Jalan Bareng

300 57 3
                                    

Sudah 2 jam lebih Sania menghabiskan waktunya berbelanja di salah satu mall terbesar Jakarta. Ini adalah salah satu caranya menghilangkan stres jika banyak tugas atau sebagai bentuk penghargaan diri setelah selesai ujian. Biasanya ia pergi dengan Monica namun karena hari ini sepupunya itu sedang pergi dengan Nayla, akhirnya Sania memilih pergi sendiri.

Ia sebenarnya ingin mengajak Dannish, hanya saja anak itu lagi ada kelas. Oya, soal hubungannya dengan bocah itu saat ini sudah membaik. Kini ia tidak cuek lagi dengan chatnya ataupun ketika bertemu. Walaupun perasaannya tidak lagi sama seperti dulu. Sania lebih sadar diri kali ini dan berusaha bersikap biasa saja dengan Dannish. Ia mulai membiasakan untuk tidak terbawa perasaan oleh kata-kata manisnya.

Sania tersentak kecil saat tangannya meraih sebuah sepatu olahraga yang terpajang bersamaan dengan orang lain. Ia mengangkat pandangannya ingin tahu pemilik tangan putih itu. "Oh? Chou?"

Chou tersenyum hingga menampakkan lesung pipinya. "Hai."

"Kok bisa disini?"

"Abis mantau mall disuruh Papi, sambil sekalian nyari kado."

Sania mencerna sejenak penjelasan Chou barusan. "Jadi..mall ini juga..?"

Chou mengangguk.

"Gila sultan bener." Tanpa sadar Sania bergumam pelan.

"Kamu sendiri?"

"Ohh biasa refreshing. Abis uts tadi."

"Lancar kan?"

Sania tertawa garing. "Gak usah ditanya. Rumus orang abis ujian itu datang, kerjakan, lupakan."

"Hahaha iya juga sih."

"Tadi lo bilang lagi nyari kado, buat siapa?" Topik pembicaraan mereka perlahan berganti.

"Buat Chandra. Lusa kan dia ultah."

"Oya? Kalo gitu gue temenin." Semangat Sania. Setidaknya sekarang ia punya teman yang bisa diajak ngobrol.

Pencarian kado untuk Chandra dimulai. Mereka memasuki gerai yang ada di mall satu-persatu, mencari barang yang sesuai dibutuhkan Chandra.

"Ini?" Chou memamerkan baju pilihannya. Sebuah tuxedo yang sudah dipastikan harganya tidaklah murah.

"Lo beli buat Chandra atau buat lo sendiri sih?" Omel Sania, mulai gemas dengan kekakuan Kokoh.

"Kalo ini?" Kali ini ia mencoba membawa sepasang sepatu kulit asli bewarna hitam. Sania yang melihat hanya bisa menepuk jidatnya dan geleng-geleng.

"Gak ya?" Chou menggaruk kepalanya yang tidak gatal, merasa pilihannya keliru.

"Orang kayak Chandra tuh gak perlu dikasih barang mahal-mahal, Koh. Justru dia paling anti ama barang-barang branded kayak gini."

Kokoh kini mengangguk-angguk paham.

Mata Sania menyipit menyelediki. "Jangan bilang lo belum pernah ngasih kado temen-temen sebaya lo."

Kokoh menggeleng perlahan. Dibesarkan di lingkungan pebisnis besar seperti papinya, membuatnya ia kesulitan untuk bertemu dan bermain dengan orang seumurnya. Bahkan sejak SD hingga SMA ia homeschooling membuatnya semakin sulit bersosialisasi.

"Oke kalo gitu, ini gak bisa dibiarin! Gue harus ajarin lo cara jadi anak muda jaman sekarang. Yakali masa tiap hari pakaian lo kayak gini. Kayak pakaian kerja tau gak."

Sania benar. Pakaian Chou saat pergi bersama anak WTH dan kerja selalu sama, benar-benar jauh dari umurnya. Mungkin orang lain akan tidak percaya jika ia menyebutkan umurnya.

Akhirnya setelah membayar belanjaan mereka, Sania langsung membawa Kokoh pergi ke gerai distro. Disana berbagai macam baju sesuai umurnya tersedia. Selain itu juga ada sepatu sneakers yang keren.

Sania sibuk memilihkan pakaian yang cocok. Sedangkan Kokoh hanya bisa mengikuti kemana gadis itu pergi dan menuruti semua ucapannya.

"Coba ini." Sania menyerahkan sepasang pakaian dan sepatu, menyuruh pria jangkung itu masuk ke ruang ganti pakaian. Ia pilih semua sesuai dengan standar gaya fashion yang tren saat ini.

Kokoh keluar sudah dengan baju pilihan Sania. T-shirt hitam dipadu jeans hitam dan sepatu kets putih.

"Hmm.." Gadis itu kembali meneliti penampilan Chou. "Coba tambahin ini."

Kemeja bunga khas hawai diberikan padanya. Sania ikut membantu memakaikan baju itu di tubuh Chou. Ka juga sedikit membetulkan bagian-bagian yang menurutnya membantu untuk semakin menarik.

"Nahhh," Sania mundur selangkah, melihat hasil akhir perubahan gaya Kokoh. "Perfect!"

Chou membalikkan badannya kearah cermin, ikut melihat penampilannya. Senyumnya mengembang.

"Sekali-kali gayanya gini, Koh. Biar lebih keren. Apalagi pas ngumpul sama anak-anak."

Chou menoleh, menatap gadis dibelakangnya cukup lama. "Oke."

"Oya kurang satu lagi!" Seru Sania, langsung menarik lengan Chou buru-buru untuk keluar. Namun ditahan oleh sang pemilik lengan.

"Mau kemana lagi?"

"Ke salon. Rambut gondrong lo juga perlu diganti gayanya. Jangan cuma dikuncir doang."

***

Chou membersihkan mulutnya setelah menyelesaikan makan malamnya. Kegiatan jalan-jalan Mallnya diakhiri makan bersama Sania di restoran makanan Jepang yang masih berada didalam Mall.

Di salon, gaya rambutnya tidak diubah banyak. Ia hanya diberi perawatan kemudian dirapikan dan dipotong sedikit diujung rambutnya, sehingga jadi agak lebih pendek dari sebelumnya.

Terhitung hampir seharian ia menghabiskan waktu di Mall dan ditemani oleh Sania. Gadis itu yang duduk dihadapannya, kini sibuk melahap makanannya.

"Dari dulu pengeeen banget makan disini tapi selalu dilarang Monica. Mehong soalnya." Ujarnya setelah meneguk minuman pesanannya.

Kokoh tersenyum, perasaannya ikut senang melihat senyum Sania. "Besok kalo mau makan disini lagi sama Monica, kamu tinggal bilang namaku aja ke kasirnya. Kalian bisa makan sepuasnya."

"Serius?!?! Yaampun Kokoh baik bangetttt!"

"Itu sebagai balasan untuk hari ini karena kamu udah mau nemenin aku. Terimakasih."

"Ahh itu gak seberapa," Sania jadi tersipu malu. "Astaga!"

Sania terkejut saat melihat jam tangannya, mengetahui bahwa sudah larut malam.

"Kenapa?" Tanya Chou bingung.

"Gue harus pulang. Nyak pasti marah lagi gue pulang telat." Panik Sania. "Boleh minjem hape lo?"

Meski bingung untuk apa, Kokoh tetap menyerahkan ponsel miliknya. Disana Sania mengetikkan sesuatu dengan cepat.

Tak lama sebuah panggilan masuk terlihat dari layar ponsel Sania yang diletakkan di meja.

"Nih, nomor gue. Biar lebih gampang ngomongin soal traktiran lanjutan lo." Sania mengembalikan ponsel kepada sang pemilik sambil tersenyum. "Thanks for today Koh. Gue balik duluan, bye!"

Kokoh kembali menatap pada layar ponselnya setelah kepergian Sania. Nampak disana tertulis 'Sania Cantik😚' sebagai nama kontaknya.

Kos-kosan MertuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang