We are the Freaks

1.6K 96 7
                                    

Suasana acara pensi di salah satu fakultas benar-benar berlangsung meriah. Semakin sore, penonton semakin larut dengan suasana konser malam ini. Di backstage sudah ada 3 orang yang nungguin buat tampil selanjutnya sambil bawa masing-masing alat musik mereka.

"Awas aja lo kalo salah lirik lagi, Bang. Stik drum gue bakal melayang ke pala lo." Ancam sang pemain drum yang tubuhnya paling pendek diantara mereka.

"Iyeee lagian kemarin kan gak ada yang tau selain elu."

"Sok-sokan nyanyi lagu 3 bahasa, sendirinya yang salah."

"Itu yang dinamakan identitas dari band kita. Paham gak sampe sini?"

"Whatever."

"Udah woi gelutnya ntaran aja pas kelar manggung aja. Kuy." Anak yang kulitnya paling putih coba melerai ketika merasa nama bandnya dipanggil.



















"Selanjutnya bakal ada band yang gak pernah absen di pensi kita tiap tahun, mari kita sambut WE ARE THE FREAKS!" Sambut sang pembawa acara penuh semangat.

Suara riuh penonton menyambut mereka diatas. Sejenak mereka menyapa sebelum memulai. "Halo semuanyaaaaa!! Kenalin gue Jeje di gitar. Trus di keyboard ada Dannish."

"Halooo." Dannish mengakhiri kalimatnya dengan tersenyum manis buat penonton wanita histeris sejenak.

"Dan Chandra di drum!!"

"Oke lagu pertama yang bakal kita bawain malam ini ada 3. Ada yang kenal Day6?? Band favorit gue nih. Gue bakal bawain yang breaking down, trus Bruno Mars Runaway Baby ama yang terakhir sheila on 7 melompat lebih tinggi. So guys have fun!!"

Kalimat Jeje selesai langsung diganti dengan musik menandakan penampilan mereka dimulai. Seperti biasa mereka membawakan lagu penuh semangat. Penonton jadi dibuat jingkrak-jingkrak nontoninnya. Walaupun cuma sebatas jadi band coveran, pengalaman manggung mereka cukup banyak. Sering banget mereka diajak ngisi di sekitaran Jabodetabek. Soal pemasukannya juga gak sedikit. Lumayan lah bisa buat nongki-nongki di Daerah ibukota.

"Dannish." Seseorang dari kru panitia datang menghampiri cowok berkulit putih itu sesaat setelah acara selesai. Yang dipanggil lagi sibuk gulungin kabel beresin alat musiknya.

"Oi!"

"Thanks banget ya udah tampil di event gue. Kalian keren parah! Belum pernah gue liat ada band yang bisa bawain lagu multi language gini."

"Selow, justru kita yang makasih udah kasih kita kesempatan manggung disini. Kapan lagi coba gue bisa main ke kampus tetangga." Balasan Dannish membuat temannya tertawa.

"Tapi beneran deh kalian gak ada kepikiran nampilin lagu sendiri gitu? Lagu yang lo dengerin ke gue kemarin lumayan kok."

"Oh ya? Je, gimana? Ada yang demen sama karya lo nih yakin gak mau go publik?"

"Ntaran aja gue belum siap terkenal." Sahut Jeje akhirnya ikut bergabung.

"Gaya bener njir." Celetukan Chandra langsung dihadiahi tatapan tajam dari Jeje.

"Hahaha masukan doang kok guys. Soalnya bakal ada kompetisi band gitu deket-deket ini. Rewardnya selain duit, ada kontrak bareng label rekaman gede. Lumayan kan kalo menang?"

"Mikir-mikir dulu deh. Bentar lagi kan masuk semester baru juga takutnya jadwal gue yang gak bisa."

"Iya juga sih. Yaudah kalo lo ada apa-apa kabari gue aja langsung."

"Siap bos."

"Oiya," teman Dannish mengeluarkan amplop. "Gue lebihin dikit karena kalian dah bikin sukses acara gue."

Kos-kosan MertuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang