Part 13

1.3K 138 14
                                    

"Ah, di situ, Taehhh—yung!"



Jungkook mengerang sebal kemudian dengan segenap kekuatan ia mengapit kepala Jimin pada ketiak, pria itu benar-benar, ya! Suka sekali menggoda, ia kan jadi malu atas kejadian tadi, Jimin malah menyamai suaranya, tak pernah tahu kalau akan tembus pada kediaman sebelah.

"Diam kamu, bantet!" Taehyung dan Yoongi hanya pandangi sepasang sahabat itu yang tengah berkelahi, walau Jimin sudah kepayahan karena napasnya mulai tersendat.

"Aduh, iya, ampun, tolong lepasin," pinta Jimin mengiba, Jungkook melepas dengan dengusan.

Wajahnya sudah merah padam, apalagi Taehyung kini main rangkul-rangkul pinggang, padahal sedang ada tamu, ya walau tamunya tak penting. Jimin singgah beberapa menit tadi, dan sialannya malah menggoda habis-habisan.

Jungkook tak pernah tahu kalau kamar mandi akan menembus suara, hingga Jimin dapat dengar segala erangan yang ia lantunkan. Karena tadi pagi mereka melakukan lagi, di kamar mandi saat niat awal Taehyung hanya ingin membersihkan tubuh mudanya.

Jungkook menyembunyikan wajah di leher suaminya, astaga malu sekali dan Yoongi malah ikut terkekeh karena kelakuan Jimin. Taehyung menepuk-tepuk kepala si gigi kelinci, memberitahu kalau dirinya juga ada di sana yang ikut andil atas kejadian pagi tadi.

"Taehyung malu," cicit Jungkook mengadu, pria itu malah terkekeh pun semakin gemas dengan buntalan lucu di dekapannya.

"Aku juga malu, tapi ya bagaimana lagi, kita kan memang melakukannya tadi, dengan kamu yang nyaring sekali teriakan namaku."

Jungkook memukul pundak pria itu saat Taehyung malah semakin membuat merona. Sial, kenapa harus diingatkan perihal kejadian pagi, sih? Rasanya Jungkook ingin menenggelamkan Jimin saja, niat sekali bertamu untuk mengolok-olok lenguhannya.

"Ih, kalian emang suka banget kayaknya bikin aku terpojok!" Pekik si manis sambil ambil bungkusan Snack rasa keju, dibuka dan dilahap dengan wajah kesal.

Jimin semakin terkikik kesenangan, berhasil membuat Jungkook tak bisa melakukan perlawanan, Yoongi sudah menyuruh suaminya agar berhenti membuat Jungkook gahar. Pun si bibir tebal segera menghentikan tawa saat Jungkook mulai tersengguk, pemuda itu kalau memang sudah tak sanggup menahan diri pasti menangis.

"Eh, kenapa menangis?" Risau Taehyung sembari memeluk Jungkook, dan si muda melingkarkan lengan pada leher suaminya, terisak di dalam rengkuhan pria itu.

"Malu!" Pekik Jungkook kepalang pasrah saat Jimin kembali tertawa, Taehyung mengembuskan napasnya lega, ia kira Jungkook benar sakit hati, ternyata hanya karena tak kuat menahan malu rupanya.

Jimin ikut makan camilan yang sebelumnya disuguhkan Taehyung, mereka jadi seperti kencan ganda jika keadaannya seperti ini. Yoongi yang mengelusi kepala Jimin karena pemuda itu tengah merebahkan diri di atas karpet dengan berbantalkan paha istrinya.

Sedang pasangan lain masih di posisi sama, Jungkook yang sehabis menangis semakin menenggelamkan diri pada rangkulan prianya. Menggerung nyaman saat rengkuhan yang terjadi begitu hangat dan terasa aman, baru kali ini Jungkook dapat pelukan menenangkan selain dari Ayah atau Bunda.

Masih menontoni televisi yang menayangkan film horor, tak ada yang teriak sedari tadi, sibuk dengan pikiran masing-masing sampai Anabelle dalam televisi kurang menggugah selera. Jimin menguap saat kantuk menghampiri, mereka sudah lama dalam posisi ini, mungkin dua jam.

"Yoon, pulang yuk?" Ajak Jimin dengan sudut mata keluar air, bekas menguap tadi.

Yoongi itu orang yang selalu menuruti keinginan seseorang jika memang diperlukan, Jimin suaminya, jelas Yoongi akan menggangguk pada setiap permintaan pemuda itu.

"Kita pamit dulu, jangan uhuy-uhuy di dalam kamar mandi lagi, ya." pun kepala Jimin jadi korban lemparan bantal, memang tak ada habisnya Jimin jika sudah menggoda.

Tak perlu lama, Jimin dan Yoongi sudah dapat merebahkan diri pada ranjang, benar tak ada kegiatan apapun selain menatap langit-langit kamar. Tadi menonton film malah tidak fokus, rasanya tak enak saja, Jimin ingin yang lain.

"Yoon, aku belum cinta, tapi udah sayang sama kamu, ayo sama-sama berjuang."

Yoongi menoleh cepat, Jimin sedang perlihatkan senyum lebar hingga matanya hilang, Yoongi balas senyum itu dengan anggukan. Pernikahan mereka benar-benar mendadak, jadi masih terlalu canggung kalau bicara tentang perasaan, tapi agak senang juga saat Jimin mau terang-terangan seperti ini.

"Iya, aku baru suka, belum sayang apalagi cinta, maaf ya."

Tapi Jimin malah terkekeh saja, merasa tak keberatan atas ucapan pria di sampingnya, lantas tanpa aba-aba membawa Yoongi pada pelukan. Saling melempar debar asing, tapi belum bisa didefinisikan dengan signifikan, perasaan mereka masihlah semu.

"It's okay, step by step, Yoon. Kita akan melakukannya perlahan sampai cinta itu hadir dengan sendirinya, aku bakalan tunggu." Yoongi bisa apa selain tersenyum dan banyak mengucap syukur, Jimin sudah cukup dewasa di usianya yang baru injak sembilan belas.

Dia yang sudah usia dua puluh dua saja masih merasa labil atas pernikahan mereka, apa Jimin akan nyaman selama mereka bersama? Atau —apa Jimin suatu hari akan bosan atas apa yang terjadi di luar kehendak sendiri? Yoongi selalu merasa takut, merasa belum siap atas pernikahan apalagi dengan orang yang lebih muda.

Tapi, Jimin justru bersikap seperti orang yang tak punya masalah berat, Yoongi terus memperhatikan sejak awal mereka satu kamar. Bagaimana Jimin terpaku atas kebingungan, atau ketika pemuda itu tak tahu harus menghidupi Yoongi pakai apa, perlu diingat kalau dia baru saja lulus sekolah menengah atas.

Jimin kini ada di hadapannya, sedang mendekap erat, berusaha melindungi bahkan menghidupi di usia muda. Yang harusnya masih asik menjalani hari-hari kuliah dengan teman sejawat, jajan, main dan berkencan dengan banyak wanita atau pria. Yoongi yakin pikiran itu pernah terlintas dalam benak suaminya, tapi nyata yang terjadi Jimin malah di sini, tengah mengecupi kening.

"Jimin," panggil yang lebih tua.

Si bibir tebal menghentikan kecupan sebelum menatap mata kucing yang sekarang memancarkan binar walau kelihatan malas, Jimin berdengung kecil sebagai tanggapan. Yoongi mengecup bibir itu, Jimin masih terdiam sembari menunggu sekiranya apa yang ingin diungkapkan pria itu.

"Janji tunggu rasa cintaku hadir, jangan pergi-pergi, oke?"

Bagaimana Jimin tak merasa gemas? Yoongi mengacungkan jari kelingking, meminta kesediaan Jimin agar mau membuat persetujuan atas janji.

Si bibir tebal menyanggupi, mengaitkan kelingkingnya dengan Yoongi setelah itu mengecup ujung hidung pria tersebut. "Janji, mari nikmati apa yang terjadi."

Yoongi kurang apalagi saat ini? Jimin begitu paham cara menyenangkannya, padahal mungkin saja hati kecil pria itu merasa terkekang atas apa yang dialami. Yoongi membiarkan pemuda itu bersandar nyaman pada peluknya, gantian jadi Jimin yang bersandar, Yoongi jelas tak merasa keberatan.

Sebab, dirinya memanglah harus bisa membuat Jimin bahagia, begini dulu sampai rasa mendebarkan ini dapat diberi label, Yoongi akan menikmati hari sembari menelaah hati. Begini-begini juga dirinya ingin memberi kejelasan, dia juga tak tahan melihat Jimin sudah punya nama atas perasaannya sedang dia tertinggal jauh.

"Yoon rasanya kurang sopan, gimana kalau kupanggil Kakak aja?"

"Ya, terserah Jimin, aku senang dipanggil apapun asal tidak dengan umpatan kasar."

Ya begitulah, mulai dari hal-hal kecil.





Tbc

Manis kayak yang nulis *mual*

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang