Sekarang Dannish paham kenapa Sania tidak pernah mengijinkannya untuk datang di setiap agenda syuting iklan gadis itu. Sania takut kekasihnya risih jika tahu kegiatannya di lokasi dan berakhir menyesal mendukungnya. Dan benar saja, alis Dannish langsung mengerut semenjak tiba di pantai Ancol. Memperhatikan dengan serius Sania yang sibuk berpose dihadapan kamera.
Dannish sendiri sebenernya sih gak masalah dengan job pacarnya itu, cuman yang bikin risih itu mata-mata jelalatan kru cowoknya yang gak pernah sedetikpun lepas dari tubuh Sania. Mana ia cuma pake bikini lagi gimana Dannish gak naik pitam?
"Buset seksi bener dah! Kayak model JAV."
"Ohoii baca pikiran gua yak?!"
"Mantep sih kalo bisa diajak ke hotel,"
"Gas bro!"
"Lo bagian ngerekam yaa hahaha!"
Cukup. Dannish udah gak tahan lagi dengernya. Ia melihat botol minuman soda yang masih kesegel diatas meja kemudian melemparkannya kearah segerombolan kru itu.
"Woi! Apa-apaan nih?!" Salah satu dari mereka yang menjadi korban akhirnya memekik kesal.
"Ngomong apa lo barusan?"
"Lo siapa?! Main seenaknya masuk lokasi syuting!"
"Gue tanya kalian ngomongin apaan barusan!! Tau gak yang lo omongin itu cewek gua!!" Dannish mendorong kawanan itu dengan kencang hingga membuat lampu sorot yang ada dibelakang mereka jatuh karena tersenggol.
Bruk!
Pecah.
Hal itu membuat semua mata kini tertuju kearah mereka. Tak terkecuali sang fotografer dan Sania. Aksi dorong-dorongan itu juga semakin panas dan tegang hingga memerlukan orang dari luar untuk segera melerainya.
"Kalo punya mulut dijaga!!!" Kembali Dannish meneriaki.
"Udah hei, udah!" Ujar salah satu editor foto memisahkan Dannish dari kru tersebut. "Break dulu kita!"
"Dannish!" Gadis itu menarik lengan putih kekasihnya. "Berhenti!"
Akhirnya ia bertemu dengan tatapan mata Sania dari jarak dekat. Masih dengan pakaian syutingnya, kini Dannish yang tak sanggup melihatnya. Bagaimana bisa gadis itu mau menerima pekerjaan yang merelakan hampir seluruh badannya terekspos? Bocah itu makin tidak habis pikir.
"Kita pulang,"
"Apa?!" Ajakan dadakan itu tentu tidak diterima logika Sania.
"Pulang atau kita putus."
Sebuah ancaman Dannish yang sangat diluar dugaannya. Gadis itu dibuat tercengang. "Dannish kamu ngomong apa sih?! Dateng-dateng gak ngabarin bikin rusuh sekarang bilang gitu!"
"Mereka ngelecehin kamu tau gak!? Harga diri kamu! Kalo aja tadi aku rekam udah aku laporin!" Marah Dannish menggebu-gebu.
"Yaa tapi gak sampe perlu adu fisik kan? Liat, alat syuting jadi ada yang rusak gara-gara kamu."
"Aku?! Serius kamu nyalahin aku dan belain mereka?!"
"Bukan gitu Dan-"
"-Kalo aku tau tempat kerjanya kayak gini dari awal aku gak pernah mau setuju dengan pilihan kamu, Kak. Kamu jadi keliatan murahan banget disini."
Deg!
Murahan?!
"Jadi ayo pulang-" Sania menolak mentah-mentah jaket Dannish yang sengaja ia bentangkan untuk menutupi bahunya.
"Aku gak tau sama kamu hari ini yaa Dan tapi omongan kamu bener-bener kelewatan. Aku tersinggung. Dan sekarang tanggung jawab aku disini belum selesai jadi aku gak mau pulang." Ucap Sania tak gentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos-kosan Mertua
Fanfiction"Selamat datang di kosan Nyak! Mampir aja dulu, siapa tau nyaman trus bisa jadi besanan." -Mpok Jamela EAKK! GenderBender