02.

536 34 1
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy reading!!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hujan, biarkan aku menitikkan air mata di bawahmu, agar tidak ada yang tau jika aku sedang bersedih.

-Electra Harlow-

Happy reading ♥️

....

"Loh? Kok lo malah bawa gue ke kantin?" tanya Electra bingung, pasalnya tadi dia bilang 'GELUD' Bukan 'MAKAN'.

"Gue laper." Dua kata yang dapat membuat Electra yang hampir ingin menampol kepala bagian belakang lelaki ini. Jika dia lapar, yasudah, kekantin sendiri saja! kenapa harus dengannya? Apalagi sampai rela menunggunya di depan toilet, apa lelaki ini sudah tidak punya teman? Sampai harus mengajaknya? Ah sepertinya itu tidak mungkin, karena lelaki di sampingnya ini adalah anggota dari sebuah geng yang lumayan banyak anggotanya di sekolah ini, terlebih lagi dia termasuk inti di dalam geng itu, jadi tidak mungkin dia tidak memiliki teman fikir Electra.

"Ya terus kalau lo laper kenapa ha-" ucapan Electra terhenti karena tiba-tiba Zidan menariknya lagi ke meja yang terdapat di tengah-tengah.

Sebelumnya suasana kantin sangat ramai, tetapi sekarang sudah berganti menjadi lebih hening karena setengah perhatian para penghuni Kantin tengah terarah kepada Electra dan Zidan duduk.

Zidan, salah satu mostwanted boy di SMA Kejayaan ini, berstatus jomblo, terkenal dengan ketampanan dan kerandomannya, terlebih lagi dia adalah pasukan inti sebuah geng yang cukup terkenal di kota ini, itu lah yang membuat banyak gadis menyukai bahkan mengidolakannya.

Sebelumnya Zidan tidak pernah dekat dengan seorang gadis dan sekalinya dekat, itu adalah musuh bebuyutannya sendiri? Aneh memang.

Oleh karena itulah yang membuat banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benak para siswa dan siswi SMA Kejayaan, termasuk juga dengan sahabatnya yaitu para anggota gengnya yang kebetulan berada di kantin.

Bukan kebetulan, melainkan memang kantin adalah tujuan mereka di sekolah ini.

"Heh Zidan! Lo ngajak gue makan gara-gara tadi lo gak nolongin gue kan?" dari sekian banyak pertanyaan yang muncul di benak Electra, hanya Pertanyaan itulah yang berhasil dia lontarkan. Tidak perduli jika Zidan menganggapnya ge'er.

Tanpa menjawab, Zidan langsung berdiri menuju ibu kantin untuk memesan makanan.

"Kayaknya bener deh nih orang mau traktir gue makan gara-gara ngerasa bersalah." Batin Electra sambil memasang smirknya. "Tau gini, gue setiap hari aja pura-pura gak sengaja nabrak dia, biar setiap hari di traktir." Electra masih memasang smirknya merasa senang karena jarang-jarang musuh bebuyutannya ini mau berbaik hati. Biasanya ngeselin.

Setelah beberapa menit, akhirnya Zidan kembali ke meja di mana Electra sedang duduk.

"Nih! Silahkan di makan." Electra dengan senang hati langsung menyantap makanan yang Zidan pesan tadi.

Mie ayam spesial dengan porsi yang lumayan banyak dan tentunya dengan harga yang lumayan mahal.

Tidak ada percakapan di antara mereka, keduanya sibuk dengan makanannya masing-masing. "Gue duluan." Ucap Zidan setelah makannya sudah habis. Tanpa menunggu jawaban Electra, dia langsung melenggang pergi meninggalkan kantin.

Electra hanya balas mengangguk karena dia tengah asyik menyantap mie ayamnya.

"Mbak, ini total pembayaran pesannya." Ucap ibu kantin seraya menyodorkan sebuah kertas yang berisikan jumlah yang lumayan besar.

"Loh bu? Bukannya udah di bayar sama Zidan ya tadi?" tanya Electra dengan kening yang mengkerut. Perasaannya mulai tidak enak.

"Belum Mbak, tadi mas Zidan bilang yang bayar itu Mbak," ucap Ibu kantin.

Electra mengepalkan tangannya, walau di dalam hatinya sekarang sedang ber api-api, tapi sangat berbeda dengan wajahnya yang terlihat masih santai. "ZIDANJING!!! SAMPAI GUE KETEMU SAMA LO NANTI, MATI LO DI TANGAN GUE!!!" Batin Electra.

"Hah? Gak bisa gitu dong bu! Kan yang pesen Zidan kenapa jadi saya yang bayar?" tanya Electra, siapa tau ibu kantin ini menyetujui ucapannya dan tidak meminta bayaran kepadanya lagi melainkan kepada Zidan.

"Maaf mbak, tapi mas Zidan yang bilang kalau mbak yang akan bayar, kalau mbak mau marah, mbak jangan marah sama saya, karena saya di sini sebagai penjual, lagi pula mbak juga makan mie nya." Di luar dugaan sekali jawaban ibu kantin ini, tetapi benar juga apa yang dikatakan oleh ibu penjual mie ini, Electra tidak bisa menyangkal, dan tanpa fikir panjang Electra membayar makananya dengan gerakan cepat karena sekarang dia sedang menahan kesal kepada Zidan.

Sebenarnya, uang lima puluh ribu bukan apa-apa bagi Electra, tetapi dia hanya kesal saja. Bisa-bisanya si Zidanjing itu menipunya. Dan bisa-bisanya Electra percaya dengan orang selicik Zidan, musuh bebuyutannya. Harusnya dia tidak perlu sepercaya dan sesenang tadi, harusnya dia menaruh curiga.

"ZIDANJING!!! SAMPAI GUE KETEMU LO, MATI LO DI TANGAN GUE!!!" jerit Electra pada akhirnya. Tetap saja dia tidak bisa mengontrol emosinya jika menyangkut Zidan. Dia kelepasan karena saking gereget nya. Beberapa siswa dan siswi di kantin pun terkejut akibat suara Electra yang tiba-tiba menggelegar.

Tadinya siswa dan siswi yang ada di kantin sudah bersyukur karena kali ini tidak ada pertengkaran antara Electra dan Zidan, tetapi itu tidak akan berlangsung lama, karena sekarang saja Electra sudah mengamuk, pasti Zidan melakukan sesuatu yang dapat membuat Electra marah.

Electra keluar dari Kantin dengan perasaan kesal dan juga penuh amarah, kakinya yang ia hentak-hentakkan dan jangan lupakan tangan yang sedari tadi sudah mengepal kuat.

Lihat saja, Electra tidak akan tinggal diam, dia akan membalas Zidan dengan yang lebih memalukan lagi. Dan sekarang, tujuannya adalah kelas, bukan untuk bertemu dengan Zidan, tetapi sebentar lagi jam pelajaran akan segera dimulai. Dan Electra sedang tidak mood untuk membolos. Dia lebih memilih tidur dan memikirkan rencana dengan Vanecia.

Jam pelajaran akan kosong sampai pulang sekolah. Entah apa alasannya, Electra tidak peduli.


TBC

(To Be Continue!)

Bukan penyakit tbc😭😭🤣

Okeh cukup sekian ya!

Gantung ga? Gantung ga? Gantung ga?

Kalo gantung makanya ayo vote biar cepat up!!






01-05-2021

Bad Girl & Nerd Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang