Happy reading ❤️
....
"Manusia tolol!"
"Goblok sumpah!"
"Stres anying! Pantes aja lo dipanggil Zidanjing."
"Kalian kenapa malah pada ngumpatin gua sih!"
"Ya elu tolol!"
"Goblok juga." Tambah Fikri.
"Lo lebih goblok ya, Fik! Karena ngikutin saran Putra." Balas Zidan kesal.
"Dih! Gak sadar diri bos? Sadar lo lebih goblok dari pada gue." Balas Fikri.
"Emang cuman gue doang yang paling pinter di sini." Semuanya lantas menatap malas Key yang masih sempat-sempatnya menyombongkan diri.
"Lagian lo kenapa sih? Udah tau diterima, eh malah dibecandain. Katanya suka, katanya cinta, katanya sayang, katanya gak mau keburu diambil orang."
"Sama satu lagi, katanya first love yang wajib diperjuangkan."
"Nah!" Sahut kedua manusia yang tidak ada habisnya mengumpati Zidan.
"Enak ya, kalian ngomong kaya gitu. Gak tau aja gimana gilanya jantung gue pas nungguin dia ngelanjutin omongannya."
"Ya, tapikan dia udah terlanjur nerima juga!"
"Gue malu, Put. Gue malu nungguin dia ngelanjutin omongannya. Gue pikir dia bakal nolak gue. Terlebih lagi gue gak ada persiapan sama sekali. Terus juga kagak ada romantis-romantisnya."
BRAK!!!
Semua lantas terkejut kala tiba-tiba Key menggebrak meja. "HEH! LO JANGAN SALAH YA!"
"Di mana-mana, cewe itu kalo pas lagi hujan, apapun moment-nya pasti terasa berharga." Lanjutnya.
"Terus kalo pas hujan-hujan dia lagi berantem itu terasa berharga?"
"Tolol!"
"Goblok!"
"Stres lo. Gak gitu konsepnya!"
"Kalian kenapa ngumpatin gue lagi sih?! Salah apa lagi gue?"
"Dahlah! Cabut aja kita. Ngurusin mahkluk stres kayak dia gak bakal kelar." Putra bangkit dan di ikuti oleh Fikri dan Key meninggalkan Zidan yang terdiam planga-plongo.
"Bangsat banget punya temen." Umpat Zidan dalam hati menatap miris kepergian teman-temannya.
"Hari ini El gak sekolah ya? Apa karena kejadian kemarin? Salah ya, gue mempermainkan dia? Tapi, apa gue bener-bener mempermainkan dia?"
"Argh! Gue nyesel banget anjing mainin dia!" Racaunya. Zidan meremas rambutnya kuat-kuat sebagai pelampiasan emosinya.
"Sekarang aja nyesel, kemarin kenapa malah mainin anak orang?"
Zidan menggeram tertahan mendengar penuturan Putra. "Lo udah bagus pergi aja tadi!"
"Dih, lo pikir gue mau di sini? Orang gue cuman mau ngambil korek." Zidan tidak menghiraukan Putra lagi. Sekarang dia sibuk dengan perasaan kesalnya.
Zidan memilih pergi ke kelas dan menghampiri Vanecia dan Theresa yang terlihat sedang mengobrol ringan.
"Van, Ca, gue minta alamat rumah El."
Vanecia dan Theresa mengeryitkan keningnya bingung. "Buat apa?" Tanya Theresa.
"Kalian gak perlu tau. Ini urusan gue sama dia."
"Ciealah! Bahasa lo berat bener. Segala pake alesan urusan berdua. Pasti lo mau ngajak dia war kan? Eh Zidan, gak cukup apa berantemnya pas di sekolah aja? Lo ketara banget caper sama dia. Denger-denger kemarin lo abis nembak El kan? Gimana? Di terima gak?"
"Katanya di terima." Kata Theresa yang mampu membuat Vanecia terkejut bukan main.
Begitu juga dengan Zidan yang tak kalah terkejut. "Dari mana kalian tau?"
"Lo lupa lagi ngomong sama siapa? Apa perlu gue jelasin jabatan gue di angkatan kita? Okeh, kenalin gue Vanecia Reinella, berjabat sebagai Ratu gosip yang gosipnya pasti dari informasi yang bener dan paling terakurat. Sekarang udah tau kan?"
Zidan mengepalkan tangannya kuat-kuat. Keringatnya seketika mengucur dari pelipis.
Zidan menelan ludahnya susah payah ketika mengetahui fakta bahwa kejadian kemarin sore bisa sampai tersebar kepada sang ratu gosip.
"Apa El yang ngasih tau? Apa dia juga nyeritain kalau gue mempermainkan dia? Apa nanti dia dan yang lainnya bakal membalas perbuatan gue?" Seketika pikiran Zidan melayang pada perkataan Electra yang mengancamnya.
"Gue minta alamat El, dan kalian gak perlu tau alasan gue."
"Gak!" Balas mereka bersamaan.
"Ck! Mitik lo berdua!" Zidan memutuskan untuk meninggalkan Vanecia dan Theresa yang juga menampilkan raut kesalnya.
Sekarang tujuan Zidan adalah ruang BK. Bukan untuk mencari masalah. "Mah. Aku minta data-data anak kelasan aku."
"Eh Zidan? Kamu ngapain ada di ruangan ibu?"
"Ck! Mau minta data-data."
"Buat apa?"
"Mama gak perlu tau, urusan aku."
"Ck! Ibu harus bilang berapa kali sih? Kalo di sekolah itu manggilnya ibu, bukan mamah! Samain sama temen-temen kamu."
"Dih! Enggak ah! Sekarang mana mah data-datanya?" Desak Zidan.
"Mamah itu kan guru BK kelas sepuluh, udah pasti punya dong data-datanya." Lanjutnya.
"Buat apa? Kamu mau ngelakuin hal macem-macem? Mamah gak mau ya, kena omongan lagi gara-gara kamu! Udah cukup masalah kemarin-kemarin."
"Gak aneh-aneh kok, cuman pengen tau alamat Electra doang."
Seketika Amira tersenyum. "Ekhem! Yang kemarin abis nembak Electra, sekarang udah nanyain alamat, kamu mau persiapan ya buat malam minggu biar bisa ngelonin Electra?"
Zidan tercengang. Bagaimana bisa ibunya juga tau? "Mamah tau dari mana?!"
"Ck! Yaelah. Jangan kan mamah, satu sekolah aja udah tau kali! Orang video kamu nembak Electra pas kemarin sore aja udah kesebar. Bisa jadi sampai ke sekolah lain juga."
"VIDEO? TERSEBAR? BAHKAN SAMPAI SEKOLAH LAIN? WHAT THE FUCK?!!!"
"Mah, seriusan ada videonya? Siapa yang sebarin?"
"Loh, kamu nggak tau?" Zidan menggeleng sebagai jawabannya.
Saat hendak membalas, Zidan terlebih dahulu pergi meninggalkan ruang BK tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Dasar anak itu! Kebiasaan banget suka ninggalin mamah tercintanya tanpa ngucap salam dulu." Gerutu Amira. "Mana pintunya gak di tutup lagi!"
TBC!!!
COBA CEK LAGI DEH, UDAH DI VOTE ATAU BELUM? SIAPA TAU BELUM:V
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl & Nerd Girl [END]
Teen FictionElectra, gadis dengan sejuta kebahagiaan yang selalu ia pancarkan di depan semua orang, dengan celetukan dan perilaku anehnya dapat membuat orang-orang disekitarnya merasa terhibur. Meskipun ia dikenal dengan seorang Bad Girl yang sangat anti dengan...