Pagi hari Jimin sudah siap dan sudah wangi, Jungkook saja sampai kena tendang dari Jimin saat si gigi kelinci itu susah dibuat bangun. Oh ayolah, Jimin semangat sekali pagi ini.
"Sakit! Ku adukan pada Enu baru tahu rasa," erang Jungkook sambil mengusapi punggungnya yang teramat nyeri setelah berbenturan dengan lantai dingin, dan Jimin tak mempedulikan, satu lelaki itu malah mengedik sembari keluar untuk menyambut manisnya.
Rupanya ini karma atas ejekan pada Jungkook, kalau begini jadinya ia juga tak ingin menertawai saat Jungkook bilang mencintai sesama lelaki, kini ia paham bagaimana hati jatuh tak pernah tahu tempat.
"Yoongi? Udah lama nunggu?" Jimin bertanya semangat, sedangkan sosok yang dipanggil Yoongi tersebut cepat mengangguk.
Inginnya tak berlebihan tapi ... shit! Yoongi terlihat manis dengan baju hitam kebesaran dan celana jeans biru, di bahunya tersampir tas selempang kecil yang tidak diketahui isinya apa.
Raut yang senantiasa jarang memberi ekspresi selain pipi merona alami merupakan suatu perpaduan yang cantik, Jimin jadi candu atas apa yang dilihatnya saat ini. Yoongi tiba-tiba menjadi atraktif dalam pikiran, jadi satu gradasi indah tak terbantahkan. Sedang Yoongi hanya menatap setelan Jimin, lantas menggaruk pelipis.
"Tidak dingin?" Tanya Yoongi sambil terus menatap Jimin kentara merasa aneh, dan si bibir tebal semakin dibuat bingung atas degup jantungnya. Sesegera mungkin Jimin menggeleng sebagai jawaban, Yoongi memberi cengir ragu.
"Yang betul? Kamu hanya pakai celana dalam seperti itu? Ini masih pagi," cecar Yoongi, jari putihnya menunjuk kaki Jimin yang hanya terbalut boxer dan si bibir tebal total malu sebelum masuk kembali ke dalam penginapan, mengumpati diri sendiri yang lupa pakai celana karena terlampau bersemangat.
"Yoongi-ssi, aku Jungkook, senang berkenalan denganmu," ucap Jungkook tiba-tiba dengan setelan olahraga, tapi lebih oke, dibanding Jimin tadi.
"Iya Jungkook, oh iya aku juga bawa teman, boleh 'kan?" Yoongi menarik topi yang menghalangi rupa seseorang, dan Jungkook baru menyadari kalau sedari tadi Yoongi bersama sosok manusia yang lebih tinggi.
"Cepat berkenalan!" titah Yoongi pada pria misterius itu, topi yang sedari tadi menutupi sebagian wajah sudah kena lepas dari Yoongi yang merasa pria itu tidak sopan.
"Aku Kim Taehyung, tetangga Yoongi." Hanya itu sebagai perkenalan dan Taehyung ambil lagi topinya untuk dikenakan kembali.
Jungkook pun tak mempersalahkan, mungkin saja Taehyung tak mudah akrab dengan orang baru, maka dari itu tampak tertutup hingga seluruh wajah hampir tak terlihat, terhalang bibir topi yang menjuntai dan jangan lupa masker hitamnya.
"Nah, ayo!" Seru Jimin saat pakaiannya sekarang sudah lengkap, hanya mengenakan celana training biasa dan itu tampak kasual.
...
"Di sini gak ada sinyal?" Tanya Jungkook pada pria itu, Taehyung mengangguk sebagai jawaban, Jungkook jadi kesal sendiri saat diberi tanggapan dari pria dengan tubuh kurus tersebut.
"Ish, aku mau hubungi pacarku," gerutuan Jungkook sedari tadi hanya itu, merutuki sinyal yang tak tertangkap jaringan, padahal ingin sekali menelepon si kesayangan.
"Di tempat ini tak akan ada sinyal, Jung—kook?" Ucap Taehyung sembari mengeja nama Jungkook agak kesulitan, dan si gigi kelinci mendesis sebagai balasan.
"Kenapa? Ih, kesal!"
Lah kok malah melampiaskan pada Taehyung? Kan pria itu tak tahu menahu.
"Tak ada panel penangkap sinyal jika sudah ke daerah sini, terlalu jauh, beda dengan penginapan Yeon," jelas Taehyung dan si gigi kelinci berdecak saja mendengarnya, kembali memasukkan benda pipih itu pada saku celana.
Jimin juga tak tahu kemana, bilangnya sebentar—ingin memetik buah jeruk bersama Yoongi, tapi Jungkook sudah dibuat menunggu setengah jam dengan pria yang tidak mau sedikitpun melepas masker serta topinya.
"Mau memetik apel?" Tawar Taehyung saat lihat Jungkook mencebik dengan lengan terlipat di depan dada, tanda kesal.
"Ini kan ladang jeruk," tanggap Jungkook yang semakin dongkol, dia tak mau dibodohi oleh Taehyung.
"Ya, memang ini ladang jeruk, petik apel harus jalan lagi, mau?"
Jungkook mengembuskan napas, mencoba tenang dan menikmati liburan di daerah Daegu ini, bukan hal buruk juga memetik apel di siang hari walau agak takut saat Taehyung mulai menatap dari sudut netranya.
Apa mata itu tajam?
Jungkook mengikuti dari samping kanan, kaki beralas sepatu digunakan untuk menendang kerikil-kerikil yang ada di hadapan. Taehyung tak mempedulikan, masih terus menatap ke depan tanpa menghiraukan Jungkook yang mulai kebosanan.
"Wah, luas!" Jungkook tiba-tiba merasa senang dengan hamparan pohon yang menjulang banyak, berlarian seperti anak kecil dengan Taehyung yang menggelengkan kepalanya tak habis pikir.
"Taehyung-ssi! Aku mau yang itu!" Tunjuk Jungkook pada satu apel yang kelihatan paling besar, Taehyung mengangguk lantas mengambilkan dengan gunting khusus.
"Boleh dimakan?" Tanya Jungkook sembari melirik pada Taehyung, dan pria itu masih memetik apel yang lain.
"Nanti setelah dicuci, kalau sekarang kotor karena tercampur pestisida," ucap Taehyung, dan Jungkook menganggukkan kepala, daripada kena racun mending menurut saja.
"Gak pengap? Pakai masker terus," seloroh Jungkook, pun terdengar dari balik masker hitam itu Taehyung terkekeh kecil dengan suara rendah.
Astaga, mirip Bapak-Bapak.
"Tentu saja, kaupikir ini menyenangkan?" Jungkook menaikkan satu alis, Taehyung mulai masukkan apel hasil petikannya pada sebuah keranjang plastik.
"Terus kenapa dipakai terus sedari pagi? Sedang flu?" Taehyung menghela napas, tak pernah sangka kalau Jungkook akan banyak bertanya seperti ini, dipikirnya mirip Yoongi yang jarang bersuara, ternyata anak ini berbeda.
"Karena ingin saja, tak boleh?" Jungkook bungkam untuk saat ini, Taehyung membawa si gigi kelinci ke sebuah sumur dan lelaki itu menimba air untuk dimasukkan pada ember plastik yang ada di sana.
"Ayo, cuci dulu," ajak Taehyung sembari ambil apel berukuran besar dari tangan Jungkook, dan si gigi kelinci hanya memandangi saja bagaimana Taehyung begitu telaten mencuci semua buah apel hasil petikan tadi.
"Sekarang boleh?" Anggukan jadi jawaban Jungkook, segera saja si gigi kelinci melahap dalam gigitan besar, segar dan manis.
"Woah, mantap!" Jungkook memberi penilaian, bahkan memberi acungan jempol pada Taehyung, dan pria kurus itu terkekeh melihat Jungkook yang kesenangan diberi makan apel.
Taehyung membuka topinya, dikipaskan pada leher yang sudah berkeringat banyak, dan Jungkook senantiasa memperhatikan dalam diam, dalam kunyahan. Melihat telak rambut basah Taehyung yang kecokelatan tampak berkilau diterpa sinar matahari siang ini.
"Kamu ganteng 'kan?" Celetuk Jungkook saat rasa penasaran menghinggapi hati, dan pria kurus itu menaikkan satu alisnya.
"Tentu, meremehkanku, ya?" Ujar Taehyung sombong, Jungkook hanya berdecih saja saat mendengar lontaran percaya diri itu, tapi kenapa diam-diam bibirnya tersenyum?
Tidak boleh, Jungkook sudah punya kekasih, masa merona oleh lelaki lain? Tapi pemandangannya saat ini begitu mengunggah, tak apalah mungkin untuk cuci mata, sedikit.
Tbc
Ini bakalan jadi petunjuk 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour
FanfictionKetika Daegu jadi titik temu takdir. Bertemu dengan sosok asing dan ... Menikah begitu saja. (Taekook; Tae-top, Kook-bottom) (Minyoon; Jim-top, Yoon-bottom) Don't like, don't read!