Bunda

230 28 8
                                    

"Ayo lagi! Ayo main lagi!" Seru Noah sambil loncat-loncat diatas tiga orang yang sudah tepar dilantai. Terpantau Dannish, Chandra, dan Chou sudah menyerah mengurus anak Jeje seharian ini. Noah terlalu aktif buat mereka yang terlalu jompo.

"Dan," Panggil Chandra putus asa.

"Oi.."

"Koh,"

Gak ada respon. Saking capeknya.

"Sekarang gua nyesel udah ngeiyain permintaan jaga anak. Mana bentukannya kayak dia, si bocil kematian."

"Emang paling bener childfree aja kayak gita savitri. Kira-kira kak Sania mau gak ya?"

Bocah itu baru berhenti loncat-loncat pas mobil ayahnya dateng. Dia langsung lari semangat keluar buat menyambut kembali Jeje. "Ayah!!"

"Allahuakbar Noah!!! Muka kamu kenapa?!!" Dia kaget ngeliat wajah anaknya penuh sama coretan spidol sama krayon. Yang ditanya malah cengengesan. "Lailahaillallah!"

Udah Jeje duga kontrakan dia bakal jadi begini. Berantakan total kayak kapal pecah. Tiga orang itu keluar dengan keadaan tak kalah amburadul seperti Zombi.

"Kita pamit, jangan lupa ikut latihan lagi..." Dannish menepuk pelan pundak gitaris itu yang kemudian diikuti Chou dan Chandra dibelakangnya.

"Terimakasih atas pengalamannya Kak."

"Langsung balik? Gak mau makan dulu?" Bingung Jeje.

"Gak." Chandra melotot penuh dendam pada Noah sebelum pulang. "Tunggu pembalasan kita bocil!"

Lagi-lagi Noah cuma cekikikan geli. Jeje yang baru pulang cuma bisa garuk-garuk kepala karena bingung abis ngapain mereka.

Balik dari ketemu Babeh dan Nyak tadi setelah sekian lama, Jeje sadar bahwa gak ada yang namanya mantan anak atau mantan orang tua. Sejahat apapun orangtuanya atau senakal apapun anaknya mereka tetap memiliki ikatan batin yang kuat. Ia bersyukur bisa terlahir dari orangtua seperti Babeh dan Nyak. Sampai kapanpun ia akan menyayangi mereka seperti ia menyayangi Noah. Khusus kelakuannya yang ini, Jeje harap gak nurun ke anaknya.

Kepala anak kecil itu tiba-tiba saja bergerak kekanan dan kekiri melihat sekitar seperti mencari sesuatu.

"Cari apa?"

"Mana Kak Nayla?"

"Pulanglah,"

"Ya..." Seketika wajahnya berubah sedih.

Jeje menyadari perubahan wajah anaknya itu, ia jadi berpikiran iseng ingin menanyakan hal ini padanya. "Noah,"

"Hm?"

"Noah mau balik ke Australia ketemu mom gak?"

Bocah itu menggeleng. "Noah maunya disini, sama ayah. Noah suka disini."

"Kalo sama Kak Nayla, juga suka?"

"Suka! Lucu kayak rabbit hihi!"

"Kelinci." Koreksinya.

"Iya, kelinci!"

Ayah dari bocah itu seketika tersenyum. Ini pertanda restu dari Noah sudah berhasil masuk ke kantongnya. Sedikit lagi ia sampai di tujuan akhir.

"Nah kalo suka Noah mulai besok panggilnya jangan Kak Nayla, tapi Bunda."

"Bunda..?"

"That's right-Eh iya!" Jeje hampir keceplosan.

"Bunda..bunda..bunda.." Ia mencoba menghapal kata baru itu.

"Itu artinya mom dalam bahasa Indonesia." Tambah Jeje.

Kos-kosan MertuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang