28.

165 11 0
                                    

Happy reading ❤️

....

"Udah saatnya gue ninggalin sekolah itu dan melaksanakan hukuman papah. Gue gagal berbuat baik kepada orang, dan gue nggak pantes disebut anak baik."

Electra menatap langit malam yang cerah, menampilkan pemandangan cantik. Malam ini taburan bintang-bintang menghiasi langit, juga bulan yang nampak sangat cerah. Seolah menandakan keceriaan. Sangat berbeda dengan suasana hatinya.

"Bulan, apa yang harus gue lakukan? Keputusan gue udah benar kan? Di satu sisi gue nggak mau pisah dengan sahabat-sahabat gue, tapi di sisi lain, gue harus melaksanakan hukuman papah." Setetes air mata lolos begitu saja melewati pipi Electra.

Sekelibat ide mincul di benak Electra.  "Hmm, untung gue pinter." Electra memasang seringainya.

....

"AAAAAA! EL LO BENERAN MAU PINDAH? DAN INI HARI TERAKHIR LO DI SEKOLAH INI? AAA OEMJI!!" Semua lantas menghambur ke pelukan Electra. Terkecuali Theresha, Vanecia dan Zidan.

"Gue bener-bener kecewa banget sama El." Vanecia menatap Theresha, lalu mengelus punggung Theresha.

"Sabar ya, Ca. Ini juga demi beasiswa lo untuk masuk ke sekolah impian lo itu."

"Putra sama Fikri ngapain ikut-ikutan meluk El sih? Padahal dulu mereka selalu paling semangat ngerjain Electra. Bahkan semua ide-ide jahil itu dari mereka!" Batin Zidan menatap tidak suka kepada Fikri dan Putra yang tengah berpelukan.

Lebih tepatnya mencari kesempatan untuk berpelukan dengan perempuan. "Cih! Licik banget jadi orang! Kan gue juga mau!" Zidan hendak berjalan mendekati kerumunan itu, namun terhenti sebab dia ingat alasan pertama dia tidak ikut berpelukan.

"Gagal deh gue dapet kesempatan." Gumamnya.

....


Pelajaran matematika. Hannya diberikan 1 soal, tapi jawabannya berderet. Yang biasanya Electra bisa paling cepat menyelesaikannya sebab menyontek kepada Theresha, sekarang hannya bisa menatap Vanecia dan Theresha yang tertawa sebab sudah mengumpulkan jawabannya.

Yang biasanya Electra akan menyombongkan diri kepada yang lain sebab selesai duluan, sekarang dia hannya bisa melihat teman-temannya yang mondar-mandir menanyakan apakah cara mengerjakan mereka salah atau benar.

Electra duduk di meja paling depan hari ini. Bu Afifah yang menyuruhnya. Sebab, Bu Afifah adalah guru yang cukup ramah kepada murid-muridnya. Dia tidak pernah membandingkan murid yang bermasalah dan tidak bermasalah. Oleh karena itu banyak juga murid yang bermasalah yang dekat dengan bu Afifah.

Kelas seketika hening, entah apa sebabnya. Sebenarnya, sedari tadi Electra sedang menahan kantuknya. Apalagi sekarang kelas menjadi hening secara tiba-tiba.

"Aduh, telapak tangan kanan ibu gatal. Biasanya kata orang jaman dulu, mau dapat duit." Celetuk bu Afifah.

"Hm ... kalau tangan kiri yang gatal gimana ya?" Gumamnya.

"Mau nampol orang." Refleks Electra menjawab, yang seketika kelas menjadi heboh di isi dengan gelak tawa.

"Weh! Sadis amat El!"

"Parah!"

"Nampol dong! Ngakak banget."

"Yaampun El, hehe ... hm ... gimana ya? Nanti kalau Electra udah pindah. Pasti kelas ini jadi lebih sepi. Yaampun, nanti ibu pasti kangen banget sama kamu El." Kelas seketika menjadi hening kembali.

Bad Girl & Nerd Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang