Setelah kejadian di ruang kerja Taehyung itu, si wanita dada besar tak ingin lagi mengejar-kejar, mulai percaya kalau Taehyung ternyata sudah punya pemilik. Siapapun tak akan sangka kalau pria Kim sudah menikah, pembawaannya yang terlihat berkarisma bagai anak kuliahan membuat siapa saja jatuh cinta.
Jungkook baru menyadari kalau suaminya ini tampan sekali, dilihat lekat-lekat ternyata Taehyung punya aura hangat yang menguar di seluruh tubuhnya, Jungkook baru menajamkan mata saat wanita bernama Jenifer itu bicara kalau ia mencinta Taehyung sejak pandangan pertama.
Berani sekali mencintai suami orang, hei! Lawan Kim Jungkook dulu, sini!
Taehyung agak risi sebenarnya, sedari tadi si manis terus menekuni wajah hingga selalu diusap atau dicubit, sejak bangun tidur malah. Biasanya hanya akan menikmati sarapan diselip perbincangan tentang hari-hari lelah yang sudah ditapaki, tapi mungkin hari ini jadi acara mengamati fitur Taehyung.
Sebab Jungkook baru menyadari kalau suaminya begitu rupawan seperti ini, kemarin-kemarin dia kemana saja? Kenapa baru sadar kalau Taehyung amat tampan begini?
Taehyung juga sudah menepis halus tangan mudanya agar tak terus meraba wajah, padahal ingin nikmati kopi buatan sang istri ditemani angin pagi hari. Jungkook tak mau dibuat menyingkir barang sekejap, katanya ingin menilik gurat sempurna milik Pak suami.
"Berat badanmu naik?" Tanya Taehyung saat merasa Jungkook lebih berat dari biasanya, atau mungkin Taehyung saja yang daya kekuatan semakin menurun sebab lelah bekerja.
Anggukan si gigi kelinci membuat suaminya mengerti, membiarkan Jungkook mengamati hingga puas, mungkin jika nanti bosan pun akan menyingkir sendirinya. Taehyung sudah bingung ingin mengusir mudanya, agar ia bisa leluasa bergerak lagi, posisi seperti ini tak selamanya enak digunakan, jadi Taehyung kurang nyaman jika bukan karena kehendak sendiri membiarkan Jungkook duduk pada pangkuan.
Masalahnya berat, Jungkook mungkin naik dua kilogram sebab terlalu banyak ngemil kue yang kemarin diberi Seojoon sebagai tanda perkenalan dengan istri temannya itu. Bukan hanya Seojoon, Minho dan Bogum ikut serta kirim bingkisan untuk si manis yang hobi makan.
Jadilah begini, Taehyung tak kuat menahan berat tubuh si gigi kelinci yang masih asik memeta garis rahang sampai dagu. Tak ada puasnya, padahal masih bisa dilihat besok lagi, Taehyung tak habis pikir.
"Kamu belum cukuran lagi?" Tanya Jungkook saat melihat bulu halus di sekitar dagu, suaminya menggeleng.
"Cukuran sekarang keburu gak?" Si pria Kim tampak melihat jam, memperkirakan waktu sebelum menggendong Jungkook untuk dibawa ke kamar mandi dan mendudukkan pemuda itu pada ujung wastafel.
"Masih terburu, ayo cepat bersihkan." Taehyung menyuruh diiringi senyumnya yang tampak berbinar, kegiatan paling asik yang pernah Taehyung rasakan adalah dicukur oleh mudanya.
Karena Taehyung bisa melihat secara saksama wajah yang kentara serius dengan pisau cukur. Bibir tipisnya akan sedikit terbuka kala terlalu fokus, gurat pada kening timbul karena sibuk memperhatikan, dan tangan halusnya tak bosan mengelusi sebagian wajah yang sudah kena goresan pisau bermata dua tersebut.
Sebagian wajah Taehyung dibubuhi krim yang sekarang malah mirip Santa Claus saat malam Natal tiba, Jungkook selalu berhasil dibuat terbahak kala Taehyung malah memperagakan tawa khas lelaki tua yang senantiasa membagikan hadiah pada anak-anak itu.
"Ho ho ho, kamu ingin hadiah apa, anak manis?" Suara beratnya semakin rendah dan terdengar bagai pria tua yang renta, Jungkook memegangi rahang suaminya agar tak banyak bergerak.
"Hadiah yang bagus, Santa!" Pekik Jungkook, mulai menggores satu bagian hingga bulu halusnya tercukur rapi tanpa menimbulkan luka pada kulit wajah.
"Boleh, boleh, asal kamu bahagia." Agak sedikit susah menyerupai untuk saat ini, bawah dagunya dipegangi erat-erat, sebab mudanya tengah serius dalam membersihkan semua bulu halus yang timbul.
"Aku ingin Adik bayi," cicit Jungkook, mengelap dagu dan rahang Taehyung menggunakan lap basah, setelahnya mengecup bibir yang masih setia menebar senyum.
"Tentu boleh, tapi nanti saat bayi yang satu ini sudah tumbuh dewasa," bisik Taehyung, mencuri kecupan pada pipi dan menggendong Jungkook lagi untuk dibawa duduk pada sofa seperti sediakala.
"Sekarang emang gak boleh?" Raut kecewa timbul begitu saja, Taehyung yang melihat hanya bisa terkekeh kecil.
"Tak boleh, sebentar lagi aku harus berangkat kerja, kalau buat Adik bayi dulu nanti aku terlambat," ucap pria Kim, dan mudanya cepat memukul kepala Taehyung karena malah membercandainya.
"Kan bisa malamnya, ih!" Lama-lama geram juga punya suami seperti Taehyung, suka sekali hal jenaka, selalu menyelipkan candaan jika Jungkook sedang bicara serius.
"Heee~ kode Jungkook halus sekali," cuit Taehyung yang disuguhi cubitan pada perut, dan bukan main-main sakitnya.
"Kamu ya, aku lagi serius ini, jangan guyon terus!" Taehyung mencekal tangan Jungkook yang tak punya belas kasih memukuli dada hingga nyeri.
"Aduh, ampun sayang, iya-iya kita buat nanti malam." Akhirnya lebih memilih mengalah saja dibanding merasakan sakit bertubi-tubi, kekuatan Jungkook bukan hal yang patut disepelekan, sakit lho.
"Janji?" Taehyung beri anggukan saja, lagipun buat bayi itu mudah.
Tinggal tusuk, sembur, terus tunggu benihnya menetas.
"Gak boleh pakai pengaman!" Peringat si gigi kelinci agar Adik bayi cepat tumbuh, Taehyung terkekeh sambil mengangguk mengiyakan keinginan mudanya.
Kalau tak pakai pengamanan pun masih aman, sebab itu hanya sugesti agar Jungkook mengira dirinya tak hamil dikarenakan selalu pakai benda karet yang punya banyak rasa itu. Padahal setiap malam Taehyung selalu memberi obat kontrasepsi yang setahu Jungkook sebuah vitamin agar tubuhnya fit, tapi si gigi kelinci salah mengira selama ini, ia dibodohi.
Bukan maksud berbohong atau membuat Jungkook kecewa, demi apapun! Taehyung hanya tak ingin ambil resiko, Jungkook masih belasan. Nanti kalau menginjak puluhan akan ia pikirkan baik-baik, untuk sekarang biar begini dulu, menikmati masa kasmaran hingga muak.
Jungkook tersenyum cerah setelah mendapati kesanggupan suaminya untuk membuat generasi, ia sudah banyak berangan-angan tentang bayi yang akan dikandungnya. Ingin merasakan bagaimana tendangan dari anaknya nanti, atau bagaimana melihat Taehyung kelimpungan mencari sesuatu yang ia inginkan di tengah malam.
Kemudian hening menjadi teman mereka, saling menatap obsidian yang memancarkan penuh cinta. Taehyung bagi Jungkook merupakan pahatan sempurna tanpa cela, dan Jungkook bagi Taehyung adalah perasaan cinta tanpa batas, semua punya alasan dan porsi masing-masing di setiap tempat.
Mencintai dan dicintai, begitu terus sampai jera. Meninggalkan banyak momen tak terhingga, sampai nanti yang maha kuasa menjemput ingin berjumpa dengan umatnya. Taehyung memberi banyak debaran untuk mudanya hingga tak ada tempat bagi yang lain, Jungkook memberi segalanya agar pujaan hati paham kalau ia tak punya tumpuan selain pria itu, hanya pada Taehyung ia mengadu.
Maka ketika jarum pendek menunjuk delapan kurang dua puluh menit, Jungkook cepat beranjak dari pangkuan suaminya, membiarkan Taehyung berbenah diri dengan simpul dasi yang terikat rapi mengalungi kerah kemeja. Sebuah kecupan pada kening bukti kalau Taehyung siap menjalani hari, meninggalkan satu sosok yang selalu menunggu kepulangannya, menunggui dengan banyak hidangan.
Jungkook menutup pintu perlahan, kemudian pergi ke kamar dan melompat-lompat girang pada ranjang hingga terpental dengan mudah, bagai bermain di atas trampolin. Merasa riang saat akhirnya Taehyung mau mengabulkan apa yang diinginkan Jungkook sejak lama, sesosok lucu, yang pipinya merah dan akan menangis jika popoknya penuh.
Ah, jadi tidak sabar.
"Hore, Adik bayi!"
Tbc
Moga Jungkook gak nangis pas tahu kalau angan-angannya tak bisa digapai dalam waktu dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour
FanfictionKetika Daegu jadi titik temu takdir. Bertemu dengan sosok asing dan ... Menikah begitu saja. (Taekook; Tae-top, Kook-bottom) (Minyoon; Jim-top, Yoon-bottom) Don't like, don't read!