Yoongi terkejut saat Jungkook bertamu dengan wajah muram, bibirnya menekuk, bahu turun dan jangan lupa netra bulatnya berselaput bening, tanda siap tumpah kapan saja.
"Masuk," titah Yoongi sembari melebarkan daun pintu, membiarkan pemuda sahabat suaminya itu untuk singgah.
Sebuah lara bisa dilihat dari seberapa redup pancaran mata si gigi kelinci, kini apa yang ditahan harus rela diperlihatkan pada lelaki yang lebih tua. Lengan tiba-tiba memeluk Yoongi dengan sengguk tangis yang mengiris hati, Jungkook memang pribadi yang sensitif tapi tangisan kali ini terdengar beda dari biasanya.
Seperti mendapat duka yang amat mendalam, kemudian ketika segala ekspektasi tinggi-tinggi tidak tercapai semestinya, kala mendapat kenyataan yang begitu menyedihkan. Yoongi hanya sanggup mengusapi punggung pemuda itu agar diberi ketabahan walau tak tahu sebabnya, pun Jungkook semakin mengencangkan isak saat tak kuasa membendung kecamuk dalam pikiran.
Jangan tanya kenapa siang-siang begini seorang Park Yoongi masih santai dengan setelan baju yang kebesaran, dia cuti sebab perutnya semakin buncit dan rentan terhadap gerakan. Sudah masuk bulan delapan, jadi Jimin menyarankan untuk berhenti kerja dibanding terjadi hal yang tidak diinginkan. Ingat selalu kalau Yoongi pasti menuruti apa yang jadi maunya pemuda Park itu, mengingat harus patuh sesuai ajaran yang diterima dari Ayah dan Ibu.
Kemudian ketika beberapa menit dibiarkan menangis sampai puas maka si gigi kelinci menyeka wajah hingga air yang turun kini tinggal bekasnya saja. Jungkook cegukan kecil setelah semua resah sedikit terurai oleh tangisan, membiarkan Yoongi melihat segala kacau yang dideranya.
"Udah sebulan, aku sama Taehyung lakukan itu tanpa pengaman tapi ... Nihil." Jungkook kembali tersedu saat apa yang ingin diceritakan malah membuat hatinya kembali tercubit nyeri.
Yoongi masih tidak mengerti dengan maksud pemuda itu, nihil apanya, sih? Memang Jungkook ingin apa hingga— sampai menangisi saat keinginan itu tak terkabul, sampai susah-susah datang ke sini untuk berbagi keluh kesah.
"Nihil?" Ulang Yoongi coba memancing Jungkook agar menjelaskan maksudnya, supaya dia paham keseluruhan.
Jungkook tak menjawab selain menyodorkan banyak batangan yang begitu Yoongi kenal, total ada lima belas dan semuanya menunjukkan satu garis merah saja. Akhirnya Yoongi paham apa yang jadi risau pemuda di hadapannya ini, hasil keseluruhan testpack itu negatif, membuat Jungkook tak kuasa membendung segala kekecewaan.
"Aku gak mandul, Taehyung juga, kami sehat-sehat aja apalagi aku selalu minum vitamin. Tapi kenapa hasilnya negatif semua?" Jungkook berucap parau disertai ceguk yang tidak berkesudahan, merutukki sel telur yang tidak membuahi dirinya.
Yoongi membawa Jungkook masuk ke dalam dekapan, memberi banyak kata penenang, mengusapi rambut hitam dan tebal itu, membiarkan bajunya basah sebagian karena Jungkook tak berhenti dari sedih hati. Isakan yang sarat akan kesal bercampur kecewa yang amat tinggi, rematan yang dibubuhkan pada pakaian di punggung Yoongi membuat si kulit pucat tanpa sadar ikut merasakan kacau yang dialami pemuda Kim.
Bunyi lembut dari pintu yang terbuka membuat Yoongi menoleh sedikit, mendapati Jimin dengan ransel disertai wajah lelah mulai mendekat pada mereka. Memberi gurat bingung saat melihat sahabatnya memeluk sang istri dibarengi sengguk menyedihkan, Jungkook tampak payah sekali mengais napas.
Jimin bertanya tanpa suara sembari menunjuk Jungkook dengan dahi mengkerut, tanda penasaran. Yoongi hanya mengacungkan alat pendeteksi kehamilan itu pada Jimin, dan si bibir tebal tampak menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
"Bocah, bayimu gak akan mau tumbuh kalau ibunya malah merengek seperti ini, bayi butuh sosok yang lebih dewasa," celetuk Jimin, berujar sarkas namun sebenarnya hanya ingin menghibur si sahabat yang sedang patah semangat.
"Kalo niatmu mau meledek lebih baik pergi aja sana! Gak bantu sama sekali, bisanya cuma berbual aja." Wajah Jungkook memberenggut penuh rasa ketidaksukaan pada ucapan Jimin yang bicara seenaknya.
"Lho, bener kok, masa bayi punya bayi? Yang bener aja, sih," ejek Jimin sembari melenggang pergi dan masuk ke kamar tanpa memedulikan Jungkook yang mendengus keras.
"Kak Yoon, betulan? Punya bayi harus dewasa dulu, ya? Emang selama ini aku kurang tumbuh atau gimana?" Jungkook merengek pada lelaki yang lebih tua, meminta penjelasan atas ucapan pemuda Park itu.
Yoongi beri cengiran saja disertai ringis saat tak bisa menjawabnya, dia bahkan bertemu Jungkook sesekali karena dirinya sibuk kerja dan Jungkook selalu pergi mengejar kelas, jelas paham kalau pemuda itu sibuk menyelesaikan segala tugas yang diberi Dosen. Lagipun ia baru cuti kemarin, belum bisa mengakrabkan diri dengan pemuda tetangganya ini.
Tapi kalau dipikir-pikir Jungkook memang belum saatnya untuk dewasa, kalau dipaksa memahami keadaan pasti akan pening sendiri, Taehyung sudah cukup bagus mengajarkan mudanya ini sedikit demi sedikit perihal apa yang harus dibuang dan disimpan. Yoongi menepuk pucuk kepala si gigi kelinci, mengusap pipinya agar genangan air itu hilang dari permukaan gembil yang seringkali membuat gemas.
"Mungkin Tuhan sedang ajarkan kamu tentang sebuah kesabaran dan usaha, tak semua yang kita inginkan mesti selalu jumpa wujudnya." Yoongi bertutur hati-hati agar pemuda Kim tak tersinggung, ingin memberi banyak pengetahuan pada si gigi kelinci kalau segalanya tidak ada yang instan.
Mie instan saja mesti dimasak dulu baru bisa disantap, see? Harus ada tindakan di balik kemudahan.
"Bukan perihal dewasa atau tidak, Jimin mungkin melantur akibat lelah sehabis pulang kerja. Jangan diambil hati, oke? Kamu harus tetap semangat supaya little Kim dapat hadir di tengah-tengah kalian," lanjut si kulit pucat, menyelipkan anak rambut hitam itu untuk disematkan pada belakang telinga, yang daunnya terdapat bekas tindikan.
Jungkook meresapi diam-diam, jantungnya terpukul oleh perkataan tetangganya, dia mungkin kurang sabar. Terlalu terburu-buru dan tidak coba memperbaiki sikapnya yang kadang melebihi anak-anak berumur lima tahun, juga terlalu mudah menyerah, padahal—mungkin di luaran sana ada yang masih usaha hingga bertahun-tahun lamanya.
Baru satu bulan, Jungkook sudah main kibarkan bendera putih kala testpack kembali memberi satu garis merah. Ada yang menyarankan agar beli testpack dengan merek yang berbeda dan lihat juga masa kedaluarsanya, sudah dilakukan apa yang disolusikan, tapi tetap, semua garis menunjukkan hal sama. Jungkook sudah coba mengecek hingga tadi pagi, dan sekarang malah sudah terkecoh kalau dirinya tak diberi kepercayaan untuk menerima momongan.
Jungkook berhenti melamun saat gerakan brutal dari perut Yoongi membuat ia terperangah kagum, menatap kulit perut pria itu tampak menonjol-tonjol dengan cukup kuat hingga si empunya sedikit mengerenyitkan dahi. Tapi setelah itu Yoongi tersenyum manis disertai usap halus perutnya hingga pergerakan tadi langsung berhenti seketika.
"Kak, boleh aku sentuh?" Tanya si gigi kelinci minta izin dari pria yang lebih tua, sebuah anggukan membuat ia semakin penasaran dan cepat menyentuh kulit halus berwarna putih pucat itu (setelah Yoongi menyingkap baju kebesarannya).
"Eh?" Pekik Jungkook saat mendapat respons positif dari janin tersebut.
"Sepertinya anakku suka padamu, Jungkook," celetuk Yoongi, memberi senyum teduh yang membuat pemuda gigi kelinci terkekeh begitu saja saat lagi-lagi anak Jimin menendang hebat hingga ibunya meringis dengan dahi terlipat.
"Ma, kaos hitam kemana, ya? Kok gak ada?!" Jimin teriak dari dalam kamar, Yoongi menghela napas, Jungkook masih asik mengusapi permukaan menonjol.
"Kaos hitam kan banyak, kamu cari yang mana? Pakai yang lain dulu, nanti dicari," sahut si kulit pucat, Jimin keluar dari kamar dengan kaos hitam gambar anjing.
"Itu lho, yang ada gambar T-rex-nya," terang si bibir tebal memberitahu, Yoongi menganggukkan kepalanya tanda paham.
"Udahan nangisnya?" Cibir Jimin, meledek sahabatnya yang malah menjulurkan lidah, balik mengejek.
Jimin kedik bahu lalu duduk di samping Yoongi pun membubuhkan kecupan singkat pada dahinya setelah itu tangan sigap menyalakan televisi. Mengacuhkan Jungkook yang masih tekun merasai tendangan calon bayinya.
TbcHirai adalah tipe author yang suka memajukan alur waktu, tiba-tiba kandungan Yoongi gede. Ngohoho biAsAlah 🌚
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour
FanfictionKetika Daegu jadi titik temu takdir. Bertemu dengan sosok asing dan ... Menikah begitu saja. (Taekook; Tae-top, Kook-bottom) (Minyoon; Jim-top, Yoon-bottom) Don't like, don't read!