Part 10

1.3K 140 13
                                    

Beralih ke rumah tangga Jimin, mungkin lebih adem karena Yoongi termasuk orang yang kurang banyak bicara, apapun itu jika Jimin suka pasti Yoongi iyakan saja. Cinta memang belum tumbuh sepenuhnya tapi di sini Yoongi dan Jimin mencoba melabuhkan hati satu sama lain, bagaimana juga mereka kini sudah terikat pernikahan.

Jimin ditertawakan habis-habisan oleh Papa yang baru kembali dari luar kota, menertawakan ketidaktahuan anaknya berlibur ke desa yang suci dengan adat yang tidak dimiliki oleh desa lainnya. Juga menyambut menantu mereka dengan hadiah, sedangkan Jimin sendiri tidak dibelikan, kan iri.

Yoongi juga dari tadi terus memeluk hadiah dari Papa, katanya lucu tapi menurut Jimin justru seram. Boneka beruang berwarna hitam dengan pipi merah itu benar-benar mengalihkan perhatian Yoongi. Sudah sempat ia sindir pun ternyata pemuda kulit pucat itu malah menjulurkan lidah tanda mengejek, mengesalkan tapi juga gemas secara bersamaan.

"Papa dapat dari mana, sih? Bonekanya hitam gitu." Mulai bicara padahal sedang siap-siap makan malam, tapi Jimin mulai ingin berseteru, sepertinya.

"Hei, jangan lihat warnanya, boneka itu mahal, udah gitu yang terakhir ada di toko, katanya edisi terbatas," jelas Papa dengan nada kepahlawanan, Jimin hanya berdecih saja sebelum kepala kena pukul dari sendok, dan pelakunya tak lain dan tak bukan ibunya sendiri.

"Kau ini gak ada elite-elitenya, cemburu kok pada boneka." Jelas Papa dan Yoongi langsung tertawa mendengar ucapan satu-satunya wanita di rumah ini.

"Ih, Mama." cebikan Jimin membuat ibunya tertawa lantas cepat menghidangkan piring yang sudah diisi nasi beserta lauknya pada Papa.

Yoongi melakukan hal yang sama, ambilkan nasi dan lauk yang diinginkan Jimin lantas menghidangkan makanan itu pada si bibir tebal yang langsung disambut gembira oleh pria itu.

Memang berbincang bersama keluarga yang paling enak dan tepat adalah ketika makan malam, selain waktu santai biasanya jam segini kepala pening mulai dingin oleh banyaknya hidangan yang tersaji lezat buatan Mama yang dibantu juga oleh menantunya.

"Jim, udah lulus 'kan? Udah menikah juga, akan ada banyak urusan ke depannya, kira-kira mau kerja apa?" Papa memulai percakapan santai tapi menjurus, Jimin tak boleh salah jawab apalagi asal.

"Aku niatnya mau cari kerja ke ibu kota, di Busan rasanya bosan, mau cari suasana baru, tapi janji akan sering tengok ke sini kok." Papa tampak mengangguk paham, Mama dan Yoongi masih asik melahap dengan khidmat.

"Niat pindah? Yoongi udah tahu 'kan?" Celetuk Mama yang menuangkan air putih ke gelas suaminya, Jimin dan Yoongi saling tatap kemudian tersenyum.

"Yoongi sudah tahu," terang Yoongi memberitahu dan kedua orang tua Jimin mengangguk mengiyakan, tanda memberi izin tanpa ucapan.

"Kapan?" Tanya Mama yang kini menatap penuh atensi pada anaknya.

"Minggu depan," jawab Jimin cepat, Mama ber-oh ria dan Papa mulai menyelesaikan makanannya.

"Nanti Papa beri ongkos, Papa tahu tabunganmu masih belum besar, mungkin bisa sanggup menampung makan satu minggu."

Yang tadinya ingin menyanggahpun Jimin kembali bungkam, dirinya merasa mampu dan punya sedikit uang untuk mengantarkan mereka ke ibu kota.

Tapi kalau dipikir lagi sepertinya benar juga, uang yang dipunya bisa digunakan untuk makan, Jimin ke sana tidak akan langsung dapat kerja, jadi untuk sementara pasti pakai uang tabungan yang selama ini memang ia simpan untuk keperluan mendadak.

...

"Jim, aku ikut program kerja, sudah diterima." Yoongi memberitahu, tangannya memainkan pipi boneka beruang pemberian Papa, alah susah sekali, panggil Kumamon saja.

"Oh gitu, aku juga lulus di salah satu Universitas, hasil dari program sekolah," ucap Jimin sembari menggosok kepalanya menggunakan handuk, baru selesai mandi dan kini begitu wangi perpaduan Citrus dan Mint, harum yang jadi kesukaan Yoongi akhir-akhir ini.

Yoongi melepaskan diri dari bonekanya saat Jimin menyerahkan handuk dan duduk di atas lantai sembari bersandar pada ranjang, tubuhnya berada di antara kaki Yoongi. Pria kulit pucat itu mulai mengeringkan rambut suaminya dengan pijatan pelan hingga Jimin memejamkan mata kala menikmati sentuhan pada kulit kepalanya.

"Aku ingin bantu keuangan juga," tutur Yoongi saat tahu Jimin tak suka atas pembicaraan dia sebelumnya, membuat Jimin membuka mata cepat, memegang tangan Yoongi agar berhenti menggosok rambut yang sekarang mulai kering.

"Kalo aku minta kamu buat gak usah kerja, gimana? Aku maunya kamu urus aku aja, biar aku yang cari uang diseling kuliah." Jimin berbalik dan bersimpuh di depan Yoongi, tampak sangat lucu ketika mencebik seperti saat ini.

"Tch, aku sudah diterima lho, interview-nya susah sekali, boleh ya?" Yoongi memohon, dan Jimin menjawil pipi kemerahan itu penuh antusias, lucu sekali.

"Ya udah, tapi janji jangan capek-capek, aku gak mau digantung ayahmu kalo kamu sakit." Jimin menyodorkan jari kelingkingnya tanda perjanjian dan Yoongi menyanggupi dengan cepat sembari mengangguk lucu.


Chup.



Jimin mengerjap kosong, dan Yoongi terkekeh dengan suaranya yang gemas, masih terlalu baru untuk keduanya, jadi ketika tadi Yoongi tiba-tiba mengecup bibir agak sedikit kaget dan ada perasaan tak percaya kalau mereka sudah berkeluarga.

"Mau lagi, boleh?" Pinta Jimin dengan suara rendah, Yoongi memerah tapi kepalanya mengangguk otomatis.

Dicium lagi bibir tebal itu, tapi ketika Yoongi ingin menyudahinya justru Jimin menahan tengkuk itu untuk memperdalam ciuman mereka, melumat bibir tipis dengan senyuman di tengah-tengah pergumulan lidah.

Handuk yang dipegang Yoongi jatuh ke lantai begitu saja saat pria itu melingkarkan lengan pada leher Jimin, saling mengecap rasa bibir masing-masing dan Yoongi pasrah untuk ke sekian kali saat Jimin merambatkan jarinya masuk ke dalam piyama.

Awalnya akan mengusap lembut punggung, lalu ke perut dan berakhir naik ke atas puncak dada sampai ciuman Yoongi terasa berantakan, dada membusung spontan saat Jimin mencubit bagian sensitif itu, juga tak lupa melenguh di tengah pagutan mereka.

Bahkan Yoongi tampak kewalahan saat Jimin sudah mengukungnya sedemikian rupa, membuat Yoongi melenguh kencang saat pria bibir tebal itu menyusu di puncak dadanya, dengan tangan yang lain menggosok kepunyaan Yoongi dari luar.

Dan lagi-lagi semua malam yang dilalui Jimin dan Yoongi berakhir dengan pakaian tanggal, dengan suara lantang Yoongi yang menggema ke seluruh sudut kamar, menjeritkan nama Jimin di ujung putihnya.

Papa dan Mama Jimin terkekeh kecil di depan pintu kamar anaknya, mendengarkan persenggamaan dengan wajah jahil. Mesum memang malam-malam begini mendengarkan desahan menantunya yang mendayu-dayu dengan lontaran ‘ah’ yang tidak berkesudahan.

"Dengar gak? Jimin hebat juga, menantu kita pasti kewalahan," bisik Mama masih dengan telinga menempel pada pintu, Papa menggangguk dengan kelakuan yang sama.

"Gak sangka, anak playboy kita bisa takluk pada pemuda, wah keterlaluan, Yoongi udah bilang lelah pun Jimin masih menggerakkan pinggulnya," bisik Papa dengan nada takjub, Mama tak menanggapi malah terus merapat pada pintu.

Semalaman begitu, sampai suara Yoongi tak terdengar lagi menyahut dan sunyi membuat dua orang tua tersebut kembali ke kamar.









Tbc

I'm so sorry atas kelamaan update, udah seharusnya aku meneruskan cerita ini, maaf banget ya? Borahae 💜

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang