Chapter 17 - Kembali Tenang

32 12 0
                                    

Mendengar suara grasak-grusuk dari semak-semak, aku mencari asal suara itu. Sampai akhirnya mataku berhenti di salah satu pohon dengan batang yang besar, dimana dari balik pohon itu tampak seorang lelaki muda yang mengangkat sebuah ketapel sederhana.

"Charlie! Kamu kembali?" Aku memanggil dan langsung berlari ke arahnya.

Begitu pun Charlie yang berjalan menghampiri diriku. Dia tampak baik-baik saja. "Kalian semua tidak apa-apa, kan?" tanya dia ketika sudah berdiri di depan aku.

"Aku berusaha mengejarmu tadi. Aku pikir kamu sudah diusir kakek," ucapku.

Suryani turut menghampiri kami berdua. "Kami tidak apa-apa. Terima kasih banyak sudah membantu. Ah tunggu," Dia mengamati kami bergantian, "jadi orang ini yang bersama Sarah?"

Charlie mengangguk. "Salam kenal, namaku Charlie."

"Em... apa tadi? Cali? Kali? Kecareli?"

Aku mulai menahan tawa. Suryani belum bisa mengucap dengan benar.

"Ada panggilan yang lebih enak diucapkan?" tanya Suryani selanjutnya.

Lelaki itu justru tersenyum. "Panggil saja aku... 'Heri'. Aku sudah biasa bertemu orang-orang kampung yang sulit mengucap nama asliku."

"Berarti saat kamu jelajah ke kampung lain, kamu dipanggil Heri sama orang lain?" tanyaku.

Charlie mengangguk.

"Oh, kamu seorang pengembara kalau begitu?" sahut Suryani lagi. "Nah apa yang kamu cari selama mengembara?"

"Aku tergabung dalam kelompok pencari tempat-tempat baru yang sama sekali belum diketahui siapapun."

"Oh, jadi setelah itu kalian berpencar. Terus markas kelompok kamu ada dimana?"

"Tempat perkumpulan kami ada di Batavia."

Suryani langsung terperangah. "Wah, jadi kamu orang sana juga? Astaga, itu pasti kota yang besar. Tuan dusun kami pernah kesana tapi enggak mau cerita apa saja yang ada disana."

"Iya benar. Dan aku pikir Sarah," Charlie malah menatapku, "dia juga orang Batavia. Tetapi dia sama sekali tidak tahu kota itu."

"Sarah ini sebenarnya teman dari cucunya tuan dusun kami. Entahlah tempat asalnya apa itu, hanya Tuan dusun kami yang tahu"

Tak lama pembicaraan kami—sebenarnya hanya Suryani dan Charlie—terhenti oleh kedatangan kakek Borhan bersama Hartono. Satu detik aku tatap kakek itu, setelahnya langsung aku buang ke arah Hartono yang terlihat bingung. Kudengar juga kakek Borhan mendesah.

oooooo

Singkat cerita, karena hari semakin terik kami semua berkumpul di rumah kakek Borhan. Charlie tentu saja tidak jadi pergi karena masih ditahan oleh kakek itu. Nanny yang sejak awal berada di rumah juga tidak mempertanyakan apa yang terjadi pada kami semua.

 Nanny yang sejak awal berada di rumah juga tidak mempertanyakan apa yang terjadi pada kami semua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Meet The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang