Setelah perseteruan yang berlangsung antara dua Kim, kini mereka akur kembali walau Jungkook lebih sering diam karena masih terimingi rasa takut. Tapi Taehyung tak mempersalahkan, lebih baik begini dibanding melihat istrinya itu terus menangisi lelaki lain.
"Kook, aku ada di sebelah, kalo ada apa-apa ketok aja," ucap Jimin dengan nada jahil, Jungkook mengedutkan sudut bibir merasa kesal atas tingkah laku pria itu.
"Ya, ya, pergi sana bantet," usir Jungkook dengan kibasan tangan, Yoongi hanya terkekeh melihat interaksi dua sahabat itu, lantas memasukki ruang baru dengan koper yang diseret perlahan.
Taehyung membuka pintu pelan, melihat sebentar sebelum melebarkan daun pintu hingga koper yang dibawanya bisa masuk juga. Jungkook mengekor di belakang suaminya, ikut serta melihat ruangan yang akan ditempati.
Taehyung langsung pergi ke dalam kamar, hanya terdapat ranjang yang polos dengan dua bantal, juga lemari kayu yang berukuran sedang. Pria itu simpan koper dekat lemari sebelum duduk di atas ranjang sembari memperhatikan sekitar, memikirkan apa saja yang perlu dibeli.
Sepertinya jam weker, satu nakas dan sebuah sofa (jaga-jaga bila mereka bermusuhan), atau beli kasur kecil. Jungkook memunculkan kepalanya terlebih dahulu, sebelum ikut masuk dan duduk di samping Taehyung yang masih mencatat apa saja yang harus dibeli.
"Kamu lebih suka yang tebal atau yang standar?" Pemuda itu tiba-tiba bertanya dengan kata ambigu.
"Hah? Konteksnya apa?" Jungkook menyahut, kentara bingung.
"Selimut," pungkas Taehyung cepat, kini mulai alihkan pandangan pada mudanya yang tengah berpikir dengan gurat menggemaskan.
"Tebal mungkin, aku sih biasa pakai yang standar." Taehyung mengangguk saja, mencatat dalam memori, daftar yang akan ia beli cepat-cepat.
Setelah diam cukup lama akhirnya Taehyung beranjak dari ranjang, buka lemari dan mulai membenahi isi kopernya untuk ditata rapi. Jungkook hanya memperhatikan pria Kim itu, tubuhnya masih terlalu lelah untuk diajak beres-beres, lagipun pergi ke ibu kota tidak ada dalam rencana, tiba-tiba Taehyung izin pada Ayah perihal kepindahan mereka. Jungkook hanya ikut-ikutan saja, untungnya Jimin bersedia jadi tetangga. Kalau tidak, bisa dipastikan Jungkook akan memohon agar tidak pergi sedikitpun dari Busan, bukan apa-apa, Jungkook hanya malas adaptasi lagi.
"Kopermu mana?" Tanpa mengalihkan atensi Taehyung bertanya, Jungkook langsung terjingkat pergi ke ruang tamu, ia lupa membawanya ke kamar.
"Kemarikan," titahnya dengan lambaian tangan, Jungkook menuruti apa maunya pria itu, hingga dibuat terkejut saat Taehyung malah membenahi pakaiannya juga.
"Gak apa, biar punyaku dibereskan nanti, aku gak mau ngerepotin," tolak Jungkook halus, menarik kopernya agar niat Taehyung tak segera dilakoni.
"Kamu pasti penat, sini biar aku yang bereskan." Kembali menarik koper sampai akhirnya Jungkook pasrah saat Taehyung keras kepala, membiarkan suaminya menata pakaian yang dibawa beberapa.
Jungkook tak kembali duduk, malah berdiri tak jauh dari lemari, bermaksud memperhatikan tangan dengan jari-jari panjang itu mulai memindahkan pakaiannya pada lemari. Sampai saat Taehyung berhenti sembari berkedip-kedip canggung, melihat satu kejanggalan yang menurutnya tak biasa.
"Oh, kamu niat menyerahkan diri malam ini?" Rasa-rasanya Jungkook mulai curiga pada satu pakaian yang tengah dipandangi pria tersebut.
"Apa, sih? Kalo ngomong tuh jangan setengah-setengah," sahut Jungkook dengan nada geram, tapi tak lama dari itu mata bulatnya hampir jatuh saat Taehyung memperlihatkan pakaian asing dari kopernya.
"Ini, bahkan satu setel dengan bawahannya." Taehyung menunjukkan lagi satu pakaian, Jungkook tersedak ludah dengan pipi merah.
"L-lho kok? Sumpah demi apapun Taehyung, aku gak pernah punya baju kurang bahan seperti ini!" Tangannya cepat merebut pakaian tersebut sembari meneliti bagian-bagian yang menurutnya menggelikan.
Kelihatan seperti piyama, tapi kok tipis sekali? Bisa menerawang apa saja yang ada di dalamnya. Dan bisa dipastikan jika Jungkook mengenakan baju itu seluruh tubuhnya akan terlihat dengan kurang ajar, pantas Taehyung sampai berpikiran tak baik tadi.
Satu kertas jatuh saat Jungkook melebarkan baju tersebut, si gigi kelinci memungutnya dan melihat tulisan yang terbubuh. Jungkook harus menelan ludah susah payah saat isinya surat dari Ayah, katanya Jungkook harus jadi anak baik dan gunakan baju itu malam ini, benar-benar menyebalkan.
Setelah itu hening saat Jungkook cepat melipat piyama tadi dan disimpan pada sudut lemari, menguncinya dengan gerakan rusuh sampai Taehyung terperanjat kaget atas apa yang terjadi.
"Ayah, benar-benar, ya!" Merutukki orang tua dan Taehyung kedik bahu lantas berleha-leha di atas ranjang karena satu pekerjaan sudah diselesaikan.
"Daripada marah-marah, lebih baik tidur," cuit Taehyung sembari menepuk sisi ranjang yang tidak ditempati, Jungkook menetralkan napas sebelum ikut rebah dan masuk dunia mimpi.
...
Bangun-bangun Taehyung dibuat terkejut saat jendela sudah tertutup padahal tadi saat tiba masih terbuka lebar, dan ruangan tampak gelap. Sepertinya sudah malam, Jungkook juga tampaknya lebih dulu terjaga karena pemuda itu tak ada di atas ranjang.
Mencoba kumpulkan sisa-sisa kesadaran, Taehyung menyandarkan punggung pada kepala ranjang sembari memijat pangkal hidung, perutnya juga mulai bergemuruh, tanda lapar.
Suara pintu yang terbuka kuncinya membuat Taehyung menoleh pada satu sosok dengan tampilan aneh.
"Taehyung, udah bangun?"
Segera memberi angguk saat dengar suara dari ambang pintu kamar mandi yang terdapat Jungkook dengan tubuh terbalut selimut, apa pemuda itu tak menemukan handuk? Sampai-sampai menggunakan selimut untuk menyerap air dari tubuh bekas mandi.
"Iya sudah, handuk tak ditemukan sampai pakai itu?" Jungkook mendekat dengan kepala menunduk, Taehyung melihat dengan alis terangkat sebelah.
Kiranya apa yang terjadi pada Jungkook saat ini, kenapa mudanya ini berkelakuan tak biasa?
Sampai pemuda itu duduk di pinggir ranjang, memilin seprai dengan bibir bawah digigit, pun Taehyung semakin dibuat penasaran. Jungkook mendongak, mempertemukan wajahnya yang sudah sangat merah, Taehyung tertegun apalagi ketika pemuda itu membuka selimut yang membungkusnya.
"A-ada apa ini?" Tentu saja bingung, Jungkook menggunakan pakaian yang ia hina-hina tadi.
"Kata Ayah harus dipakai, aku gak mau dimarahi jadi lebih baik menurut, Taehyung senang gak?"
Ya, siapa sih yang tak senang saat orang yang kau sering dambakan kesediaannya tampak menggiurkan seperti ini. Mata bulat dengan binar lucu, bibir cantik terpoles merah muda alami, juga semburat pada kedua pipi jadi penambah suasana remang-remang saat ini.
"Y-ya, eum—tentu, tapi kamu tak keberatan 'kan? Kalau belum siap jangan dipaksakan." Taehyung meraih pipi itu untuk diusap menggunakan ibu jari, Jungkook bergeming, pipinya semakin merah.
Untuk ke sekian kali Taehyung dibuat tertegun saat istrinya mengangguk dengan malu-malu, tak sangka pemuda itu berserah diri secepat ini. Padahal Taehyung bisa menahan jika memang Jungkook belum siap.
"Kemarilah, duduk di sini," titahnya dengan lembut, menepuk paha dan Jungkook beranjak duduk pada pangkuan suaminya.
Tbc
Hohoho🌚
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour
FanfictionKetika Daegu jadi titik temu takdir. Bertemu dengan sosok asing dan ... Menikah begitu saja. (Taekook; Tae-top, Kook-bottom) (Minyoon; Jim-top, Yoon-bottom) Don't like, don't read!