22

189 8 0
                                    

Happy reading ❤️

....

Suasana asing yang baru pertama kali menghinggapi kelas X IPA 5 ini membuat kelas tetangga cukup terheran-heran dan penasaran.

Pasalnya tidak pernah kelas ini barang sedetikpun hening sejenak.

Jika bukan membuat konser dadakan, pasti mereka akan mengerjai siapapun yang melewati kelas mereka sampai terjadi keributan yang cukup mengganggu telinga.

Saat ini para penghuni kelas X IPA 5 tengah ditonton melalui jendela kelas oleh kelas tetangga. Tidak tanggung-tanggung, bahkan beberapa guru yang penasaran pun ikut mengintip. Ingin tau apa yang sedang terjadi.

Sedangkan di dalam sana, ada Zidan yang sedang mengepalkan tangannya hingga tak terasa sudah berkeringat hebat. Pelipis, leher, serta seluruh badannya sudah dibanjiri keringat dingin.

Dan di belakang sana, ada Electra dan teman-temannya yang sedang menantikan puncak amarah dari seorang guru killer yang tengah mengintimidasi Zidan dan teman-temannya.

Entah apa yang telah terjadi sampai-sampai guru killer itu datang dengan gemuruh petir yang membuat para penghuni kelas X IPA 5 takut. Bahkan ada yang sangat terlihat gemetar.

"CEPAT JAWAB! APA YANG KAMU LAKUKAN TERHADAP MOBIL SAYA!" Bentak guru itu dengan urat leher yang ikut menonjol dan juga bola mata yang sedikit lagi akan keluar dari tempatnya.

"B-buk-"

"APA? KAMU MAU MENYANGKAL? SUDAH JELAS-JELAS SAYA MELIHAT KAMU MENCORET-CORET MOBIL SAYA!" Selanya

"DAN TADI PAGI JUGA KAMU SUDAH SAYA TEGUR KARENA MEMBAWA PILOK KE SEKOLAH!" Tunjuknya pada Zidan yang sedang menunduk.

Melihat itu, Electra menahan tawanya. Kali pertama dia melihat Zidan menunduk lesu dan terlihat tidak berdaya ketika berhadapan dengan guru. "Ternyata mentalnya cemen juga. Sok-sokan sih nantangin gue." Bibir Electra melengkung dengan alis yang dia naikkan seolah mengejek Zidan.

Vanecia menyikut lengan Electra dengan pergerakan se-minim mungkin agar tidak disadari oleh guru killer itu.

Vanecia memberi isyarat agar wajah mengesalkan Electra itu tidak ditunjukkan sekarang. Sebab ada banyak mata yang menyaksikan mereka, dan bisa saja salah satu dari mereka menyadari raut wajah Electra dan mencurigai dirinya.

Jika Electra sudah di curigai, maka sudah pasti dia dan Theresha juga kena. Begitu juga dengan sebaliknya.

"Karena sudah tertangkap basah, maka kalian saya beri hukuman MEMBERSIHKAN MOBIL SAYA SAMPAI BERSIH TANPA TERTINGGAL SEDIKITPUN NODA!"

"Ta-"

"Ssttt ... El!" Dengan sigap Vanecia menyikut perut Electra cukup kencang.

"APA? KAMU MAU MEMBANTAH? KALAU BEGITU KAMU DAN ZIDAN YANG MEMBERSIHKAN MOBIL SAYA. SAYA KASIH WAKTU DUA JAM, LEWAT DARI ITU, KALIAN SAYA SURUH MEMBERSIHKAN SELURUH KENDARAAN GURU-GURU YANG ADA DI SEKOLAH INI."

"Ingat. Berani membantah, seluruh kendaraan yang ada di sekolah ini kalian bersihkan." Guru itu memasang smirknya.

Kesal? Sudah pasti! Sudah senang Zidan dimarahi dan dipermalukan, sekarang dia juga jadi ikut-ikutan? Huh dasar sialan!

"Anj!" Electra mengelus dadanya perlahan. Dia hannya bisa mengumpat dalam batin setelah mendengarkan perkataan guru itu.

....

"Pokoknya gue gak mau bersihin!" Electra melemparkan kanebo basah itu tepat di kaca mobil.

"Tanggung jawab lo." Jawab Zidan datar.

"Apa lo bilang? Tanggung jawab gue? Heh sadar! Yang salah di sini itu lo! Siapa suruh cari gara-gara? Mana gak tanggung-tanggung lagi ngerjain guru yang seremnya masih di atas setan kastanya!"

"Bawel lo! Mending bersihin cepet!" Titah Zidan dengan alis yang mengkerut.

"Bangsat lo!" Electra mengangkat ember yang berisikan air itu dan melemparkannya ke seluruh body mobil yang sudah hampir kering.

Sekarang mobil itu kembali kotor.

"Hukuman lo karena ngeselin."

"Gue udah coba sabar dari tadi." Geram Zidan.

"Kalau lo gak bersihin sendiri, kita duel."

"Cih! Lo lupa lagi berhadapan sama siapa? Setiap kita duel, gue yang selalu menang." Sombongnya.

"Itu karena gue ngalah, gak lucu kan, kalau lo udah kayak orang gila terus kalah." Kata Zidan.

"Cih! Lebih lucu lo. Udah nantangin, eh kalah pula! Mana di tempat umum!" Electra menatap Zidan sinis.

"Dar-"

"KALIAN BERDUA!"

....

"Ra! Sini!" Pekik seorang perempuan berambut panjang sambil melambaikan tangannya kepada Dara.

Dara yang sudah hafal dengan taktik yang begitu klasik ini hannya bisa mendengkus.

Dara sama sekali tidak menghampiri gadis itu, melainkan menunggu dia menyeret dirinya.

"Ra! Kenapa lo gak mau nyamperin gue sih? Gue kan cuman mau minta maaf sama lo atas perbuatan gue selama ini." Keluhnya.

"Maaf nya gak gratis, lo harus penuhin beberapa syarat. Mungkin kedengarannya kurang ajar. Tapi perlakuan lo lebih kurang ajar." Balas Dara dengan nada datarnya.

Siapa juga yang mau memaafkan orang yang sudah membully nya habis-habisan dengan secepat itu?

Tidak akan! Itu tidak berlaku kepada Dara. Dara tidak sebodoh itu mau memaafkan orang yang sudah berbuat jahat kepadanya, apalagi sampai berkali-kali. Bahkan sering.

"Apa syaratnya? Oh atau lo mau gue transfer uang berapa?" Setelah mendengarkan perkataan Nisa, langsung saja Dara meninggalkan Nisa tanpa sepatah katapun.

Hey! Siapa orang mau memaafkan orang yang masih merendahkannya bahkan belum ada satu jam setelah dia mengatakan kata "maaf".

Sudah dibilang, Dara tidak sebodoh dan serendah itu!

Nisa kesal? Sudah pasti! Selama ini tidak ada seorangpun yang berani-beraninya mengacungkan dirinya. Bahkan meninggalkan dirinya yang belum selesai dengan ucapannya.

"Dasar cewe gak tau diri! Abis lo setelah ini." Geramnya.

TBC

Nungguin gipewey yak?

Gw cuma mau gipewey dosa guys😔 kebanyakan soalnya😭

Vote vote vote!!!!

Bad Girl & Nerd Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang