40

633 120 8
                                    

Rumah terasa lebih sepi dan lengang, sangat jauh berbeda dibanding dua hari lalu. Bisa dibilang, acara kemarin menjadi salah satu pertemuan keluarga paling berkesan sepanjang hidup Yasna dan Surya. Sayangnya, tuntutan dan kewajiban di kehidupan nyata tidak bisa dihindari. Irvan harus kembali bekerja, Siti mengurus cafe, Akbar mengurus perusahaan, dan Thalia sibuk mengurusi Athia yang mulai masuk PAUD. Sementara Naufal dan Ava, kabarnya mereka berada di rumah Irvan setelah sebelumnya menginap di kediaman Addar. Yasna memahami perangai ibunya yang senang terhadap anak-anak, terutama kepada cucunya. Anggaplah kehadiran Ava di Indonesia menjadi kesempatan bonding antara nenek dan cucu tersebut.

Sejak Ava dan Naufal menginap di rumah Irvan, ponsel Yasna tak berhenti memunculkan notifikasi grup keluarga. Dalangnya tak lain dan tak bukan adalah ibunya yang kerap membagikan aktivitas bersama Naina. Seperti sekarang ini. Tak sedikit foto dan video Naina meramaikan grup keluarga. Namun pesan dari Surya mencuri perhatiannya. Lelaki itu memang sudah kembali masuk kantor setelah menghabiskan seharian kemarin untuk beristirahat. Berbicara mengenai aktivitas lelaki itu, dia akan sangat-sangat sibuk hingga usia kehamilan Yasna memasuki delapan bulan. Hal itu dilakukannya agar bisa full-time menemani Yasna menjelang pra dan pasca persalinan.

 Hal itu dilakukannya agar bisa full-time menemani Yasna menjelang pra dan pasca persalinan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

gambarnya kuunduh dari IDN Times

How?

Membaca sebaris pertanyaan itu, Yasna hanya bisa tertawa. Surya dan keinginannya. Kemarin, Surya tiba-tiba ingin membuat kamar untuk anak mereka. Pembicaraan keduanya belum selesai lantaran sudah mengantuk. Yasna kira Surya tidak sengotot itu terhadap keinginannya. Ternyata memang sungguh-sungguh. Yasna akhirnya memutuskan untuk menelpon saja. Tak perlu waktu lama agar lelaki itu mengangkatnya.

"Mas, anak kita bahkan belum brojol," ucap Yasna setelah mengucapkan salam dan memastikan laki-laki itu sedang tidak sibuk.

"Lebih baik mempersiapkan daripada keteteran, Na."

"Mereka baru bisa tidur terpisah beberapa bulan setelah lahir, Mas. Masih cukup lama."

"Tapi kamarnya bukan cuma untuk mereka tidur. Pritilan sama mainan mereka bakalan banyak, ngga mungkin ditaruh di kamar kita juga." Belum sempat Yasna menyanggah ucapannya, Surya kembali berkata, "Boleh ya, Na?"

"Mas, tapi..."

"Please..."

Yasna terkekeh pelan, sebab baru kali ini menyaksikan Surya sedemikian memohon kepadanya. Hanya demi diizinkan untuk membuat kamar anak mereka-yang sebenarnya memang sesuatu yang penting. Yasna sendiri sudah akan mengiyakan keinginan Surya. Namun dia hanya ingin menjahili Surya lebih lama.

"Jadi gimana, Na?" tanyanya lagi. "Dulu saya kepingin beli mobil baru sama nambah sopir, Nana gak mau. Saya kepingin bikin kamar anak-anak, masa sih Nana gak mau juga? Nana kok setega itu sama saya?"

[Bukan] Lelaki IdamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang