20 - TWIO6C

47 9 5
                                    

Setelah menelepon ibunya, pemuda itu terdiam. Lalu melihat ke arah bawah, menanti kapan gerbang rumahnya akan terbuka dan menghadirkan mobil ayahnya yang tak kunjung tiba. Hingga akhirnya Azril merasa jenuh. Tidak ada aktivitas yang bisa dilakukannya. Buku-buku pelajarannya tidak ada yang ia bawa.

            Pemuda tampan itu bangkit dari posisinya. Merampas jaket kulit yang ia bawa dari apartemennya, lalu memakainya secara cepat. Setelah menyisir rambutnya dengan jari tangan, pemuda itu keluar kamar, menuruni anak tangga. Kemudian meminta izin pada Bibi Sari. Untuk mencari angin, alibinya.

            Azril manelusuri trotoar, jalanan komplek yang masih diramaikan oleh anak-anak yang asyik bermain gobak sodor, suatu permainan tradisional yang masih lestari di Bandung. Sesaat Azril tersenyum melihat mereka yang mengingatkannya pada masa kecilnya yang begitu bahagia.

            Pemuda itu melanjutkan ayunan kakinya, menuju sebuah taman bermain yang masih bertahan sampai saat ini. Azril ingin duduk di sebuah ayunan, yang dahulu pernah ia kunjungi bersama ibunya. Mungkin hal itu bisa mengobati rasa rindu pada beliau.

            Ketika Azril hampir sampai, indera penglihatannya menangkap sosok manusia yang sangat ia kenali. Seorang gadis cantik yang kini tengah menenteng satu kresek putih berukuran besar yang bisa ditebak isinya adalah cemilan yang dibeli pada sebuah minimarket di depan komplek. Gadis itu terlihat tengah menggigitu corn ice cream yang tinggal separuh.

            Azril menghentikkan langkahnya, dilihatnya gadis cantik itu juga ikut berhenti, dan menatap Azril dengan ekspresi terkejut. Sampai-sampai hendak menjatuhkan ice creamnya yang begitu berharga.

            “Alsha? Lo kok bisa ada di sini?” panggil Azril “Lo sama siapa ke Bandung?”

            Alsha yang saat itu mengenakan kaos tangan panjang segera menepis sisa-sisa ice cream dengan punggung tangannya. “Gue sama Mama, jenguk Bang Angga. Sakit.”

            “Tapi kan daerah ini jauh sama lokasi kampus Bang Angga. Dia tinggal di sini?”

            Alsha mengangguk. “Di sini ada rumah Papa. Yang penting masih di Bandung, jadi Bang Angga nggak perlu ngekos,” jelas Alsha.

            Gadis itu kembali menggigit corn ice cream terakhir. “Lo ngapain di sini, Zril?”

            “Gue?” Azril terlihat mengusap tengkuknya sendiri.

            Alsha yang mengetahui gelagat Azril yang kebingungan itu segera merogoh kresek belanjaannya. Lalu gadis itu mengeluarkan satu minuman kaleng dingin, lalu mengulurkan tangannya. “Mau nggak?”

            Azril menerimanya, lalu terlihat membolak-balik minuman itu. “Lo mau jalan-jalan dulu nggak sama gue, Sha?”

            “Mau. Tapi tunggu.” Alsha merogoh saku celananya. “Gue izin pulang telat dulu ke Mama.”

            Azril mengangguk dan mempersilakan Alsha untuk menghubungi Tante Sarah.

            Alsha kembali memasukkan ponselnya setelah mendapat izin. Kemudian mereka berjalan bersisian, menghirup udara Bandung yang segar dan menghembuskannya lewat mulut, sehingga kepulan uap dari mulutnya dapat terlihat.

            “Zril,” panggil Alsha ragu.

            “Hm?” Azril hanya bergumam, tanpa menoleh.

            “Mmmm” Alsha menggigit bibir bawahnya, ragu untuk berbicara. “Lo sadar nggak sih, lo nyuekin gue hari ini.”

            Azril seketika menoleh, heran. “Masa, sih? Bukannya lo yang menghindar dari gue, ya?”

Kode Etik Pertemanan [HAECHAN] || TAMAT ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang