Part 38[!]

1.1K 101 14
                                    

Taehyung jemput mudanya ke tempat anak itu mengenyam pendidikan, katanya pulang pukul dua belas tapi sudah setengah jam menunggu nyatanya si gigi kelinci belum memperlihatkan diri. Sudah banyak manusia lain yang berlalu lalang, sesekali melirik padanya dengan kilat penasaran, atau ada yang terang-terangan tertarik sembari mendekat untuk minta nomor telepon agar bisa dihubungi nantinya.

"Maaf Nona, saya sudah beristri," tolak Taehyung untuk ke dua puluh hari ini, terlihat wajah kecewa dari perempuan yang ia tolak tersebut, tapi Taehyung masa bodoh, ia hanya tengah menunggu mudanya.

"Bagus, tebar pesona aja terus," ujar seseorang dengan almamater terpakai rapi, tergulung di bagian lengan sampai Taehyung dibuat terkekeh saat mudanya meledek dan cemburu.

"Iya, lumayan dapat senyum cuma-cuma, kenapa memangnya?" Taehyung malah membalas dengan santai, Jungkook memajukan bibirnya beberapa senti.

"Jangan, ih! Kamu kan punyaku!" Tekan Jungkook, memberitahu pria yang lebih tua kalau dirinya tak suka atas kelakuan tidak wajar tersebut, padahal Taehyung hanya bergurau.

Taehyung menyodorkan helm bergambar singa, pun Jungkook menerima masih dengan bibir menekuk, pria yang lebih tua malah terkekeh saja saat mudanya mencebik walau kini memeluk perut. Mereka mengarungi jalanan kota dengan senandung syahdu yang menguar dari hati masing-masing, walau bingung saat Taehyung tiba-tiba menjemput, karena biasanya Jungkook pulang menggunakan bus.

Sepuluh menit berlalu mereka sudah bisa menjejak apartemen, Taehyung tetap di belakang mudanya walau Jungkook sering bertanya kenapa sekarang dirinya diperlakukan bagai Tuan muda. Jungkook memencet empat digit password untuk memasukki flat dengan nomor 517 tersebut.

Maka ketika terbuka luas, bibir tipis Jungkook menganga tak percaya, melihat sesuatu yang tak biasa ditemukan ketika dirinya memasukki ruangan. Ada delapan balon warna-warni, mengapung di sudut tertentu hingga Jungkook terperangah pada meja kecil di ruang tengah, terdapat kue dengan lilin angka dua puluh, beserta tulisan namanya yang berulang tahun hari ini.

"Saengil chukae, Kim Jungkook," seloroh Taehyung saat mudanya bergeming dengan mata melebar, membelalak lucu hingga tak sanggup mengucap patah-patah kata.

"Ini dari Taehyung? A-aku gak sangka," kata Jungkook, sebagian mulut tertutup telapak tangan, merasa belum bisa percaya pada apa yang terjadi.

Pria yang lebih tua menyalakan lilin merah itu, berkobar api tersebut seperti seharusnya hingga Jungkook memejamkan mata untuk membuat permohonan pada Tuhan. Kedua tangan tergenggam di depan dada, bibir terkulum dengan senyum tipis yang timbul, kemudian ketika doa telah selesai dipanjatkan maka Jungkook meniup lilin itu hingga padam.

Taehyung mengusap pucuk kepala mudanya gemas, Jungkook terkekeh diiringi tangis haru saat ulang tahun kali ini dirayakan oleh pujaan hatinya, merasa takjub pada apa yang diterima hingga isak kecil tak dapat dihentikan. Taehyung merentangkan kedua lengan, memberitahu kalau tubuhnya siap siaga jika Jungkook butuh tumpuan, tak segan si gigi kelinci ambruk pada rengkuhan yang selalu terasa nyaman dan menenangkan, menghirup harum khas yang menguar begitu saja dari kulit leher Taehyung.

"Makasih," bisik Jungkook pada telinga suaminya, kemudian mengecup kecil pipi Taehyung, memeluk lagi lebih erat tubuh pria Kim.

Taehyung tak menyahut, sebuah anggukan membuat Jungkook teramat hafal kalau Taehyung menjawab setiap rasa harunya. Sekalipun tak pernah sangka akan dirayakan walau dengan bentuk sederhana seperti ini, balon udara yang dikaitkan pada rak sepatu, meja bahkan jendela, memeriahkan suasana senang.









...

Warn!







"Taehyung, lagi apa?" Jungkook keluar dari kamar mandi, melihat Taehyung tengah berkutat di depan meja belajar sembari menulis sesuatu.

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang