Bertemu Lagi

470 68 2
                                    

"Bi, monitor backstage. Properti penampil ada yang rusak." Dannish berbicara dengan walkie talkienya. Matanya seperti elang jika sedang serius.

"Oke."

Setelah dapet respon, ia simpan lagi alat itu dekat sakunya. Hari ini, hari terakhir ospek, jadi panitia ospek harus kerja lebih ekstra mengingat akan ada malam puncak.

Dannish sendiri gak bisa ngikutin acara sampai selesai. Sore hari ia bakal ijin soalnya dia udah ada jadwal manggung sama bandnya di fakultas teknik.

"Gimana, Bi?" Tanya Dannish ngeliat temen karibnya yang ia suruh baru balik dari backstage menyusulnya keluar venue.

"Untung anak dekor masih nyimpen cadangannya jadi beres." Lapornya. "Gila sih maba sekarang kreatif-kreatif. Masa gue liat ada yang cosplay jadi garuda."

"Yang pernah lutung kasarung pas ospek siapa yaa?? Itu jauh lebih keren." Ejek Dannish.

"Iya, iya gua, Abi wijaya, pernah jadi lutung kasarung. Puas?"

Dannish ketawa puas sampai matanya cuma bentuk garis sambil megang perutnya. Abi cuma pasang wajah kesel ke temannya. Sama-sama anak Sasing dan masuk di divisi yang sama jadinya mereka deket.

"Ngomong-ngomong ntar sore lo jadi cabut?"

Dannish menggangguk. Mereka sekarang lagi duduk dibawah pohon buat istirahat sebentar. Siang ini benar-benar panas membuat mereka otomatis ngipasin diri pake korsa mereka.

"Kak Sania diajak gak?" Kali ini giliran Abi yang menggoda Dannish. Membuatnya menatap Abi malas.

"Alah sebel gitu tapi lu seneng kan digosipin mulu ama Kak Sania?"

"Siapa bilang?" Elak Dannish.

"Gue, gak denger?" Si Dannish cuma bisa muter bola matanya. "Yaelah Dan, harusnya lu tuh bersyukur ada yang demen sama elu. Mana yang ngejer lu bentukannya kayak Kak Sania lagi. Udah cantik, baik, seksi, pinter, perhatian lagi. Kurang apalagi coba?"

Baru selesai Abi ngomong begitu, orang yang baru dibicarain muncul di depan matanya. "Jiahh panjang umur pucuk dicinta ulam pun tiba."

Karena penasaran, Dannish mengikuti arah pandang temannya. Ia membalikkan badannya dan matanya langsung membesar kaget.

"Kak Sania!" Abi melambaikan tangannya bermaksud memberi tanda.

"Woi ngapa lo panggil bege?!" Tanya Dannish tidak terima. Bukannya gak suka, cuma terkadang Dannish jadi risih kalo ada Sania didekatnya. Sania itu orangnya ramah, ceria bangeeetttt. Setiap orang yang ia temui pasti disenyumin jadi yaa wajar banyak yang baper sama dia. Satu-satunya orang tahan gak baper kayaknya cuma Dannish deh.

Merasa terpanggil, sang pemilik nama langsung menampakkan senyum cerahnya. Soalnya ia jauh-jauh dari fakultasnya cuma buat ketemu Dannish.

"Aku cariin disini ternyata. Hai Bi!" Sapa Sania ceria. Tanpa ragu langsung mengambil tempat duduk di samping Dannish.

"Hai kak. Dan, gua kesana bentar yaa kayaknya tadi koor manggil gua." Abi tahu diri bakal jadi setan diantara mereka langsung undur diri, tidak ingin mengganggu.

"Eh, eh mau kemana? Gue ikut." Dannish ikut berdiri namun Abi kembali mendudukkannya di kursi.

"Jangan dong masa Kak Sania lu tinggal sendirian, parah lu." Abi kemudian mendekatkan wajahnya ke telinga Dannish seperti ingin membisikkan sesuatu. "Udah, anggep aja gue kasih lu kesempatan waktu berdua. Jadi, manfaatin sebaik-sebaiknya."

Ingin rasanya Dannish melemparkan Abi properti acara di kepala setelah mendengar ide gilanya.

Abi menjauhkan dirinya dari Dannish kemudian memberi salam perpisahan pada keduanya. "Duluan kak, have fun!"

Kos-kosan MertuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang