"Bukan yang kayak gini, ih!" Erang Jungkook dengan wajah tertekuk, Taehyung mengerenyitkan dahi.
"Lantas, yang seperti apa, mudaku?" Taehyung bicara sabar, tapi Jungkook malah menggeleng tanda tak tahu.
Sebenarnya ponsel Jungkook sudah selesai diperbaiki sedari lama, pun tadi pemuda itu telepon pada suaminya ingin dibawakan mie goreng Paman Donghae, Taehyung menuruti apa yang jadi maunya si gigi kelinci, tapi ketika bungkusan yang dibawa Taehyung sedikit beda membuat Jungkook enggan menyantapnya.
"Pengen yang sama kayak Jimin," Jungkook kembali merengek lengkap dengan bibir mengerucut bahkan matanya berkaca-kaca.
Tuhan, cobaan macam apalagi ini?
Akhirnya dari perdebatan mereka tentang ngidam Jungkook pun diakui kekalahan oleh pihak lawan. Taehyung terpaksa menganggu kediaman sebelah, setelah mengetuk pintu maka Jimin yang membukakan dengan tampilan mengenaskan, pria itu penuh rasa lelah.
"Maaf menganggu sore-sore, Jimin kalau beli mie goreng biasanya di mana?" Taehyung langsung bertanya saja, dia tak ingin berlama-lama, nanti kelincinya semakin marah.
"Di tenda Paman Donghae, kenapa gitu?" Jimin sudah memberi kode pada pria Kim di hadapannya untuk masuk tapi Taehyung menggeleng sembari menolak halus.
"Terus ... ini juga dari Paman Donghae, apa yang salah, ya? Kata mudaku ini beda," ujar Taehyung memperlihatkan bungkusan sterofom berisi mie goreng dengan banyak sayuran, Jimin memiringkan kepala, lihat tak ada yang aneh dari mie goreng tersebut, karena memang begitu bentuknya.
Hanya mie yang digoreng, dicampur kecap dan bumbu juga ditambah beberapa potong sayuran; seperti kol, wortel dan tomat.
Atau mungkin.
"Ah, aku bisa bantu, masuk dulu." Jimin semringah saat tahu apa yang jadi salah Taehyung kali ini, mendengar suara Jimin begitu menggebu-gebu membuat pria Kim percayakan segalanya pada pemuda Park itu.
Jimin ambil gulungan di sebuah lemari, kemudian meminta mie goreng itu, pria Kim berikan saja tanpa taruh curiga apapun. Setelah itu Taehyung mengamati dengan saksama, Jimin mulai memindahkan makanan berkecap tersebut pada kertas nasi lalu membungkusnya menggunakan karet gelang. Paman Donghae biasa membedakan harga dengan bungkus, Jimin beli yang porsi biasa, dan kemungkinan besar Taehyung beli porsi special.
"Begini saja?" Jimin mengangguk, meyakinkan tindakannya pada pria yang lebih tua.
Taehyung dengan ragu membawa bungkusan yang dibuat Jimin, ternyata Jungkook masih menunggunya dengan sabar, pemuda itu menengadahkan tangan pada jinjingan yang dibawa suaminya. Taehyung memberikan tanpa banyak bicara, siap dicecar lagi oleh mudanya jika pesanan itu masihlah salah. Tapi bukan rengekan yang didengar Taehyung, melainkan pekik senang saat Jungkook berbinar pada apa yang jadi dambanya.
"Iya, yang ini!" Kemudian Jungkook ambil piring dan garpu, mengalasi mie goreng tanpa membuang kertas nasinya, Taehyung tertegun.
Jadi ... Hanya karena bungkusnya?
Yakinlah, ngidam itu kadang buat pusing, Taehyung bahkan tak terbersit satu pikiran pun kalau yang jadi letak salahnya adalah bungkus mie goreng. Sampai sini, Taehyung harus lebih bisa bersabar lagi, menghadapi sikap Jungkook yang terdengar sederhana tapi ketika salah sedikit saja pasti dipermasalahkan.
Ingat, hati-hatilah pada seseorang yang tengah mengandung, selain keinginannya suka agak aneh, pun perasaan cukup sensitif jika tersentil sedikit. Tenang, Taehyung sudah mengalaminya selama beberapa bulan terakhir, pria Kim jadi terbiasa kala Jungkook tiba-tiba menangis bahkan memarahi tanpa ampun, memang begitulah perbedaannya.
Jungkook begitu lahap menyantap makanan tersebut padahal tadi mencebik marah kala diberikan pertama kali, Taehyung hanya memperhatikan mudanya, tanpa sedikitpun ingin ikut mencicip. Kalau Jungkook menawari baru mau minta satu sendok untuk mengetahui bagaimana rasanya, kalau tak ditawari lebih baik jangan meminta, takut permasalahan semakin panjang.
"Oh iya, tadi siang ada kiriman paket, dari Kak Jeni." Jungkook bicara dengan mulut penuh mie, bahkan tak henti mengunyah barang sedikitpun, Taehyung melihat sekitar, baru tersadar pada kardus putih berukuran cukup besar, teronggok dekat meja televisi.
"Aku buka, boleh?" Taehyung minta izin, kemarin lupa mintai kebolehan dari si manis, rambut Taehyung habis dijambak karena Jungkook marah, tak memperbolehkan pria itu untuk tidur lebih dulu.
Sekarang apa-apa butuh izin dari si gigi kelinci, mutlak tak boleh ada yang menyangkal.
Pemuda manis itu mengangguk saja, bertindak tak acuh sebab sedang fokus dengan makanannya. Taehyung segera menghampiri paket tersebut setelah sebelumnya ambil cutter untuk memotong selotip yang membuat kotak persegi itu tak berhamburan isiannya.
Dibuka dengan hati-hati, Taehyung melihat isinya, dan mematung di tempat melihat hadiah yang diberi wanita berdada besar itu, ada suratnya juga yang memperingatkan kalau itu harus digunakan, tanpa terima penolakan.
Sebuah ranjang bayi, lengkap dengan mainan yang sering menggantung dengan berbagai bentuk hewan jangan lupa suara lullaby lucu mengalun ketika dinyalakan tombolnya. Wanita itu benar-benar kalau sudah beri hadiah, suka tak lihat harga, Taehyung saja tahu kalau ranjang mungil ini merogoh kocek tak sedikit. Apalagi jelas sekali terpampang Made in USA, tanda Jenifer beli dari luar negeri, sudahlah, bicarakan wanita itu suka tak ada habisnya.
"Hadiahnya mahal," ujar Taehyung memberitahu sembari lihat buku panduan untuk merangkai ranjang kecil itu, agak rumit juga tapi Taehyung coba memahami walau seluruh tulisan berbahasa Inggris.
Jungkook yang diberi tahu malah kedik bahu, terlampau biasa jika Jenifer akan beri barang-barang dengan brand terkenal. Jungkook menghampiri suaminya sembari pegangi perut bagian bawah, langkahnya terlihat pelan, kemudian setelah lihat seluruh kerangka ranjang tersebut ia pun garuk pelipis.
"Kamu bisa susun semuanya, kan?" Tanya si muda, skeptis terhadap suaminya, tapi Taehyung hanya mengangguk saja sembari memulai pekerjaan.
Awalnya memang tak terbentuk tapi setelah diselesaikan hingga akhir ternyata ranjang itu bagus sekali, pahatan kayunya rapi, terlihat kokoh apalagi Taehyung memaku dengan kuat, antisipasi jika tak bisa tahan bobot berat, Jungkook kaitkan sebuah mainan bayi pada gantungan yang tersedia.
Satu ranjang sudah dapat digunakan, tapi bayinya belum ada, masih bersemayam dalam perut dengan nyaman, Jungkook mengusap perut bagian pusar sembari terkagum pada hadiah dari Kak Jeni. Taehyung merangkul pinggang mudanya agar merapat pada tubuh, mengecupi pipi tembam itu sebagai pengisi daya yang habis sebab digunakan untuk menata satu ranjang bayi.
"Makin gak sabar," seloroh si gigi kelinci, membalas peluk sang suami, Taehyung mengusapi punggung si manis saat pemuda itu mulai menangis.
Butuh waktu dua bulan lagi untuk dapatkan apa yang dinanti, kalau sekarang masih belum matang walau kelihatan gembul dan besar. Minggu kemarin periksa pada Dokter Yoon, katanya baby mereka sehat selalu karena Jungkook pandai jaga kesehatan, Taehyung senang sekali dengarnya, semua kekhawatiran hilang seketika.
Taehyung luruh pada lantai, bersimpuh di depan perut mudanya, setelah menyingkapkan sedikit baju Jungkook maka pria Kim langsung mengecupi permukaan menonjol itu, Jungkook tersenyum merasakan afeksi yang tengah dilakukan sang suami, hangat dan mendebarkan. Jungkook harus rela jatuh cinta lagi pada pria itu untuk ke sekian kali, tak bosan memberi dentum menyenangkan hingga buat gila.
"Semoga jadi anak yang berbakti, dan menyayangi orang-orang sekitar, Ayah di sini, setia tunggu kamu." Taehyung berbisik tepat di bagian pusar, Jungkook terkekeh mendengar bisikan tersebut, Taehyung selalu bisa buat kacau, jantung Jungkook harus jadi sasaran lagi atas perilaku pria itu.
Tbc
Guys setelah bikin part ini aku kena diabetes, aku yang bikin aku pula yang geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour
FanfictionKetika Daegu jadi titik temu takdir. Bertemu dengan sosok asing dan ... Menikah begitu saja. (Taekook; Tae-top, Kook-bottom) (Minyoon; Jim-top, Yoon-bottom) Don't like, don't read!