Part 17

1K 118 8
                                    

Yoongi terbangun setelah sebagian tubuh merasa dingin, juga jangan lupakan suara berisik dari arah dapur membuatnya terjaga penuh. Melihat samping tubuh ternyata orang yang semalaman ia peluk sudah tidak ada di tempat, pasti Jimin yang tengah memberantakki dapur saat ini.

Pukul enam, tapi masih sedingin ini, pun Yoongi segera bangkit setelah melakukan banyak perenggangan otot. Kemudian tanpa banyak pikir ia beranjak menemui satu eksistensi, Jimin sedang memunggungi sambil berkutat dengan wajan, ada cangkang telur yang teronggok di dekat kompor, jangan lupa pada remah nasi yang bertebaran di sekitar wajan yang tengah digunakan pemuda itu.

Yoongi separuh terharu, dan sebagian miris melihat dapur seberantakkan ini di pagi hari. Tapi tak ingin menghancurkan angan-angan pemuda bibir tebal itu jadi Yoongi biarkan saja suaminya bereksplorasi sejauh keinginan.

"Kakak, udah bangun? Bentar ya, nasi goreng buatanku bisa kamu santap." Jimin terkekeh geli melihat bagaimana Yoongi bergelung memeluknya dari belakang dengan mata setengah terbuka juga sebagian tubuh dibubuhi selimut.

"Kebangun, kamu berisik." Yoongi sedikit merasa mengganjal menggunakan bentuk kata non baku, karena di Daegu sana dia diajarkan bertutur kata rapi, tapi melihat Jimin begitu ringan bicara dengan konsonan kata yang nyentrik dia sedikit tertarik.

"Duduk aja dulu," titah Jimin lembut, Yoongi menuruti kemudian asap panas menguar dari nasi yang dituang Jimin pada piring yang ada di hadapannya.

Harum khas bawang putih, telur dan nasi yang digoreng bersama campuran bumbu penyedap membuat mata Yoongi membelalak lucu. Wangi sekali, pun dirinya cepat mencicip, walau memang kenyataan tak sesuai ekspektasi.

Nasi goreng entah kurang apa, agak beda, atau hanya perasaan Yoongi saja. Tapi ia tetap melahap nasi itu walau demi apapun seperti ada yang tak biasa, kemudian ia sadar kalau tutup toples berisi gula terbuka. Ah, sepertinya Yoongi tahu penyebab kenapa nasi goreng buatan Jimin terasa manis, sangat manis malah.

Tapi daripada membuat lelaki itu kecewa jadi ia makan terus sampai tandas, Jimin semringah melihat istrinya menghabiskan semua sarapan yang ia buat.

Satu kesalahan dalam memasak adalah ... Tidak mencicipi. Jimin mungkin terlalu tak acuh atau lupa untuk sekadar memakan segelintir nasi buatannya, dan Yoongi jadi korban dari eksperimen si suami.

Pun mengerti keadaan kalau ia bangun kesiangan, dan Jimin berinisiatif untuk membuat sarapan kesukaan Yoongi karena pemuda itu hari ini tidak kerja. Soalnya mulai kuliah, jadwal kerja lelaki itu hanya sampai Kamis, kalau Jumat sampai Minggu menjadi Mahasiswa baru.

Hari ini Jumat, Yoongi perlu berangkat jam tujuh nanti, tempat ia bekerja memang sedikit jauh dari rumah mereka. Apalagi mereka belum punya kendaraan apapun, mengandalkan angkutan umum yang merogoh kocek tak sedikit.

"Kakak mau bekal dari rumah atau makan di kantor?" Jimin bertanya setelah pemuda itu keluar dari kamar mandi, sehabis membersihkan diri setelah sarapan.

Si manis tampak berpikir sembari mengusak rambut basahnya dengan handuk, Jimin senantiasa memperhatikan pemandangan pagi yang menyegarkan hati. Kemudian pria itu ke arah lemari, memakai kemeja biru serta celana bahan dengan gesper kulit di bagian pinggang.

"Aku akan bekal beberapa roti dengan selai, aku sedang kurang makan akhir-akhir ini, bawaannya malas." Padahal bukan itu, dia hanya tak ingin menyusahkan Jimin lebih-lebih lagi, terlalu sungkan padahal di rumah ini dia pihak yang seharusnya mengurus rumah.

Tapi Jimin ikut serta, ikut buat sarapan, ikut beberes walau sudah kena tepis dari Yoongi karena itu pekerjaannya. Jimin selalu berhasil membujuk dengan kata-kata penenang, berdalih perihal tidak ada salahnya suami ikut membantu pekerjaan istri, apalagi tahu kalau Yoongi penat kerja di sebuah kantor cabang, Jimin hanya ingin jadi berguna bagi istrinya.

"Aku berangkat dulu," tutur si kulit pucat sembari membenahi sedikit dasi, Jimin mengecup kening itu lama sebelum istrinya masuk ke dalam bus.

Bukan Jimin tega membiarkan Yoongi banting tulang, pendapatannya masih tidak seberapa, cukup tahu diri tidak sanggup menghidupi jadi ia berani urus rumah selagi istrinya pergi. Jadwalnya sampai jam sepuluh, sekarang sudah bisa bersantai karena Universitas yang diinjaknya untuk mengenyam pendidikan, baru perkenalan lingkungan.

Selepas itu dia benar membenahi isi rumah, dari mulai kamar yang berantakkan karena dia malas untuk sekadar melipat selimut, apalagi Yoongi yang membawanya kemanapun pemuda itu pergi karena merasa dingin. Beralih ke ruang tengah hanya perlu disapu disambung dibasuh menggunakan lap pel. Kaca masih berkilat jadi Jimin tidak menjamah bagian itu, melihat kamar mandi juga masih wangi dan bersih jadi ia putuskan untuk menyelesaikan pekerjaan hari ini.

Teringat sesuatu, setelah istirahat sejenak ia pun melesat ke kediaman sebelah, menemui flat keluarga Kim. Tak butuh waktu lama, Jungkook membukakan walau banyak mengejek karena Jimin bau keringat, perlu diingat kalau Jungkook hidungnya agak sensitif tentang bebauan.

Pemuda itu tak menyuguhkan apapun kecuali memperlihatkan pemuda itu yang tengah bersantai dengan selimut dan terlentang di atas karpet yang belum berganti. Suami Jungkook baru saja beli motor, pantas kalau belum bisa beli sofa, dan Jungkook tampak asik saja walau mungkin tubuhnya sedikit sakit setelah baring di sana.

"Oh iya, kemarin-kemarin kabur, kenapa woi? Bikin susah aja." Jimin berceletuk sambil selonjoran di samping Jungkook dengan sedikit jarak.

"Hehehe." Pemuda itu malah terkekeh sampai mata menyipit, Jimin mengedutkan sudut bibir karena kesal.

"Aku kebawa perasaan doang, tapi sekarang udah oke kok," ujar Jungkook melanjutkan setelah memberi kekeh renyah.

"Kuramal, perihal pernikahan dini." Mendengar itu Jungkook menegakkan tubuh dan memandang sahabatnya dengan pandangan tak percaya.

"Wah, gimana kamu bisa tahu?" Jimin beri senyum jemawa sebelum mengapit leher sahabatnya dengan pitingan, dan si gigi kelinci berontak. Setelah lepas maka Jungkook mendorong tubuh Jimin hingga terjerembab, niat sekali balas dendam.

"Bego, kaupikir aku tak kepikiran, hah? Awal-awal nikah juga aku ya gitu, tapi akhirnya harus mau tepis pikiran buruk, karena hidup emang perlu dinikmati."

Jungkook total diam, mendengar segala ucapan Jimin ia semakin merasa bersalah pada suaminya, sempat buat resah sampai pria itu menangis saat berhasil menemukan dan merengkuh. Jimin bisa lebih paham perihal hidup, padahal umur hanya beda satu tahun, pun mereka satu angkatan.

"Aku kapok Jim, sumpah! Taehyung malah beri hukuman setelah di rumah. Udah tiga hari gak dapat kecup, kan rasanya ada yang kurang."

Begitu kurang ajarnya Jimin adalah cepat menertawakan nasib Jungkook, hingga si gigi kelinci merenggut tak suka. Dirinya hanya ingin berkeluh kesah tentang kejadian beberapa hari ini, dia kehilangan afeksi Taehyung dan itu benar-benar buat gusar.

Apalagi ketika Jungkook harus terbangun tengah malam karena mimpi sialan, dia tak bisa meminta kesediaan Taehyung untuk memuaskan, karena takut tak dipenuhi jadi malah main sendiri di kamar mandi pada pukul dua pagi. Pun Jimin semakin menertawakan cerita semalam, dan sibuk terkikik sendiri walau Jungkook mulai sebal atas perilaku pria itu.

Hari ini hati Jungkook sedikit lega setelah mencurahkan sedikit isi pikiran menganggu, Jimin juga walau asik menertawakan tapi beri sedikit petuah yang membuatnya sadar. Ia berterima kasih atas pemuda Park tersebut, walau suka sekali menghina tapi juga orang yang paling membela ketika dia disudutkan pada suatu masalah.

Dan mulai dari sini, Jungkook juga Jimin menelaah kehidupan masing-masing, mengulik berbagai pengalaman, dan yang pasti mau menyelami berbagai lautan masalah yang akan datang. Siap tak siap harus siap, karena siapa lagi yang mereka percayai di tempat ini selain pasangan masing-masing.






Tbc

Survival rumah tangga 😏

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang