"Selama ini kalau ngehapus air mata pakai tangan sendiri kan? Lantas kenapa masih mengharapkan tangan orang lain?"Happy reading ❤️
....
"El, jadi gimana? Udah lebih dari sebulan loh, tapi lo belum cerita tentang Zidan itu." Vanecia menatap Electra dengan raut penasaran, begitu juga dengan Theresha.
"Gak usah bahas dia! Gue kesel."
"Ckckck! Yaudah, kalau lo nggak mau ngasih tau, biar gue tanya aja sama Putra." Dengan sigap Electra menahan pergerakan Vanecia yang hendak berdiri dari duduknya.
"Santai ... santai, gue ceritain. Jadi, bukannya gue mau nutupin dari kalian, tapi gue tuh udah bener-bener kesel banget! Sampai-sampai gue gak mau cerita ataupun ngebahas hal itu sama siapapun." Electra menghela nafasnya pelan, lalu kemudian mulai menceritakan semuanya dari awal sampai akhir.
"Jadi, artinya lo dipermainkan? Wah parah tuh bocah! Minta gue samperin nih!" Vanecia dengan segera bangkit dan berlari menuju tempat di mana biasanya Zidan dan gengnya membolos.
"El, jangan berantem lagi dong, lo udah kena skors minggu lalu karena berantem sama fans-nya Zidan." Peringat Theresha sebelum Electra beranjak mengikuti Vanecia.
Electra menoleh kepada Theresa dan tersenyum. "Iya Ca, gue janji nggak bakalan berantem." Selepas itu Electra langsung menyusul Vanecia. Dia juga tau tujuan Vanecia, karena memang tempat Zidan membolos itu juga tempat mereka membolos, begitu juga dengan siswa atau siswi lainnya yang hobby membolos.
Sesampainya di sana, Electra melihat Vanecia yang tengah memarahi Zidan dengan suara cemprengnya.
Ingin rasanya Electra menertawakan suara Vanecia. Namun, sekarang bukan waktu yang tepat untuk bercanda.
Melihat kejadian itu, dengan cepat Theresha menarik Vanecia untuk menjauh dari Zidan. Kasihan juga melihat wajah Zidan yang sudah pucat pasi melihat kebar-baran Vanecia.
"Stop Van, nggak gini cara ngasih taunya."
"Tapi kasihan El yang dipermainkan Ca! Emang dasar laki-laki bejat lo Zidan!" Vanecia kembali ingin menjambak rambut Zidan, namun dengan cepat langsung ditahan oleh Theresha.
Teman-teman Zidan hannya diam tidak berkutik. Bingung juga harus bertindak bagaimana. Lagi pula, ini juga memang kesalahan Zidan, siapa suruh mempermainkan anak orang?
"Ini udah kejadian sebulan yang lalu Van, nggak usah diungkit-ungkit! Toh El juga udah biasa aja. Iya kan El?" Theresha mengedipkan sebelah matanya mengkode supaya Electra mengiyakan pertanyaannya.
Electra yang mengerti kode dari Theresha lebih memilih untuk pura-pura tidak mengerti dan mencoba membuat Vanecia semakin ganas. "Nggak Ca, gue masih sakit hati."
Mendengar itu, sontak saja Vanecia maju dan menjambak rambut Zidan.
"APA GUA BILANG ANJIR! LO ITU COWO BEJAT! ISH! GUA GREGET BANGET, RASANYA PENGEN GEPREK MANUSIA KAYAK LO!" Vanecia menjambak rambut Zidan sembari memutar-mutarkan kepala Zidan.
"ARGHH SSHHTT AMPUN VAN! GUE MINTA MAAAF!!!" Zidan memohon ampun. Setitik air mata bahkan sudah keluar di sudut matanya. Jambakan Vanecia sungguh tidak main-main! Bahkan lebih sakit jika dibandingkan dari jambakan ibunya.
"MINTA MAAF SAMA ELECTRA CEPET!" Bentak Vanecia setelah berhenti menjambak rambut Zidan.
"Iya ... iya ... gue minta maaf." Zidan berjalan menghampiri Electra dengan raut wajah lesu. Sedangkan di sana Electra terdiam, bingung harus melakukan apa. Jujur dia deg-degan melihat Zidan yang berjalan semakin dekat dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl & Nerd Girl [END]
Teen FictionElectra, gadis dengan sejuta kebahagiaan yang selalu ia pancarkan di depan semua orang, dengan celetukan dan perilaku anehnya dapat membuat orang-orang disekitarnya merasa terhibur. Meskipun ia dikenal dengan seorang Bad Girl yang sangat anti dengan...