Chapter 6 - Cincin Itu

46 18 0
                                    

"Nenek! Cincin aku mana?"

Waktu itu aku sangat gelisah. Ada satu bagian tubuhku yang merasa sangat tidak nyaman karena kehilangan sesuatu yang selalu aku pakai di salah satu jari tanganku.

"Nek! Cincin aku... hilang...!"

Dari rasa gelisah berubah menjadi tangisan. Aku sangat tidak rela kehilangan barang itu.

Aku mondar-mandir di sekitar rumah. Tidak ada siapa-siapa disana. Yang biasa menghabiskan waktu di rumah adalah ibu dan nenekku.

"Nenek dimana? Cincin aku, nek!"

Berkali-kali aku panggil nenek. Biasanya sekali panggil nenek pasti datang. Namun kali ini? Aku sampai di halaman belakang rumah dan tidak menemukan siapapun.

"Huwaa... yang lain kemana...?"

Aku pun menangis kencang pada akhirnya.

"Ada apa Sarah?"

Dan tangisku berhenti setelah mendengar suara itu. "Uh, nenek?"

Aku berbalik dan menemukan nenek yang tampak membawa sekeranjang sayur-mayur.

"Kenapa Sarah kecil?" Nenek segera menghampiri aku yang terlihat cengeng. "Kamu cari apa?"

"Cincin...," jawabku bernada pilu.

"Lah, hilang lagi?" Kulihat nenek menaruh kantong yang ia bawa di lantai begitu saja. "Sebelum hilang kamu lagi dimana dan buat apa aja?"

Aku di masa kecil memang polos. "Lupa, nek."

"Kalau begitu kita cari di kamar dulu, ya?"

Aku mengangguk, menuruti nenek.

Setiba di kamar yang penuh mainan berserakan, nenek mulai mencari-cari cincin yang kuinginkan.

"Sementara nenek cari cincin, kamu kemas semua mainan yang ada di lantai. ya?" pinta nenek.

Aku kembali mengangguk. Mainan yang sudah aku bongkar dikumpulkan kembali dan disimpan di kotak mainan. Sebagian aku tata dengan rapi di rak khusus mainan, seperti boneka.

"Nah, ini dia ketemu." Nenek berhasil menemukan cincin aku.

Aku langsung lari menghampiri nenek. "Dimana nek?"

"Nenek pakai langsung di tangan kamu ya."

Namun aku tidak setuju. "Ah, jangan! Aku enggak mau. pakai"

"Mengapa kamu tidak mau?"

"Enggak nyaman. Tangan aku kayak diganjal batu."

Nenek terdiam sejenak. "Kamu disini dulu. Nenek ambilkan kotak buat menyimpan cincin ini. Sekarang terus kemas mainan kamu ya."

Aku lagi-lagi menurut. Nenek pergi dari kamar sementara aku mengemas mainan milikku. Ya ampun, apa saja yang aku pikirkan sampai kamar berserakan begini?

Selesai berkemas, nenek datang kembali dengan sebuah kotak kecil berwarna perunggu.

"Itu... apa nek?" tanyaku penasaran.

Nenek membuka kotak itu di depanku dan menunjukkan isinya. "Ini kotak penyimpan hiasan kamu. Cincin kalung, gelang, anting-anting, taruh saja semuanya disini."

Aku bisa melihat cincin yang sempat hilang disimpan di dalam kotak itu. Dan aku mulai melepas kalung.

"Kenapa kamu lepas kalung juga?" tanya nenek.

Meet The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang