Blurb

4.4K 320 19
                                    

"SAH!"

Seruan tersebut terdengar penuh haru. Gemuruh hamdalah menyusul kemudian. Dilanjut dengan puja-puji kepada Allah yang dipimpin oleh seorang lelaki paruh baya perwakilan dari KUA. Semuanya berdo'a dengan khusyuk; memohonkan segala yang baik-baik dan apa-apa yang paling baik untuk kedua mempelai. Namun, pengantin perempuan memaknainya dengan sudut pandang lain; bahwa ini adalah kesempatan agar ia berlama-lama menunduk dan menjauhkan pandangannya dari si lelaki. Lelaki yang kini berstatus sebagai suaminya, imamnya, panutannya. Menggeser kenyataan pahit bahwa mereka berdua adalah manusia asing yang dipersatukan semesta.

"Nana."

Suara berat tetapi lembut itu menarik perhatiannya. Rupanya Ayah yang memanggil. Senyum di bibir itu membuat hatinya yang perih menjadi agak berkurang. Ia dapat melihat senyum sang ayah kali ini menyentuh matanya yang pekat. Tidak dapat ditutupi, ada binar kebahagiaan bersarang di dalamnya.

"Bolehkah saya memasang cincinnya?"

Itulah suara milik suaminya. Yasna berseru dalam hati, seakan baru pertama kali mendengar riuh rendah suaranya. Atau memang begitulah faktanya. Ia meyakini bahwa kesadarannya terenggut ketika lelaki itu mengucap sumpah setia di hadapan penghulu. Bahkan mungkin hingga saat ini. Sebab suara yang masuk ke dalam pendengarannya seolah diartikan sebagai sebuah perintah, tubuhnya menurut dengan mengulurkan tangan. Menyerahkan jemarinya untuk diisi oleh lelaki itu. Terikat dengannya.

Tanpa kata, lelaki itu balas mengangsurkan jemari. Alih-alih melakukan gilirannya, sepasang mata Yasna justru berkhianat. Lama dipandanginya jemari kekar yang tidak terlalu besar, berbalut kulit putih bersih dengan kuku yang rapi. Setidaknya menunjukkan jika lelaki itu pandai merawat diri. Ia menghela napas panjang sebelum mengambil cincin berbahan rhodium dan menyematkannya di jemari lelaki itu. Cincin yang semula bukan dialamatkan untuknya, melainkan untuk lelaki lain yang sudah mencuri sekaligus mematahkan hatinya hingga menjadi sebuah remahan. Lelaki yang seharusnya mengucapkan ijab qabul di sampingnya, mungkin sudah menjadi suami perempuan lain. Sekaligus menjabat sebagai calon ayah. Hanya dalam hitungan detik, semuanya bisa berubah. Betapa Allah memang Maha Kuasa untuk membolak-balik hati manusia.

Setelah jeda yang agak lama, Yasna menyalami tangan itu dengan takzim. Hanya berselang beberapa detik sebab Yasna seketika mendongakkan kepala saat merasakan usapan di lengannya. Saat itulah ia menyaksikan bagaimana rupa suaminya; rambut agak pirang yang panjangnya mencapai bahu, alis hitam dilengkapi mata bersorot tajam, hidung yang porposional, lalu bibir merah jambu yang sekitarnya dibubuhi kumis serta jambang. Rautnya dingin, tertutup oleh penampilannya yang cenderung resik. Yasna menangkap bekas lubang anting di telinga bagian kiri, yang menjadi tanda kenakalan lelaki itu.

Mengapa Tuhan menakdirkan dia sebagai suaminya?!

*

Pendek. Cuma mau tahu, seberapa greget kalian sama sekuel BWI😀

Insha Allah untuk kedepannya update cerita akan dijadwal. Biar teratur, dan aku tanggungjawab :)

BTW, aku sesuka itu sama cowok manbun sampe bikin cerita pake tokoh kayak doi😀

Luv,
J.

[Bukan] Lelaki IdamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang