"Balik bareng gak My?"
Mya menggeleng. Ia baru selesai kelas bedahnya pada pukul 6 petang dan saat ini ia sedang berjalan bersama Ena, teman sekelasnya, menuju Parkiran. "Udah ada janji abis ini."
"Uwuuuhh sama siapa tuhh??? Pacar yaa??"
"Ena mulai dehh."
Mereka tertawa bersama hingga sebuah motor klasik datang mendekat. Saat helmnya dilepas, Mya sedikit terkejut mengenali siapa pengendara itu.
"Sorry, udah nunggu lama?" Chandra merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
"Ohh jadi ini ksatria hitamnya Mya." Goda Ena.
"Ena!" Suara Mya sedikit meninggi, lalu perhatiannya kembali pada pria yang ada didepannya. "Kok kamu kesini?"
Ting!
Ketika Chandra akan menjawab, ponsel Mya berbunyi. Pesan dari Jeje.
My, jadwal beli bukunya bisa diundur gak? Maaf aku gak bisa jemput. Nayla barusan ngechat aku mobilnya mogok dijalan jadi aku suruh Chandra jemput kamu.
"So, gue tinggal gak papa kan My?" Celetuk Ena yang sudah siap pulang dengan motornya, mengagetkan Mya.
"Iyaiya, tiati."
Ena mulai menghidupkan mesin lalu melambaikan tangan kepada mereka. Setelah Ena pergi, Chandra pun buka suara. "Kak Je bilang Kakak pengen ke toko buku."
"Gak usah Chan, langsung pulang aja." Mya menerima helm dari Chandra tanpa semangat. Pupus sudah harapannya untuk menghabiskan sisa hari ini bersama Jeje.
Chandra menyadari perubahan raut wajah Mya. "Kakak udah makan?"
"Aku males mampir-mampir, Chan." Tolak Mya yang sedari tadi belum berhasil memasang helm dengan benar, memancing Chandra untuk membantunya.
"Tapi aku udah laper. Mampir makan bentar yaa?" Chandra merengek seperti anak kecil.
Melihat itu, Mya hanya menghela napas. Lagipula ia juga belum makan sejak siang tadi. "Yaudah."
"Siip!" Chandra menghidupkan mesin motor dengan semangat. Mya ikut memposisikan di jok penumpang.
"Gak pegangan nih? Ntar jatoh loh.""Udah buruan." Mya masih tetap pada pendiriannya.
Broom!
"Agh!" Lengan Mya spontan melingkar di perut Chandra saat motor digas mendadak. "Chandra!"
"Siapa suruh gak nurut." Chandra tertawa puas setelah berhasil menjahilinya.
Tanpa sepengetahuan Mya, Chandra ternyata membawanya menjauhi daerah pusat kota. Ia mengajak perempuan itu mengelilingi daerah di waktu yang tepat dimana senja kota nampak jelas. Motor Chandra berjalan membelah jalan hingga sampailah mereka di tempat tujuan. Sebuah gubuk dipinggir jalan dengan pemandangan alam yang indah berhasil membuat Mya berdecak kagum.
"Disini kopinya mantep. Americanonya kafe Kak Je kalah jauhhhh." Jelas Chandra. "Kakak mau pesen apa?"
"Ngikut deh sesuai remondasi kamu."
"Oke, Bang kopi 2 sama seafoodnya 1." Pesan Chandra. Kemudian ia mengeluarkan rokoknya untuk dihisap.
Sambil menunggu pesanan mereka datang, Mya sudah sibuk dengan kamera ponselnya. Memotret pemandangan yang belum ia temukan di Jakarta. Chandra sendiri ikut tersenyum melihat Mya asik dengan kegiatannya, membuat tertarik ingin mengambil gambar wanita itu sekarang. Diam-diam ia mengarahkan ponselnya dari belakang Mya dan menampakkan hasil dengan latar belakang langit senja.
"Permisi,"
Suara pelayan yang datang cukup mengagetkan Chandra. Buru-buru ia kembali di tempat duduknya dan bertingkah seperti biasa ketika Mya juga kembali di tempatnya.
Seporsi seafood ditemani kopi hangat kini sudah tersaji dihadapan mereka. Mya mengeluarkan tisu basah dari tasnya. "Tangan kamu, Chan."
Chandra cukup kaget saat tangannya ditarik mendekat untuk dibersihkan oleh Mya. Ia bisa merasakan sentuhan tangan lembut itu sudah sibuk diatas tangannya.
"Kirain cuma Kak Je doang yang diginiin." Mya hanya melirik sekilas menatap tajam mendengar celetukannya.
Setelah acara membersihkan tangan, Mya langsung mencicipi kopinya. "Hmm!"
"Enak kan??" Chandra menaikturunkan alisnya.
"Gak nyangka masih ada tempat kayak gini di jakarta. Sederhana, murah, enak lagi. Cocok kali yaa buat healing setelah seharian kuliah yang bikin penat."
"Jadi, masih nyesel mampir?" Sindir Chandra.
"Hehe."
"Maaf yaa kedatanganku tadi udah bikin kakak kecewa."
Mya yang sedang mengunyah makanannya, dibuat terkejut dengan pengakuan Chandra.
"Orang yang kakak tunggu malah gak dateng."
"Eh enggak kok! Aku sedih bukan karena kamu dateng!"
"Trus kenapa?"
"I-itu.." Mya bingung harus menjawab apa.
"Kakak suka Kak Jeje," Kini Chandra sudah memperjelas perasaan wanita itu. "Iya kan?"
"Kamu..tahu?"
Ia mengangguk. "Hanya orang-orang bodoh dan gak pekaan yang gak tahu, kak."
Mya terdiam sejenak. Napas panjangnya berhasil lolos. Sedangkan Chandra membiarkannya hingga ia mau membuka mulutnya, menjelaskan semuanya.
"Kamu yang pertama, orang yang tau soal ini. Iya, aku suka Kak Je. Gak tau kenapa, aku selalu ngerasa aman dideket dia. Bisa jadi tempat sandaran." Jelas Mya. "Aku datang dari keluarga broken home, sengaja kuliah di jakarta cuma untuk ngejauh dari keluargaku. Lalu aku ketemu keluarga ini, keluarga kos-kosan mertua. Setelah sekian lama aku tidak merasakan kehangatan keluarga. Aku merasakan Kak Je menjagaku setiap saat seperti layaknya Kakak menjaga adiknya. Karena Kakak akan memprioritaskan adiknya dari siapapun."
"Pantesan Kakak selalu manggil Kak Je pake 'kak'. Kirain karena disuruh Kak Je."
Mya tersenyum. "Enggak kok, tapi itu juga gak selamanya. Aku punya tekad buat berhenti panggil dia Kakak sampai aku punya pasangan. Dan aku berharap dia orangnya."
Chandra diam mendengarkan curhatan panjang Mya. Ia diam karena kalimat harapan Mya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Mya saat tahu siapa yang disukai Jeje saat ini.
"Ha.. jadi secret admirer itu gak gampang yaa. Aku saranin kamu kalo suka seseorang mending langsung ungkapin aja, Chan. Jangan nunggu kayak aku." Chandra hanya tersenyum hingga lesung pipinya nampak. "Oya berhubung kamu udah tau soal aku, jangan kasih tau apapun yaa sama Kak Je. Ini rahasia kita berdua aja."
"Aman." Chandra meyakinkan dengan gerakan tangan menutup resliting di bibirnya.
Perut kenyang dirasa setelah keluar dari gubuk untuk pulang. Chandra langsung menginjak rokoknya di tanah saat melihat Mya selesai dari kasir.
"Next time, aku yang traktir."
"Sejak kapan kamu ngerokok?" Mya tidak menggubris ucapan Chandra barusan. Ia lebih tertarik dengan rokok yang barusan laki-laki itu matikan.
"Hmm kapan yaa? Mungkin SMA?"
Wajah Mya menjadi jutek mendengarnya. Ia kemudian merogoh kantong samping tasnya dan meraih beberapa permen. "Jangan dibiasain. Waktu praktek aku kasih ini sama pasienku sebagai penggantinya. Pelan-pelan, ntar jadi kebiasaan kok."
"Siap bu dokter!"
"Yuk balik."
"Eits bentar," Chandra membuka bagasi joknya dan mengambil jaket jeans yang selalu ia simpan sebagai cadangan untuk dipakaikan pada tubuh Mya. "Selain pasiennya yang harus sehat, dokternya juga harus sehat dan selamat dong."
Sentuhan akhir, Chandra sudah memakaikan helm di kepalanya juga. Mya tersenyum dibuatnya. "Makasih yaa."
"Sama-sama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos-kosan Mertua
Fanfiction"Selamat datang di kosan Nyak! Mampir aja dulu, siapa tau nyaman trus bisa jadi besanan." -Mpok Jamela EAKK! GenderBender