Firasat

192 28 13
                                    

Blcktown Baseball Stadium, 4 p.m.

Pertandingan baseball yang diselenggarakan di Sydney hampir mendekati waktu akhir. Nama sang pitcher diteriakkan oleh seluruh penonton yang ada di lapangan. Ia yang menjadi pemegang kunci hasil akhir permainan.

"Eji! Eji! Eji! Eji!"

Terlihat ia membuang napasnya berulang kali dengan kencang, mencoba menenangkan diri. Berdiri di tengah lapangan dengan disaksikan ribuan pasang seperti saat ini membutuhkan konsentrasi penuh. Eji tidak biasanya gugup begini. Tangan yang ada dibalik sarung itu sedari tadi gemetar tak terkendali. Firasatnya berkata ia sedang tidak baik-baik saja.

Kini ia menyesal sudah pergi tanpa pamit kekasihnya. Ia kira ini tidak akan berpengaruh banyak pada pertandingannya namun ternyata ia salah. Selama pertandingan Eji kerap kali melakukan kesalahan yang seharusnya tidak perlu ia lakukan.

"Come on Eji!" Teriakan coach dari bangku cadangan kembali terdengar. Dari nadanya pria tua itu sudah frustasi karena performa atlet yang buruk. Jika terus seperti ini tim mereka akan kalah.

Saat ingin mencoba fokus, telinga Eji tak sengaja menangkap seruan yang nadanya berbeda dari yang lain. Nampak sangat familiar kedengarannya.

"GO EJI GO EJI GO!! GO EJI GO EJI GO!!"

"Yulia..?"

"EJINYA YULIA FIGHTINGG~~~!!!"

Bener. Itu Yulia. Pacarnya.

"AKU DUKUNG KAMU!!! JADI KAMU GAK USAH KHAWATIR!! HARUS MENANG!!" Gadis itu tersenyum lebar sambil membentuk hati besar dengan lengannya sebagai bentuk dukungan.

Jujur, jika bukan di lapangan mungkin ia sudah menangis kencang karena aksi Yulia saat ini. Momen ini benar-benar diluar bayangannya. Secepat mungkin ia kembali fokus, tuba-tiba saja semangat seorang atletnya muncul setelah melihat Yulia. Ia pembuktian. Ia tidak ingin mengecewakan kekasihnya itu yang sudah jauh-jauh datang kesini.

Pertandingan ini akan berakhir dan dimenangkan oleh tim Eji apabila anak itu bisa strike alias bola yang ia lempar tidak menyentuh pemukul bola. Ia memperbaiki posisi topi bisbolnya lalu kemudian melempar bolanya.

Syunggg~

Hening sejenak sebelum wasit berseru, "Strike!"

"WOOOO!!!"

Semua bersorak. Penonton, Yulia, hingga pelatih semua bersorak atas keberhasilan Eji. Pemain setimnya berhambur mengerubungi atlet itu masuk ke lapangan.

Disela pelukan itu, Eji melayangkan ciuman di udara sebagai balasan ke Yulia.

***

"Aku baru tau ternyata di bisbol luar negeri ada sesi kiss cam, kalo misal tadi yang ketangkep kameranya aku sama orang lain, berarti aku harus ciuman dong sama dia?"

"Gak boleh. Langsung aku samperin ke tempat duduk kamu kalo itu terjadi." Jawab Eji cepat yang langsung membuat kekasihnya terkekeh. Setelah menyelesaikan pertandingan, Eji memilih langsung pulang bersama Yulia dengan penerbangan malam. "Kamu udah gak marah lagi sama aku?"

"Pengennya masih atau gak?"

Eji menggeleng cepat.

"Yaudah kalo gitu gak." Gadis itu kembali menggandeng santai tangan sang atlet ketika berjalan masuk pesawat.

"Serius kamu?"

"Iyap. Sebelum kesini udah mikir banyak mungkin justru selama ini aku yang egois sama kamu. Konsekuensi punya pacar atlet, jadi mau gak mau aku harus terima. Yang penting kamu gak matahin kepercayaan aku." Jelasnya.

Kos-kosan MertuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang