Chou Tyler

170 21 11
                                    

"Selamat sore, Bos Tyler!"

Para pelayan serta koki di hotel pagi-pagi menyapa kompak sang pemilik ketika memasuki area dapur. Sebuah sapaan khas diantar para pegawai. Tyler sendiri merupakan nama kecil Chou dan hanya orang-orang yang sudah lama ikut keluarganya yang tahu nama itu.

Sosok dengan mata sipit itu tersenyum ramah sebagai balasannya. Ia kini sedang ingin melakukan kegiatan rutinnya.

Yap, mencuci piring.

Entah sudah berapa lama ia melakukan ini, yang pasti ia tidak pernah merasa menyesal ataupun terpaksa. Setelah selesai berpakaian yang sama dengan pegawai yang lain ia langsung mencuci tumpukan piring hotel.

Belum genap 10 piring yang bersih ia cuci, kegiatannya terjeda oleh seseorang pengawal yang tiba-tiba datang menghampirinya. "Permisi Tuan maaf sepertinya agenda mencuci piring Tuan perlu dicancel hari ini."

"Kenapa?"

"Anda diminta untuk datang ke lapangan sekarang."

"Lagi?"

Sang pengawal mengangguk pelan. "Ada masalah tapi bukan sarananya kali ini tapi dengan talent-nya. Kemarin juga ada laporan telah terjadi keributan di lokasi syutingnya. Ayahanda Tuan khawatir jika tidak segera ditinjau akan berefek pada peluncuran produknya."

Chou menghela napas sambil melepas sarung tangan karetnya. "Siapin mobil. 5 menit lagi kita berangkat."

"Baik Tuan."

***

Mobil yang ditumpangi Chou tiba di salah satu area pantai dengan tepat waktu sesuai perkiraan. Sang pengawal keluar dari kursi samping sopir untuk membukakan pintu belakang mobil dan menampilkan pewaris utama keluarga Chou.

Ia mengancing jas tuxedonya. "Ada data soal talent-nya?"

"Oh ada! Sebentar," Pengawal itu meraih map trasparan yang ia bawa lalu memberikannya pada pemuda itu. "Ada 2 orang, laki-laki dan perempuan. Sayangnya yang laki-laki tiba-tiba hilang kontak tanpa kabar sampai sekarang. Jadi hanya tinggal talent perempuan, namanya kalo tidak salah Sania."

Langkah Chou terhenti. Begitu juga dengan tangannya yang sedang membolak-balikkan kertas map itu sejak tadi. Disana terpampang nyata CV gadis itu. Tidak salah lagi, ini Sania yang ia kenal.

Melihat sikap atasannya berubah, pengawal itu bertanya pelan. "Apa Anda kenal Tuan?"

"Direktur Chou!"

Mendengar orang asing menyapa ramah dirinya, Chou menoleh kearah pengawal berharap ia bisa mendapat jawaban siapa orang ini. "Dia editor sekaligus penanggung jawab untuk produksi iklan ini."

"Ah~" Bocah itu kini paham. Ia pun langsung membalas sambutan itu dengan menjabat tangannya.

"Aduh harusnya Anda tidak perlu jauh-jauh kemari. Cuacanya lagi panas-panasnya."

"Gak juga, kan pake payung." Jawabnya polos sambil menunjuk payung yang dipegangi oleh pengawalnya yang lain.

Bener juga.

"Hahaha iya! Lucu juga direktur! Hahaha!" Tawa pria gembul itu hingga membuat perutnya yang penuh lemak bergerak. "Mari lewat sini!"

Editor itu membawa Chou ke lokasi syuting lebih dekat. Pengaturan set sedang dilakukan. "Kami sebisa mungkin akan menyelesaikan syutingnya hari ini direktur. Jadi Anda tidak perlu khawatir—"

"—Saya ingin bertemu dengan talentnya." Potongnya cepat. "Bisa?"

Walaupun permintaan ini diluar dugaan editor tersebut, ia akhirnya tetap diperbolehkan menemui Sania. Gadis itu sedang sibuk mondar-mandir cemas ketika Chou temui. Sesekali ia juga mengecek ponselnya seperti menunggu pesan seseorang.

Kos-kosan MertuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang