06.

341 23 0
                                    


Happy Reading ♥️

....

Suara kegaduhan yang sedang berlangsung di kelas Electra seketika menjadi terhenti karena seorang cowo yang tiba-tiba mengintruksikan yang lainnya untuk diam, dan semuanya menurut entah karena apa. Karena biasanya tidak ada yang bisa menghentikan kegaduhan yang ada di kelas Electra. Kecuali guru-guru, kepala sekolah, Electra dan Zidan.

Tapi berbeda dengan kali ini. Semuanya langsung berhenti karena intruksi dari seorang cowok tengil.

"Eh bumbu dapur! Lo kenapa sih harus pake kacamata? Padahal kalo gak pake kacamata pasti lo lebih cakepan dikit," ucap cowo itu membuka suara.

"Bodoh!"

Satu kata yang langsung terlintas di dibenak gadis yang masih berada di ambang pintu.

Sya sya langsung menaikkan sedikit dagunya untuk menatap langsung manik mata Fikri. "Lo juga ganteng," ucap Sya sya lalu membuka kacamatanya. "kalo gue gak pake kacamata, burem soalnya!" ketus sya sya.

"LANJUTIN SYA! JANGAN KASIH KENDOR!" teriakan Electra yang menggema, seketika menyadarkan lamunan seluruh teman-teman sehingga menjadi ramai dan kembali tidak terkendalikan.

Sedangkan Sya sya hanya memutar bola matanya malas dan melongos dari hadapan Fikri yang masih loading akan ucapan Sya sya tadi.

Fikri mematung bak orang linglung, agak nya dia terkena mental akan ucapan Sya sya tadi. Dia menoleh ke arah di mana teman-teman sekelasnya masih heboh akan ucapan Sya sya tadi. Kemudian dia mengedarkan pandangannya, mencari sosok manusia yang merencanakan ini semua. Niat awalnya hanya ingin PDKT dengan Sya sya dengan cara yang anti-mainstream. Namun, sepertinya dia salah berguru dengan sosok manusia yang bernama Putra. Laki-laki gesrek otak dangkal, yang sayangnya dia adalah anggota inti geng

Ya, kalian bisa menyalahkan Putra atas semua kekacauan ini. Ingatkan Fikri untuk membalas perbuatan Putra.

Theresa yang merasa terganggu dengan kericuhan ini menarik kedua tangan sahabatnya yang tengah asyik berteriak bak penghuni ragunan. Vanecia dan Electra hanya pasrah ditarik oleh Theresa, walaupun mereka tengah asyik berteriak bersama yang lainnya, mereka juga cukup mengerti jika Theresa ini sangat tidak suka dengan keributan jadi mereka hanya mengikuti saja.

Tujuannya adalah taman. Sesampainya di taman, Theresa langsung mendaratkan bokongnya di bangku yang memang disediakan oleh sekolah. Electra dan Vanecia tentu saja langsung mengikuti Theresa duduk.

"Lo heran gak sih Van, sama sekolah kita?" tanya Electra yang sedang menyenderkan badannya pada penyanggah bangku sehingga pandangannya terarah pada langit.

Vanecia mengerutkan dahinya lalu bertanya. "Heran kenapa?"

"Nih, bisa-bisanya sekolah kita punya taman sedangkan toiletnya aja masih jorok banget kaya gak keurus gitu." Electra melipat kedua tangannya di depan dada.

"Yeuh! Namanya juga sekolah negeri, pasti ada kurangnya. Kalo mau mah, mending lo bikin sekolah sendiri terus terserah deh, lo mau ngapain aja di sekolah itu, kalo perlu lo buat toilet yang kayak di toilet istana yang gaada sedikit pun kumannya," balas Vanecia.

"Ih kok nyolot sih? Gue kan cuman tanya doang! Lagi pun tanpa lo bilang keluarga gue udah punya sekolah sendiri!" Electra menatap sengit pada Vanecia.

"Halah! Punya sekolah sendiri, gak percaya gue!" Vanecia menoyor kepala Electra pelan.

"Lo beneran ga percaya sama gue?" Electra menatap Vanecia kesal.

"Iya, lagi pun, kalo lo beneran punya sekolah sendiri, gak mungkin kan kalau lo bakal sekolah di sini?"

Electra diam, bingung hendak menjawab apa.

"Nah kan! Diem kan lo! Makanya El, lain kali kalo mau boong itu pinteran dikit kek. Gue ini emang bego, tapi gue gak sebego itu sampe gampang diboongin." Electra mendecih melihat wajah belagu milik Vanecia.

Tapi memang benar kok, kalau keluarga Electra ini mempunyai sekolah sendiri, dan kenapa Electra tidak sekolah di sana seperti pertanyaan Vanecia tadi, nanti juga kalian akan tahu sendiri kok! Kalian cukup percaya saja kalau Electra ini tidak berbohong.

Ting!

Semua perhatian mereka teralihkan kepada Theresa yang sedari tadi diam. Sedangkan Theresa membuka ponselnya ketika ada pesan masuk, yang ternyata itu adalah pesan dari kakak kelasnya yang menyuruh agar seluruh anggota Pramuka baik itu kelas sepuluh, sebelas, dan dua belas untuk berkumpul di sanggar.

"Gue mau ke sanggar, disuruh kumpul sama kak Clara," pamit Theresa menatap Electra dan Vanecia.

"Yaudah kalau gitu, btw nanti bagi gue kontak Kak Riski, ya! Gue demen banget sama dia, cakep soalnya," pinta Vanecia sambil senyum-senyum sendiri.

"Hilih! Selera lo rendah bener dah!" timpal Electra.

"Ngapa lo, gasuka?! Sirik aja!" sinis Vanecia.

"Gue gak sirik ya! Emang selera lo aja yang rendah! Muka Kak Riski gaada cakep-cakep nya lo demenin!" Electra hanya iseng saja memancing Vanecia, percayalah Vanecia ketika memasang wajah kesal itu sangat lucu seperti boneka santet.

"Ish! lo ngeselin banget sih, El!! Gue tabok lo!" Vanecia beranjak dari duduknya dan menjambak rambut Electra, sedangkan Electra hanya tertawa geli melihat wajah Vanecia.

"Yaudah gue pergi ya." Theresa langsung pergi tanpa mengkhawatirkan apa yang akan terjadi nanti. Bukannya dia tidak peduli, tapi percayalah Electra dan Vanecia tidak akan berantem sampai mengeluarkan darah kok, palingan cuman masuk rumah sakit aja.

Sepeninggal Theresa, Vanecia dan Electra masih sibuk bergelut sampai tidak sadar bahwa mereka sudah tiduran di tanah sambil berguling-guling.

"ANJIR ADA LESBI WOIII!" teriak seorang siswa yang mengejutkan Electra dan Vanecia sehingga mereka berhenti bergelut.

"Lo!!-

TBC!!!


Sorry up lama🤣

Oh iya jangan lupa share cerita ini ke seluruh akun medsos kamu supaya lebih ramai lagi ya! Oke sekian

Jangan lupa follow ig:@ercdh_stg
                                Wp:@ercdh_stg

23-oktober-2021

Bad Girl & Nerd Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang