbinar lancang hingga Taehyung dibuat silau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour
FanfictionKetika Daegu jadi titik temu takdir. Bertemu dengan sosok asing dan ... Menikah begitu saja. (Taekook; Tae-top, Kook-bottom) (Minyoon; Jim-top, Yoon-bottom) Don't like, don't read!