12

1K 155 22
                                    

Surya menatap wajah perempuan di dalam pigura putih yang sedang digenggamnya. Lalu mengusapnya pelan sebelum memasukkannya kembali ke dalam laci meja. Pandangannya berubah nanar ke arah berkas yang menumpuk di atas meja. Sebenarnya jika boleh memilih, dia ingin beristirahat saja di rumah selama beberapa hari. Sayangnya, niat tersebut harus ditunda. Dia tak mungkin berada di rumah tanpa memikirkan permintaan istrinya. Surya sendiri tak masalah dengan poin dua dan seterusnya. Hatinya lebih terganggu dengan poin pertama, ada sesuatu yang tak dapat ditinggalkan Yasna di Solo. Namun entah kenapa Surya merasa bahwa sesuatu itu jelas bukan Read-sto.

Decit pintu yang terbuka membuat kesadarannya kembali. Lukas berdiri di sana dengan raut terkejut, "Kenapa kamu di sini?"

"Bekerja."

"Bukan itu maksudku," ucapnya. Lalu kepalanya beralih pada seseorang di luar ruangan, "Ivy, dia baru saja sembuh dan kamu memperbolehkannya masuk?"

"Saya juga kaget atas kedatangan Pak Surya pagi ini, Pak. Tapi, beliau memaksa masuk."

"Ini bukan salahnya, Luke," jawab Surya. "Ivy, bisa bawakan saya segelas susu dan roti bakar?"

"Baik, Pak."

Lukas mengernyit, "Surya, kamu belum sarapan?"

Lelaki itu menatap Lukas, lalu menghembuskan napas pelan. "Sudah, tapi rasanya masih lapar."

Lukas meneliti raut Surya, barangkali terdapat jejak kebohongan dalam diri Surya. Namun dia memilih memercayainya. Lelaki itu selalu jujur meski akhir-akhir ini agaknya dia sering menyembunyikan sesuatu. Seperti sekarang ini, lelaki itu terlihat memerhatikan berkas yang terbuka di mejanya, tetapi pikirannya tampak berkelana.

"Surya, ada sesuatu yang kamu pikirkan?" Surya menutup mapnya dan memijat pangkal hidung. Sejujurnya dia merasa sedikit pusing akibat kurang tidur. "Kamu baik-baik saja?"

Surya mengangguk. "Lukas, bagaimana keadaan Foodie?"

"Sejauh ini pendapatan Foodie lebih meningkat dari tiga minggu sebelumnya," jawab Lukas. "Rencana untuk ekspor ke luar negeri juga sepertinya akan berjalan lancar dan dimulai bulan depan."

Surya mengangguk paham selama Lukas membeberkan perkembangan Foodie. Setidaknya ada kabar baik yang datang kepadanya hari ini.

"Tolong wakili saya untuk meeting dengan Mr. Smith siang ini," pinta Surya. Lukas mengangguk sebelum beranjak, "Lukas, datanglah ke rumahku malam nanti. Ajak Rebecca dan Raisa juga."

"Ada acara apa malam nanti?"

"Saya berpikir, istri saya mungkin merasa kesepian..."

Lukas mengerti, lelaki itu ingin mengenalkan Yasna kepada istri dan anaknya agar memiliki teman. Akhirnya dia mengacungkan ibu jari, sebelum meninggalkan Surya sendirian. Lalu dalam hening, Surya mendengar suara stiletto yang bergema menuju ruangannya. Ia mengharap kedatangan Ivy beserta pesanannya. Harapan itu pudar ketika yang muncul di sana adalah perempuan dengan dress ketat berwarna merah. Rambut lurus perempuan itu digerai, wajahnya bermake-up agak menor, lengkap dengan bibir yang tak kalah menyala dibanding dress-nya. Dengan lancang, dia mengunci pintu.

"Kamu tidak pulang ke mansion malam tadi." Surya menutup bibirnya rapat-rapat. Sekarang, dia lebih tertarik dengan tumpukan berkas di meja tersebut. Perempuan itu tak kehabisan akal, dia berdiri di hadapan Surya sembari mencondongkan tubuhnya ke arah lelaki itu. Benar-benar menguji kesabarannya.

"Saya sudah menikah."

"Surya, Surya. Kamu selalu terlihat menggemaskan," jawabnya. Surya bergidik menyaksikan kegilaan perempuan itu. "Mana buktinya kalau kamu sudah menikah?"

[Bukan] Lelaki IdamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang