[TAMAT - Kembali direvisi pada Juli 2024]
Genre : Petualangan (Adventure), Fantasi, Perjalanan Waktu (Time Travel)
~ Dimana aku sekarang? Dan tempat apa ini?
Sarah sudah kehilangan kedua orang tua hingga pamannya sendiri tanpa jejak. Bahkan satu-sat...
Setelah satu jam istirahat di kamar tamu—aku sebenarnya tidak tahu ruang itu—tubuhku terasa lebih segar. Di teras rumah Borhan aku disambut dengan udara yang sejuk dan pemandangan serba hijau di sekitarnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Sudah lebih baik?"
Aku menemukan Suryani yang ternyata masih ada disini, duduk di kursi tamu yang ternyata baru aku sadari. Lantas aku menghampirinya. "Tumben belum pulang."
"Masih menunggu tetua desa bersiap-siap. Kamu mau ikut?" ajak Suryani.
"Kemana?"
"Ke dusun Bandaru. Disana jauh lebih ramai, banyak warga tentunya."
"Apa disana aku akan menemukan tas milikku kembali?"
Dia terdiam sejenak. "Entah. Tas apa yang kamu maksud?"
"Pokoknya tas yang dibawa sama anak kecil, warnanya sangat mencolok. Tas milik aku bentuknya sangat istimewa, berbeda dengan tas lain," jelasku.
"Aku tidak akan mengerti kecuali kamu yang menunjukkan itu langsung padaku. Jadi kamu harus ikut denganku, oke?"
"TIDAK BOLEH!"
Nah, kalau itu bukan aku yang bilang.
"Tuan. Mengapa aku tidak boleh mengajak dia kesana?" tanya Suryani bingung.
"Karena dia orang asing. Sudah jelas bahwa dusun ini tidak boleh dimasuki orang tak dikenal." Kulihat Borhan sudah duduk berhadapan dengan Suryani. "Kamu bantu aku bereskan surat-surat penting di balai dusun untuk laporan tahunan. Aku masih harus selesaikan beberapa lembar yang kosong."
"Mbak Yani, nanti kalau sudah pergi kesana tolong carikan tas aku ya? Aku masuk dulu." Aku segera masuk ke dalam tanpa menunggu balasan dari perempuan itu.
Sekali-kali aku panggil "Mbak Yani".
Kembali ke kamar, aku mengambil buku dan pulpen yang bisa aku selamatkan. Tiba-tiba aku berpikir, mengapa aku tidak menulis saja apa yang sudah terjadi padaku di tempat ini? Aku buka buku itu—bisa terlihat bekas robek beberapa lembar—dan mulai menulis tanggal. Sebentar, aku melihat jam tangan yang masih setia di pergelangan tanganku.
Aduh, bagaimana ini? Jamnya masih tidak berfungsi. Apa itu benar-benar rusak?
Ya sudah aku tulis saja, "Hari ke-1". Ini hari pertama aku masuk ke tempat yang tidak kuketahui. Apa nama kampung ini tadi? Ah... Bandaru.
Aku tuliskan bagaimana yang terjadi setelah aku masuk ke dalam pintu berasap, lalu terjebak di hutan, mengejar bocah sialan yang mencuri tas milikku, hingga bertemu orang-orang disini.
Usai menulis, aku mulai mencari keberadaan Nanny. Dia mungkin ada di belakang rumah ini. Ketika sampai di sana, Nanny terlihat sedang memasak. Perabotan di tempat itu sangat berbeda dan tradisional. Kompor tanah liat, kayu bakar, wadah, piring, maupun tempat air juga dari tanah liat. Aku mengecualikan panci yang terlihat berbahan logam.