Tangan saling bertaut, kaki melangkah beriringan, yang satu begitu pelan menapakki jalanan sedang satunya lagi menyetarai agar si kesayangan nyaman. Jimin menggenggam erat-erat tautan tangan Yoongi, menelusuri taman di pagi hari memang selalu buat tenteram.
"Padahal jalan-jalan di dalam flat pun sudah cukup," seloroh Yoongi, memperhatikan rumput yang tengah diinjak.
"Entar bosan, kalo di sini kan bisa sambil lihat-lihat burung sekalian olahraga, kulitmu makin pucat karena gak dapat sinar mentari," jawab pemuda Park, menuntun istrinya agar kembali melangkah karena pria itu lebih suka duduk.
"Lelah Jim, anakmu berat," cuit si kulit pucat, mengusap perutnya yang buncit seraya menetralkan napas.
Jimin ikut menghempaskan diri pada kursi, menyampirkan lengan pada pinggang lelaki di sampingnya dan menikmati angin pagi yang bertiup pelan, membuat helai rambut sedikit terangkat karena embusannya. Dua minggu lagi, karunia hebat akan didapat oleh pasangan Park, menunggu detik-detik menegangkan sembari menciptakan banyak momen yang nantinya tidak akan terlupa.
Perut Yoongi bergerilya, memberitahu kedua orang di sana kalau ada kehidupan yang perlu dijaga, bergerak aktif walau orang yang mengandungnya selalu meringis kala sikut dan tendangan dapat dirasakan begitu kuat. Jimin bergidik ngeri melihat bagaimana permukaan kulit perut Yoongi menonjol hampir robek, namun ketika ia menyentuh afeksi itu maka bayi dalam kandungan akan langsung tenang, seakan tahu kalau yang menyentuhnya adalah sang Ayah.
Bukan tanpa sebab juga mereka menikmati Minggu pagi di taman ini, Dokter menyarankan agar pikiran Yoongi lebih segar, dengan sedikit jalan-jalan mungkin bisa membantu. Juga kulit Yoongi jika dilihat-lihat sangat pucat, memang putih sekali, tapi putih biasa dengan putih yang kurang sinar matahari itu beda, makanya Jimin mengajak pria itu agar berjemur.
Taman mulai ada yang berdatangan, kebanyakan anak-anak yang ingin bermain dengan teman sebaya, saling berlari kemudian menangis saat tak sengaja jatuh. Mata Yoongi tak lepas dari pandangan di depannya, melihat lamat-lamat para balita tertawa begitu jenaka disertai raut kentara ceria, memperlihatkan kalau dirinya tak punya resah hati.
Jimin tersenyum melihat pria yang lebih tua mulai menikmati acara berjemur mereka, ikut memperhatikan cilik-cilik yang berlari tak tahu arah, ada juga yang main bola dan berakhir berebutan. Kemudian ada yang main layangan, pun ada juga yang hanya diam sembari nikmati sarapan dengan bubur yang dibekal dari rumah.
Pemandangan ini membuat hati berdesir tenang, bercampur debar yang sepertinya tak akan pernah hilang dari peradaban. Yoongi semakin tak sabar menanti buah hatinya, membayangkan banyak kemungkinan yang akan dialami selama masa-masa sulit tidur karena diganggui oleh jagoannya nanti.
Jimin menyelipkan beberapa helai rambut milik si kulit pucat pada belakang telinga, ingin lebih leluasa melihat manis dari figur istrinya yang semakin mempesona di tengah berbadan dua seperti sekarang. Memang benar soal artikel yang dibacanya, kalau seseorang yang sedang mengandung tampak punya aura lain, menimbulkan banyak perasaan, hingga Jimin harus kembali menahan rasa gemas.
Arunika yang membentang di sekitar mereka menambah gradasi indahnya pagi ini, bagaimana dua insan saling bicara melalui hati, memadu kasih yang tak perlu dipertontonkan atau diperdengarkan, cukup memberi sorot mata teduh tanda tunduk pada rasa cinta. Jimin mengecupi punggung tangan istrinya, memberi afeksi yang baru-baru ini jadi kesukaannya, sampai pria yang lebih tua memilih diam dan merasakan sensasi hangat pada hati.
"Paman, bisa oper bolanya pada kami?" Satu anak bertubuh tinggi, menyuruh Jimin menendang benda bulat itu yang menggelinding ke arah bangku yang tengah diduduki pasangan Park.
Dengan senang hati Jimin memberikan bola itu lagi pada anak-anak yang diperkirakan berumur tujuh sampai delapan, asik saling berebut benda lingkaran itu, menggiringnya menggunakan kaki kemudian ditendang, dioper dan dijebolkan ke dalam gawang lawan. Yoongi tersenyum saat melihat Jimin malah ikut main bersama para bocah yang menerima baik pemain baru dalam grup mereka.
Jimin memang punya cita-cita untuk menjadi pemain bola andal yang bertanding di lapangan besar kemudian disambut deru-deru penonton yang menyaksikan kelihaian dan sikap mumpuni. Jimin akan berbangga diri kalau itu benar terjadi, ingin menunjukan rasa jemawa pada keluarga besar kalau ia bisa mengharumkan namanya beserta orang tua.
Tapi keinginan itu harus pupus begitu saja, terjebak dalam pernikahan yang tidak diinginkan sampai akhirnya tak sadar kalau sudah dilakoni sepanjang ini, tak menyadari waktu yang terus berdetak maju sampai tiba di tahap dirinya akan menjadi sosok dengan panggilan Ayah dari anaknya nanti.
Yoongi terkekeh saat tendangan Jimin meleset dan malah melakukan out sehingga dapat cecaran lucu dari anak-anak lugu yang tak terima kekalahan. Para cilik tadi tetap melanjutkan permainan walau Jimin izin undur diri karena mulai lelah setelah lama tidak berolahraga. Paling-paling lari kalau kejar kelas yang mepet, itupun jarang sekali terjadi, apalagi Yoongi sudah tak meminta hal-hal aneh lagi semenjak kandungannya membesar.
"Mulai terik, mau pulang atau jajan dulu?" Tanya si bibir tebal sembari menyeka keringat yang turun di pelipis, si kulit pucat berdiri hati-hati sembari memegangi perut bagian bawah, satunya lagi berpegangan pada kursi.
"Beli minum, aku haus," ujar pria itu memberitahu keinginannya, Jimin menuntun pelan, mendekati kios penyedia minuman.
Yoongi menunjuk jus mangga, sedang Jimin beli air putih saja, mereka meneguk masing-masing apa yang sudah dipilih, kemudian kembali melancarkan niat awal. Kaki menjejak jalanan aspal dengan perlahan, Yoongi terlihat susah saat harus membawa beban lainnya yang mesti diemban sembilan bulan, tapi justru inilah kenangannya.
Satu tangan masih berada di bawah perut, seakan jika dibiarkan tak terpegang maka bayi yang berada di dalamnya akan terperosok jatuh pada tanah, Jimin menautkan tangan mereka guna memperat jalinan rasa agar tak memiliki limit.
Entitas seorang pemuda dengan gigi kelinci dan mata berbinar bisa dilihat saat ini, Jimin memberi wajah cemooh lain lagi dengan Yoongi yang tersenyum lebar. Masih dengan balutan seragam yang mencolok, Jungkook pada awalnya sudah siap menaikki kendaraan roda dua milik suaminya, malah urung saat lihat sang sahabat tampak baru kembali dari jalan-jalan pagi.
"Jungkook, mau kemana?" Tanya Yoongi saat si gigi kelinci mendekati mereka, bahkan langsung mengusap perut pria yang lebih tua.
"Lho, hari ini aku tanding, doakan biar dapat juara, soalnya Taehyung janji mau beliin aku hadiah," bisik Jungkook pada dua Park yang malah terkekeh dengan ucapan pemuda itu, tampak lugu dengan senyum semringah.
"Aegi mendoakan Paman Jung agar bisa juara satu," sahut Yoongi, membuat kobaran semangat Jungkook semakin tersulut kala dengar kalau yang memberi doa adalah si little Park.
"Yosh, aku pasti bakalan menang, demi hadiah, demi Aegi kalian." Begitu ucapnya, kentara sekali menggebu-gebu sampai semua lelaki yang memperhatikan geleng kepala.
Taehyung menekan klakson saat mudanya terlalu lama berbincang, tadi saja menyuruh buru-buru agar cepat melesat, giliran sudah bertemu Yoongi malah lama. Jungkook membungkuk tanda pamit pada dua orang yang setia melihat kepergiannya, kemudian pasangan Kim itu menembus jalanan kota yang padat.
"Setelah lihat Jungkook, rasanya hatiku damai," cuit Yoongi tiba-tiba, mengusap dadanya disertai kekeh pelan.
"Damai cuma lihat wajahnya doang, kalo ingat segala kelakuannya malah bikin pening," sahut Jimin, tahu betul tabiat Jungkook yang memang tidak seperti kelihatannya.
Yoongi angguk-angguk saja, membiarkan Jimin kembali menggandeng agar cepat tercapai tujuan mereka.
Ya, hari Minggu ini, dua pasangan punya kegiatan berbeda. Yang satu menikmati pagi sembari menunggui waktu anak mereka lahir, dan satu lagi menuju tempat pertandingan Taekwondo, mewujudkan impian Jungkook di usianya yang ke sembilan belas.
Tbc
Baby Park bentar lagi hadir~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour
FanfictionKetika Daegu jadi titik temu takdir. Bertemu dengan sosok asing dan ... Menikah begitu saja. (Taekook; Tae-top, Kook-bottom) (Minyoon; Jim-top, Yoon-bottom) Don't like, don't read!