Aku tanpa sadar telah melupakan waktu. Aku terlalu banyak menikmati keseruan berada di tempat baru, bersama orang-orang baru. Aku tak ingat siapa diriku sebenarnya, dimana aku berada, dan kapan aku akan kembali ke tempat asal.
Dan asal kalian tahu, aku lupa dengan ulang tahunku sendiri. Padahal kakek Borhan—pemimpin kampung Bandaru—sedang merayakan ulang tahun yang ke-75. Semua warga ramai-ramai menyambut hari besar itu—menurut mereka—di balai desa sebagai ucapan terima kasih karena telah menjaga dan membangun kampung yang semakin makmur—padahal kenyataannya terus terisolir—sejak bertahun-tahun. Penyambutan tersebut mulai dari melakukan persembahan hingga makan-makan—aku tak sepenuhnya paham acara adat seperti itu.
Hartono dan Suryani ingat kapan hari ulang tahun masing-masing. Namun anehnya mereka tidak tahu pasti usia berapa mereka sekarang. Itu karena mereka hanya tahu hari dan bulan mereka lahir. Charlie katanya berulang tahun sekitar empat bulan kedepan. Dan aku baru tahu ulang tahun Nanny tiga minggu setelah kakek Borhan—Suryani yang memberitahu. Tetapi mengapa hanya aku... lupa dengan hari ulang tahunku sendiri?
Sepertinya aku terlanjur nyaman tinggal di desa Bandaru, lebih baik daripada rumah asalku. Padahal tidak semua hal yang dilakukan di tempat itu aku jalani dengan suka cita.
"Aku ingin sekali membangun rumahku sendiri disini."
Sejenak lamunan aku buyar ketika mendengar suara Charlie yang sudah tak asing lagi. Aku ingat sudah lama lelaki itu duduk di sampingku, di atas batu di puncak bukit, tempat favorit kami.
"Benarkah? Kamu punya bahan untuk buat rumah di kampung ini?" tanyaku.
"Semua warga disini sudah seperti bagian dari keluargaku. Aku bisa meminta bantuan mereka untuk membangun rumah."
"Benar juga. Eh, tapi kamu punya cukup uang untuk bangun rumah?"
Dia miringkan kepalanya, menatapku. "Tempat ini sama sekali belum disentuh orang ibukota. Jadi mau bangun dimanapun atau seberapa luas... tidak masalah. Bahan kayu, batu, dan sejenisnya masih melimpah disini. Mungkin aku hanya harus beli bahan tambahan di luar desa ini. Urusan uang bukan masalah besar bagiku."
"Omong-omong, tumben kamu kepikiran ingin bangun rumah sendiri. Apa sudah tidak betah tinggal di rumah kek Borhan?"
"Kamu sendiri bagaimana? Sudah berapa lama tinggal di rumah tuan Burhan?"
Aku berpikir sejenak. "Entah. Aku sendiri lupa kapan pertama kali datang kesini."
"Yang pasti sudah cukup lama, bukan? Aku sendiri tidak bisa lama-lama singgah di rumah tuan Burhan. Aku hanya tamu bagi beliau," jelas Charlie.
"Iya... tamu." Aku merasa malu dengan diri sendiri. "Kita bertamu di rumah orang selama berbulan-bulan."
"Biasanya aku sendiri singgah ke setiap tempat hanya sekitar tiga hari, paling lama dua minggu," sambungnya. "Sekarang, aku sudah disini selama hampir setahun lebih. Desa ini sudah menjadi rumah baru bagiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet The Past
Adventure[TAMAT - Kembali direvisi pada Juli 2024] Genre : Petualangan (Adventure), Fantasi, Perjalanan Waktu (Time Travel) ~ Dimana aku sekarang? Dan tempat apa ini? Sarah sudah kehilangan kedua orang tua hingga pamannya sendiri tanpa jejak. Bahkan satu-sat...